Aksi Kawal Putusan MK: Potret Komedian-Sineas Sadar Konstitusi Dibanding Politisi

Obsessionnesws.com – Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad tampak letih. Dia harus menyampaikan keterangan pers seorang diri menegaskan tindakan batil menelikung putusan MK melalui RUU Pilkada tidak bisa dieksekusi. Pada Kamis (22/8) pagi hingga malam, di depan Gedung DPR, gabungan elemen masyarakat termasuk komedian dan sineas melakukan perlawanan mengawal putusan MK.
Dasco harus menyampaikan kekalahan. Intonasi suaranya datar, tidak naik, tidak pula turun. Dia menegaskan tidak ada skenario gelap dengan diam-diam mengesahkan RUU Pilkada di kemudian hari. Dasco memberi jaminan, pelaksanaan Pilkada 2024 mengikuti putusan MK.
Baca juga: Setelah Digempur Demonstran DPR Lempar Handuk, Tunduk Putusan MK
“Karena RUU Pilkada belum disahkan menjadi undang-undang, maka yang berlaku adalah hasil keputusan Mahkamah Konstitusi,“ kata Dasco, di Kompleks Parlemen, Jakarta.
Massa berkumpul menolak pengesahan RUU Pilkada yang prosesnya menuai polemik. Penolakan sudah terdengar sehari sebelumnya dengan membuat viral gambar peringatan darurat dengan latar Garuda biru. Amarah publik seperti itu, rupanya mampu diwujudkan melalui aksi nyata turun ke jalan di sejumlah daerah, bukan hanya Jakarta.
Kemarahan dipicu RUU Pilkada dibahas dengan cara tidak wajar hanya dengan maksud menelikung dua putusan MK yakni nomor 60 dan nomor 70. Publik memilih melawan arogansi dan sewenang-wenang yang ditunjukkan secara terang-terangan dalam rapat Baleg DPR RI.

Dasco memastikan paripurna batal terlaksana karena tidak kuorum. Lantaran itu, RUU Pilkada tidak bisa disahkan. Kalau mau menggelar paripurna lagi, harus mengikuti mekanisme, sementara proses pendaftaran ke KPU sudah dimulai pada pekan depan.
Baca juga: Anak Buah Dasco Nyaris Dikeroyok Demonstran
Elemen mahasiswa dan buruh secara bergelombang sudah mendatangi Gedung DPR sejak pagi hari. Situasi semakin menarik ketika wajah-wajah komedian seperti Arie Keriting, Mamat Alkatiri, Abdel Achrian, dan Bintang Emon ikut berkerumun memberi dukungan.
Sejumlah nama-nama tersebut, naik mobil komando untuk berorasi. Mereka menolak politik dinasti. Bahkan menyentil langsung Ketum PSI Kaesang Pangarep yang menurut revisi UU Pilkada bisa melenggang maju sekalipun belum cukup umur.

Di depan gerbang DPR nampak pula jurnalis dan sineas Dandhy Laksono. Malahan aktor watak Reza Rahardian juga ikut menyampaikan aspirasi. Secara telak dan tegas Reza menegaskan Indonesia bukan milik satu keluarga.
Baca juga: Kawal Putusan MK: Massa Aksi Jebol Gerbang DPR
Titik aksi di Jakarta tidak hanya terjadi di DPR. Tokoh intelektual juga mendatangai Mahkamah Konstitusi (MK) beraudiensi dan berdemonstrasi. Namun aksi massa di DPR jauh lebih panas. Menjelang petang hari, demonstran menjebol gerbang besi DPR dan mencoba merangsek masuk.
Situasi panas sebenarnya sudah terlihat beberapa saat sebelum. Politisi Gerindra Habiburokhman, politisi PPP Achmad Baidowi (Awiek) dan politisi Golkar Wihadi Wiyanto harus dilempari botol plastik ketika mencoba beraudiensi dari mobil komando. Sontak, ketiganya dievakuasi untuk menghindari amukan massa.
Seiring Dasco menyampaikan konferensi pers, sejumlah politisi PDIP yakni Masinton Pasaribu, Putra Nababan dan Arteria Dahlan mendatangi mahasiswa yang masih bertahan di areal halaman Gedung DPR. Mereka mencoba menenangkan massa namun ditolak kalau membawa embel-embel partai. Mahasiswa meminta jaminan RUU Pilkada dibatalkan dan menanyakan mengapa Ketua DPR Puan Maharani tidak menampakkan batang hidungnya.
Puan muncul memberi keterangan pers melalui rekaman video. Dia menyampaikan aspirasi terhadap demonstrasi. “DPR RI mencermati berbagai pandangan atas putusan MK mengenai UU Pilkada, dan mengucapkan terima kasih atas aspirasi seluruh elemen masyarakat, para mahasiswa, guru besar, para aktivis, serta para selebritas,” kata Puan.
Demonstrasi besar yang digaungkan publik melegakan sekaligus mengkhawatirkan. Politisi yang harus menjamin tegaknya konstitusi harus belajar banyak dari komika dan sineas untuk bersuara lantang mengikuti nurani. (Erwin)