Nagelsman dan Gibran

Nagelsman dan Gibran
Oleh: Nirmal Ilham, Tenaga Ahli DPR RI Jerman mencatatkan prestasi terburuk sepanjang sejarah sebagai tuan rumah, baik pada Piala Dunia maupun Piala Eropa. Pada Piala Eropa di rumahnya saat ini Jerman tersingkir di perempat final. Kesalahan ditimpakan kepada federasi sepakbola Jerman (DFB) yang mengangkat Julian Nagelsman sebagai pelatih termuda dalam sepak bola modern Jerman. Selanjutnya mampukah Jerman bangkit kembali? Tiada yang meragukan kehebatan tim nasional Jerman. Dunia menjulukinya Der Panzer, dari nama tank panzer Nazi yang kuat, canggih dan sangat menghancurkan. Prestasi timnas Jerman juga tidak ada yang menyamai di Eropa dengan menjuarai empat kali Piala Dunia dan tiga kali Piala Eropa. Ini bisa terjadi karena para pelatih Jerman yang hebat. Seolah mengadopsi strategi perang para jenderal Nazi ke lapangan hijau. Pernah dalam kurun waktu setelah Perang Dunia II hingga 1998 Jerman memiliki lima pelatih di mana kelimanya memberi gelar. Kalau tidak Piala Dunia maka Piala Eropa. Pada masa itu ada aturan tidak tertulis DFB, bahwa pelatih Jerman harus mantan pemain timnas Jerman. Agar tradisi juara dengan mental juara dan spirit deutschland ubber alles selalu menyertai Jerman. Ini membuat Franz Beckenbauer menjuarai Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih. Penerusnya, Berti Vogts, menjuarai Piala Eropa sebagai pemain dan pelatih. Aturan ini pernah dilanggar DFB dengan mengangkat pelatih yang tidak pernah bermain dalam timnas Jerman. Hasilnya hanya dua tahun langsung dipecat karena memalukan Jerman di Piala Eropa 2000. Hal ini membuat aturan itu ditegakkan kembali dengan mengangkat Rudi Voller mantan striker timnas Jerman. Hasilnya Jerman juara kedua Piala Dunia 2002. Penggantinya, mantan penyerang timnas Jerman, Jurgen Klinsmann. Hasilnya Jerman juara ketiga Piala Dunia 2006. Selanjutnya tradisi pelatih Jerman bergeser, dengan mengangkat mantan asisten pelatih timnas menjadi pelatih. Disebabkan minimnya mantan pemain timnas Jerman yang berprofesi sebagai pelatih. Joachim Loew asisten Klinsmann kemudian diangkat menjadi pelatih. Hasilnya Jerman juara ketiga Piala Dunia 2010. Dan berhasil mengangkat tropi Piala Dunia 2014. Hansi Flick asisten Loew diangkat menjadi pelatih Jerman berikutnya. Di tangannya Jerman gagal di fase grup Piala Dunia Qatar 2022. DFB lalu mengangkat Julian Nagelsman, pelatih berusia 36 tahun. Rakyat Jerman mempertanyakan kemampuan memimpin Nagelsman. Karena usianya lebih muda dari pemain yang dilatihnya yaitu kapten timnas Jerman, kiper Manuel Neuer yang berusia 38 tahun. DFB telah melanggar aturan atau tradisi yang dibuatnya sendiri saat melantik Nagelsman. Karena mantan pelatih Bayern Munchen itu tidak pernah menjadi pemain timnas dan tidak pernah menjadi asisten pelatih di timnas. Terbukti pada Piala Eropa saat ini Jerman gagal menjadi tuan dirumahnya sendiri. Belajar dari sejarah pelatih sepak bola Jerman, dapat dilihat bagaimana aturan atau tradisi yang sudah dibuat berdasarkan pengalaman yang membuat Jerman manjadi hebat. Ketika dilanggar maka hasilnya akan buruk, terpuruk dan ambruk. Hal yang sama akan sangat mungkin terjadi di Indonesia. Mengingat Si Samsul anak Pak Lurah berusia 36 tahun itu dipaksakan menjadi wakil presiden. Menabrak aturan batas usia. Melanggar etika. Dan melawan keinginan rakyat. Seorang dokter Tirta yang terkenal di media sosial menceritakan dirinya bekerja keras untuk berhasil meraih cum laude di kampus kedokterannya. Tetapi ketika melihat Gibran dapat maju menjadi wakil presiden,  Tirta menyindir usahanya itu ternyata tidak berguna. Karena untuk menjadi pemimpin yang diutamakan bukan faktor kecerdasan tetapi faktor biologis. Pada Oktober 2024 nanti posisi wakil presiden menjadi begitu penting. Mengingat sang presiden telah berusia 74 tahun. Manusia tentu tidak pernah tahu ajal seseorang. Tapi semua manusia tahu pada usia itu nama seseorang sudah ada di kantong malaikat maut. Tradisi kepemimpinan yang sudah berlangsung. Yang menjadikan Indonesia bersatu dan besar. Bukan tidak mungkin akan bubar berantakan bila “Si Bocil” mengambil alih kepemimpinan. Karena dia tidak mempunyai kewibawaan. Tidak memiliki kecerdasan. Tidak ada prestasi. Dan yang paling membahayakan, dia tidak mendapat simpati rakyat banyak. []