IKN, Legacy Jokowi yang akan Bernasib Sama seperti Mobil Esemka

IKN, Legacy Jokowi yang akan Bernasib Sama seperti Mobil Esemka
Oleh: Ahmad Khozinudin, Pemerhati Politik   Baru-baru ini Kepala Otorita Ibu Kota Negara (IKN) Bambang Susantono dan Wakilnya Dhony Rahajoe mundur. Presiden Jokowi langsung menerbitkan Keppres terkait pemberhentian keduanya dari jabatan Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN, (3/6/2024).   Dhony Rahajoe yang lebih dulu mundur, baru menyusul Bambang Susantono. Dhony sebelumnya adalah salah satu petinggi Sinarmas Land. Penunjukannya sebagai Wakil Otorita IKN, tak lepas dari kepentingan bisnis pengembang swasta.   Mundurnya Dhony Rahajoe dari jabatan Wakil Otorita IKN, dapat ditafsirkan sebagai konfirmasi mundurnya entitas bisnis swasta dari proyek ambisius Jokowi. Dalam konteks bisnis, pertimbangan utama mundur tentulah karena aspek bisnis. Bisa karena proyek yang tidak profitabel bahkan tidak visible.   Proyek IKN ini sendiri sebelumnya digadang-gadang tidak akan menggunakan duit APBN. SoftBank mulanya dipamerkan oleh rezim Jokowi sebagai pihak penyuntik dana untuk investasi IKN.   SoftBank sempat menjanjikan investasi senilai US$30 miliar hingga US$40 miliar di Nusantara. Namun SoftBank Group yang dikomandoi oleh Masayoshi Son tiba-tiba menyatakan mundur dari proyek IKN Nusantara tanpa alasan yang jelas.   Setelah SoftBank mundur, Luhut Binsar Panjaitan sempat safari mengolek investasi dari sejumlah investor Arab, dari Arab Saudi hingga Dubai. Namun, hasilnya juga nihil.   Akhirnya, oligarki dalam negeri dipaksa turun gunung. Bos Agung Sedayu Group Sugianto Kusuma alias Aguan ditunjuk memimpin Konsorsium Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)  ke proyek IKN Nusantara.   Namun, konsorsium ini juga tidak berjalan mulus. Wings Group dan Djarum Group dikabarkan mundur sebagai investor IKN Nusantara.   Selain Agung Sedayu Group milik Aguan, dalam konsorsium ini ada Wings Group milik William Katuari, Adaro milik TP Rahmat/Boy Tohir, Barito Pacific milik Prajogo Pangestu, Mulia Group milik Eka Tjandranegara, dan Astra milik Jardine Cycle & Carriage Limited (50,11 persen) serta publik (49,89 persen).   Hari ini Bambang Susantono sebagai Kepala IKN dan wakilnya, Dhony Rahajoe, mundur. Peristiwa ini menjadi penanda mundurnya entitas swasta dari proyek unfaedah kebanggaan Jokowi. Sebuah konfirmasi pendanaan IKN akan full dibebankan kepada rakyat melalui APBN.   Rupanya swasta sudah mulai berani melawan. Mereka tak lagi mungkin melayani kemauan Jokowi yang tak realistis. Apalagi sebentar lagi Jokowi lengser dari jabatannya.   Tentu saja proyek ambisius Jokowi ini akan mangkrak. Karena rakyat tidak mungkin dipaksa memikul beban APBN di luar kemampuannya. Hengkangnya entitas swasta juga makin menegaskan, bahwa proyek IKN tak profitabel bahkan tak visible.   Proyek IKN akan bernasib sama seperti mobil Esemka. Dua legacy Jokowi, yang akan selalu diingat oleh segenap rakyat penduduk negeri ini. Dua legacy yang mengkonfirmasi Jokowi tukang bohong dan gemar ingkar janji. []