Pesan Moral Airlangga Mengejutkan Publik, Ibarat Nasi Sudah Jadi Bubur

Oleh: Achmad Ramli Karim, Pemerhati Politik dan Pendidikan Airlangga Hartarto menyebut keputusan mundur dari Ketua Umum Partai Golkar dilakukan dengan alasan demi menjaga stabilitas transisi pemerintahan ke depan dan keutuhan partai beringin tersebut. Keputusan Airlangga ini mengejutkan publik serta menimbulkan berbagai spekulasi dari beberapa pengamat politik. Apalagi dia mendadak mundur, tanpa ada hujan dan angin. Yakni suatu kejadian tanpa ada tanda-tanda yang sebelumnya, sang Ketum ini tiba-tiba mengundurkan diri. Sebagai pemimpin partai besar yang matang dan dewasa, bagaimana mungkin pesan moral Airlangga untuk mengawal demokrasi bisa bertuah, jika ia sendiri terlibat langsung merusak demokrasi dalam koalisi oligarki. Sebab demokrasi sekarang bukan lagi demokrasi Pancasila melainkan demokrasi transaksional untuk kepentingan kelompok. Sebagaimana diketahui oleh publik bahwa Airlangga Hartarto sebagai Ketum Golkar merupakan salah satu Ketua partai besar yang ikut dalam kesepahaman dengan beberapa pimpinan parpol lainnya mengikatkan diri dalam perjanjian (kesepahaman) untuk membangun Koalisi Indonesia Maju (KIM). KIM sebelumnya bernama Koalisi Indonesia Kerja adalah nama koalisi yang mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Joko Widodo (Jokowi) dan Ma'ruf Amin pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden RI 2019. Koalisi ini sendiri secara resmi berdiri bersamaan dengan diserahkannya nama pasangan calon Jokjowi-Ma'ruf Amin ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 10 Agustus 2018. Terkait dengan pengundurkan diri Airlangga Hartarto dari Ketum Golkar atas kesadaran pribadi, dinilai sudah terlambat ibarat nasi sudah menjadi bubur dan tidak berdampak signifikan bisa membawa perubahan. Seharusnya pengundurkan diri itu dilakukan di awal melibatkan diri dalam koalisi, di saat menyadari dirinya tersandera oleh kepentingan kelompok politik. Apalagi sebagai Ketum Golkar Airlangga telah turut serta menjalin kerja sama dengan Partai Komunis China (PKC). Dikutip dari detik.com, Partai Golkar sudah cukup lama menjalin kerja sama dengan PKC yang merupakan partai berkuasa di China. Kerja sama ini terutama dalam urusan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) alias kader partai. Airlangga mengungkapkan kerja sama pertukaran kader politik sudah beberapa kali dilakukan Golkar dengan PKC. Para kader Golkar dikirim ke China untuk menyerap ilmu pengetahuan mengenai politik dan sebagainya. "Tentu selama ini sudah ada pertukaran kader partai politik untuk belajar di mana Partai Golkar mengirim kadernya ke China dan tentu dengan adanya Golkar Institute tadi dibahas untuk diperluas di dalam bentuk seminar baik yang offline maupun online melalui Golkar Institute," kata Airlangga dalam konferensi pers usai bertemu delegasi Partai Komunis China di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Rabu (31/8/2022). Airlangga sebagai umat Islam seharusnya mengandalkan usaha dan doa untuk menyelamatkan demokrasi dan kedaulatan negaranya dari jeratan kaum kapitalis. Karena ia adalah pemimpin Partai Golkar yang sudah dewasa dan matang pengalaman dalam berdemokrasi. Dua kata bertuah, "berusaha dan berdoa” yang seharusnya diandalkan oleh seorang pemimpin partai politik dan negarawan jika ingin menyelamatkan demokrasi, bukan malah mengundurkan diri yang bisa dinilai lari dari tanggung jawab. Berikut ini sejumlah fakta alasan pengunduran diri Airlangga Hartarto:
- Petunjuk Tuhan
- Demokrasi Harus Terus Dikawal