Obsessionnews.com – Pengakuan Ketum PSI Kaesang Pangarep pelesiran ke AS menggunakan private jet memperkuat adanya unsur gratifikasi. Pernyataan Kaesang yang menyederhanakan masalah dengan mengaku menggunakan fasilitas kaum jetset sebatas nebeng turut menguatkan pula kentalnya nuansa gratifikasi.

Pakar hukum pidana Abdul Fickar Hadjar menegaskan perkara Kaesang sesungguhnya sederhana, dan tak perlu banyak drama untuk mengungkapnya. Artinya, KPK jangan ragu menelusuri kasus tersebut sekaligus memberi pemahaman tentang bahaya gratifikasi.

Baca juga: KPK: Pemilik Private Jet yang Digunakan Kaesang Berinisial Y

“Dengan Kaesang menerima (private jet) itu artinya gratifikasi,”kata Fickar kepada Obsessionnews.com di Jakarta, Rabu (18/9).

“Kalau nebeng itu naik motor dibonceng atau naik mobil di bak belakang,”seloroh Fickar mengoreksi pengakuan Kaesang.

Baca juga: KPK Sudah Masuk Angin Usut Gratifikasi Kaesang

Akademisi Universitas Trisakti melanjutkan, sudah bukan rahasia umum pula kalau Kaesang menggunakan fasilitas mewah milik kaum 1 persen karena status anak presiden. KPK seharusnya jeli melihat hal ini, tidak terjebak dengan status ketum partai bukan penyelenggara negara, sebagaimana yang disampaikan Kaesang.

“Bisnisnya itu bisnis kelontong, (Kaesang) dijemput pakai pesawat, apa lagi kalau bukan pengaruh bapaknya?”

Presiden Jokowi, lanjut Fickar, juga patut dikritisi karena terkesan membiarkan famili bermewah-mewah. Selain Kaesang, menantu Jokowi yakni Wali Kota Medan Bobby Nasution juga kedapatan menaiki pesawat pribadi.

Dirinya mempertanyakan mengapa DPR melalui Komisi III tidak mengeritisi sikap Jokowi. Diamnya Jokowi menandakan Kepala Negara membiarkan anak menerima kemudahan dan kemewahan dengan tujuan tertentu.

“Bapaknya biangnya pejabat publik, jadi sangat mungkin ada (gratifikasi) kaitan dengan jabatan bapaknya, karena Kaesang kan bukan siapa-siapa,”tuturnya. (Erwin)