Ironi KIM Plus, Juara Tanpa Mahkota

Ironi KIM Plus, Juara Tanpa Mahkota
Kemenangan KIM Plus pada Pilkada 2024 dianggap seperti juara tanpa mahkota. (Dok/Freepik)


Obsessionnews.com - Pilkada 2024 menjadi dominasi Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus. Sekalipun begitu, kemenangan yang diraih dianggap tidak bergensi karena tanpa mahkota. Hal ini menjadi ironi di tengah raihan suara pada banyak wilayah yang menyisakan banyak pertanyaan.

Pengamat politik Ray Rangkuti menggambarkan kemenangan yang diraih KIM Plus maupun KIM (di luar Nasdem, PKS dan PKB) tidak bergengsi. Kemenangan yang diraih di Banten, Jateng, Jabar dan Jatim bukan hal mengejutkan. Namun kekalahan di Jakarta, sejatinya memalukan.

Baca Juga:
Quick Count Pilkada 2024: Kalah di Jakarta, KIM Plus Kuasai Sumut-Jateng

"Kemenangan tanpa mahkota. Begitulah kira-kira perumpaan penguasaan KIM Plus di banyak daerah di dalam perhelatan pilkada 2024," kata Ray kepada Obsessionnews di Jakarta, Kamis (28/11) malam.

Ray menyebut kemenangan yang diraih KIM Plus di Jateng atau KIM di Banten, Jabar dan Jatim sudah bisa diprediksi karena aksi borong partai. Gerakan KIM Plus berupaya menguasai wilayah-wilayah besar di Jawa juga sudah disiapkan jauh-jauh hari.

Baca Juga:
Hasil Pilkada 2024 Kuda-kuda Menuju 2029

"Tentu saja, dengan jumlah parpol yang banyak maka dana penopangnya biasanya juga banyak. Cara kerja ini ditopang pula oleh cawe-cawe presiden dan mantan presiden. Dengan begitu, KIM Plus memasuki arena pertandingan dengan segala macam kemewahan yang mereka miliki. Maka tidak sulit membayangkan akhirnya KIM Plus merajai peta Pillada 2024," tuturnya.

Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Indonesia menganggap KIM Plus sebagai juara tanpa mahkota karena gagal menundukkan Jakarta. Hasil quick count (QC) banyak lembaga survei menunjukkan paslon Pramono Anung-Rano Karno meraih 50 persen suara, yang menandakan gelagat Pilgub Jakarta berakhir satu putaran.

Baca Juga:
Pilkada 2024, Golkar Paling Sial

Situasi tersebut, kata Ray, membuktikan bahwa skenario dominasi KIM Plus tidak berjalan mulus. Aksi borong partai tak mempan di Jakarta yang suka atau tidak, masih menjadi simbol Indonesia.

"Hanya saja, kemenangan ini seperti tanpa mahkota. Sebab, Jakarta, mahkota dan ikon kota-kota di Indonesia terlepas. Merujuk pada hasil QC, kemungkinan pasangan Pram-Rano menang dalam satu putaran. Di pusat seluruh energi politik Indonesia, KIM Plus malah kalah. Tanpa kemenangan di Jakarta, kememangan KIM Plus itu seperti juara tanpa mahkota," tuturnya.

Konsolidasi Oposisi

Kendati menguasai banyak provinsi, paslon yang diusung KIM Plus menurut Ray nantinya bakal mengalami banyak kesulitan. Pasalnya, dominasi KIM Plus direspons dengan konsolidasi oposisi. Ray mengambil contoh situasi di Jateng.

"Sekalipun kalah suara, tapi memperlihatkan aroma oposisi yang makin menguat dan solid. Di Jateng misalnya, paslon PDIP memang terlihat tertinggal, tapi saat yang sama terjadi konsolidasi pemilih Ganjar dan Anies," ujarnya.

Menurutnya, raihan 40 persen suara yang didapat paslon Andika-Hendi menunjukkan terjadinya konsolidasi pendukung Ganjar-Anies di Jateng. Kendati kalah, PDIP dianggap mampu menguatkan kembali basis pemilih pada Pilpres 2024.

"Suara Andika yang mencapai 40-an persen memperlihatkan gabungan suara Ganjar dan Anies di Jateng. Dalam bahasa lain, PDIP mulai kembali melakukan konsolidasi pemilihnya. Dalam pilpres 2024 lalu, mereka hampir kehilangan 65 persen lebih, sekarang berkurang hanya sekitar 60 persen. Dengan begitu, perlahan PDIP mulai menyisir kembali basis pemilih mereka yang sempat berpaling di Pilpres 2024 lalu," tuturnya. (Erwin)