Bahlil Menghina Raja Jawa

Bahlil Menghina Raja Jawa
* Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia saat berpidato pada Munas XI Partai Golkar di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (21/8/2024). (ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi)

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

Bahlil layaknya seperti suruhan boneka oligarki setelah berhasil mengudeta Golkar, saat dikukuhkan sebagai ketua umum partai Golkar pidato tanpa pakem yang jelas asal cuap cuap soal Raja Jawa.

Pernyataan Bahlil Lahadalia soal Raja Jawa turut menyedot perhatian Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Sri Sultan HB X dengan bijak mengaku tidak tahu maksud pernyataan sosok yang baru ditunjuk sebagai Ketua Umum Partai Golkar pada gelaran Munas XI Golkar, urusannya apa (soal Raja Jawa), tutur Sri Sultan yang juga Gubernur DIY ini ( Rabu 21/8) .

Tidak perlu basa-basi yang dimaksud Raja Jawa oleh Bahlil adalah Jokowi.

Kebodohan Bahlil adalah gambaran dalam otaknya tentang Raja Jawa (Jokowi) yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan yang bisa dipakai untuk memerintah siapa pun yang tidak patuh. Bahkan bisa mengerahkan kekuatan aparat hukum untuk memenjarakan siapa pun yang melawannya.

Tanpa rasa bersalah menggambarkan Raja Jawa itu representasi figur tertentu yang punya kekuasaan, jabatan yang bisa menghukum atau melakukan tindakan kejam, bengis memenjarakan yang tidak mengikutinya.

Kader-kader Golkar agar hati-hati kalau tidak nurut bahaya, ngeri loh. Sudah banyak yang masuk penjara. Bahkan mewanti-wanti agar pengurus Partai Golkar tak bermain-main dengan sosok yang ia sebut sebagai Raja Jawa. Menurutnya, Raja Jawa merupakan sosok yang ngeri-ngeri sedap.

Bahlil mengancam para kader di Partai Golkar agar tidak berbuat macam-macam yang tidak disenangi sang Raja Jawa.

Apa urusannya Golkar dengan khayalan Raja Jawa (Jokowi) yang sebentar lagi akan lengser dengan risiko hukum yang sangat berat harus di pertanggungjawabkan. Apalagi dalam nasab kehidupannya tidak memiliki trah darah biru (raja).

Beraninya mendikte Prabowo akan meneruskan kepemimpinan Jokowi bahwa pemerintahan Prabowo-Gibran dinilai merupakan kelanjutan dari pemerintahan saat ini yang dipimpin Presiden Jokowi.

Celakalah Golkar yang akan dipimpin orang yang sempit wawasan politik sebagai negarawan, bahkan tercermin dengan jelas kedangkalan politiknya yang sering disebut sebagai penjilat.

Ucapan Bahlil sebenarnya menggambarkan ketakutan Bahlil yang tidak berkutik dipimpin Jokowi saat bersamaan harus menerima tugas memimpin pohon beringin.

Pidato Bahlil tidak bisa hanya dianggap kelakar politik, tetapi merupakan penghinaan terhadap eksistensi Raja Jawa. []