Bung Karno: Berjiwalah Mi'raj

Oleh Lukman Hakiem, Peminat Sejarah PADA pidato peringatan Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam di Surabaya, 7 Februari 1959, Presiden Sukarno atau Bung Karno mengingatkan bangsa Indonesia akan perjuangan Nabi Muhammad yang tidak mengenal putus asa, meskipun hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan. Penguatan Batin "Peristiwa Isra dan Mi'raj itu," urai Bung Karno,”Tidak terjadi pada tahun pertama, kedua, ketiga, keempat, atau kelima dari tahun kenabian Muhammad.” Muhammad sebelas tahun ia bekerja mati-matian. Membanting ia punya tulang, memeras keringat. Mengukur ia punya tenaga, tetapi hasilnya tidak banyak. Muhammad yang besar jiwa tidak berputus asa. Ia selalu mengatakan: "Jalan sendiri. Jikalau perlu uang sendiri." Bung Karno kemudian mengingatkan para hadirin akan tamsil yang sering dia ungkapkan dalam bahasa Sing: "Bebek selalu berjalan. Berbondong-bondong, tetapi burung elang rajawali terbang sendiri di angkasa yang tertinggi." Jiwa Muhammad adalah jiwa elang rajawali. Ia mendakwahkan Islam, mula-mula hanya dengan satu pengikut, yaitu istrinya sendiri, Siti Khadijah. Bukan hanya pengikutnya seorang, ancaman juga terus mendera. Tapi Muhammad tidak merengek kepada Tuhan: "Ya Tuhan, ya Tuhan, mengapa Engkau tinggalkan daku." Ia merendahkan ia punya diri. Mengadukan ia punya diri kepada Tuhan. Dan sebagai jawabnya datanglah Isra dan Mi'raj itu. Laksana Tuhan memberi hiburan kepadanya. Bagi Proklamator Kemerdekaan itu Isra dan Mi'raj adalah penguatan jiwa kepada orang yang merasa dirinya kurang cukup untuk menjalankan suatu darma dan tugas lalu memohon kepada Tuhan. "Ya Tuhan tambahkan kepadaku tambahan daripada kemampuan dan kekuatan.” Akan Datang Suatu Masa Dalam pandangan Bung Karno Isra dan Mi'raj bukanlah semacam ujian untuk kenaikan tingkat. Isra dan Mi'raj adalah ibarat suatu pelatihan. Akan datanglah suatu masa yang lebih sulit. Akan datang suatu masa umat Islam akan bertempur di medan peperangan. Dengan lawan-lawan Islam yang demikian itu, diperlukan umat yang kuat batinnya. Bung Karno mengingatkan bangsa Indonesia yang sedang melaksanakan revolusi memerlukan umat yang kuat jiwanya. Kekuatan batin itu, menurut Bung Karno, adalah sangat mutlak. Naik ke Atas "Dan ambillah," ujar Pemimpin Besar Revolusi itu. "Ambillah Isra dan Mi'raj itu kenaikan ke atas. Naik ke atas. Supaya kehidupan kita naik ke atas. Supaya mutu kita sebagai bangsa naik ke atas. Bangsa yang tidak punya adreng, adreng untuk naik ke atas, bangsa yang demikian itu dengan sendirinya akan gugur pelan-pelan dari muka bumi. Itu membawa gugurnya Majapahit. Majapahit gugur sebelum Cornelis de Houtman menjatuhkan ia punya saung di Teluk Banten di dalam abad XV. Jikalau kita bangsa Indonesia ingin kekal, kuat, nomor satu jiwa yang ingin mi'raj, ingin mi'raj, harus kuat. Nomor satu selalu yang ingin mi'raj. Ingin mi'raj. Ingin mi'raj. Kita sekarang ini membelalak, membukakan mata laksana terpekur jika kita mendengarkan perkataan sputnik atau satelit matahari. Orang atau bangsa yang jiwanya jiwa mi'raj berkata: "Ya, sekarang sputnik dipegang oleh orang lain. Lain hari bangsa Indonesia akan memberikan revolusi kita itu ada dalam dada kita. (*)