Tambang yang Mana?

Oleh: Tere Liye, Penulis Novel 'Teruslah Bodoh Jangan Pintar' Setelah 2 (dua) ormas besar NU dan Muhammadiyah deal dengan konsesi tambang, maka tambang yang manakah yang akan diberikan ke mereka? Tambang baru? Rasa-rasanya, berat. Karena nyaris semua tambang di Indonesia ini sudah dikavling sejak lama. Kecuali jika NU dan Muhammadiyah mau melakukan eksplorasi dulu. Mencari tambang di lautan, gunung-gunung, yang rasa-rasanya, mustahil lah. Bisa-bisa, baru 10-20 tahun lagi mereka betulan nambang. Iya kalau ketemu. Magister agama disuruh eksplorasi, mungkin akan menemukan tambang emas. Maka, skenario yang tersisa adalah, NU dan Muhammadiyah akan diberikan konsesi eks PKP2B. Sejauh ini, ada enam yang potensial, yaitu bekas konsesi dari: PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Arutmin Indonesia, PT Kendilo Coal Indonesia, PT Adaro Energy Tbk, PT Multi Harapan Utama (MAU), dan PT Kideco Jaya Agung. Dari bekas-bekas lahan ini, yang mana akhirnya jadi lahan tambang NU dan Muhammadiyah? Apakah masih ada isinya? Masih profitable? Entahlah. Dan semakin menarik, tambang-tambang ini tambang batu bara. Saat dunia sedang menuju energi terbarukan. Jika betulan lahan-lahan ini yang dikelola, maka NU dan Muhammadiyah justeru melakukan combo kerjasama yang luar biasa. Mereka malah sibuk nambang batu bara. Saya tahu, fans-fans, netizen-netizen pendukung tambang akan banyak sekali dalihnya. Bukan gitu, nggak begitu. Kami akan dapat tambang yang paling bagus. Kami akan love lingkungan. Baiklah. Selamat nyari lokasi tambang yang diinginkan. Apapun hasil akhir dari tambang NU dan Muhammadiyah, itu tidak semudah kamu membayangkan: besok lusa rumah sakit, sekolah-sekolah, kampus-kampus, kami akan semakin maju dan pesat gara-gara tambang. Kamu keliru fatal. Rumah sakit, sekolah-sekolah, kampus-kampus kamu itu maju karena kerja keras kader-kader, dokter-dokter, guru-guru. Pengabdian tiada tara dari mereka. Ingatlah baik-baik, jika besok lusa tambang ini membawa keburukan ke organisasi kalian. Catat baik-baik: saya Tere Liye, saudara seiman-mu, saudara sebangsa dan setanah air, saudaramu yang buku-bukunya dibaca jutaan santri-santri NU dan Muhammadiyah, berusaha habis-habisan mengingatkan perkara ini. []