Didukung Koalisi Gendut, Tak Jamin Prabowo Menang Pilpres?

Tiba-tiba bak ketiban durian runtuh, bakal calon presiden (bacapres) Prabowo Subianto yang kabarnya dijagokan Presiden Joko Widodo (Jokowi), didukung dua ketua umum partai politik yang menjadi menteri bawahan sang presiden, yakni Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Airlangga adalah Menko Perekonomian, sedangkan Zulkifli adalah Menteri Perdagangan. Deklarasi bacapres yang kini menjabat Ketua Umum Partai Gerindra itu digelar di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Minggu (13/8/2023). Sebelumnya Prabowo mendapat dukungan dari PKB. Dengan demikian Prabowo mendapat dukungan dari koalisi gendut yang terdiri dari Partai Gerindra, Partai Golkar, PKB dan PAN serta partai non parlemen PBB. Seperti diberitakan di berbagai media, Prabowo adalah bacapres jagonya Jokowi. Sedangkan Ganjar Pranowo adalah bacapres yang dideklarasikan sebagai bacapres dari PDIP pimpinan Megawati Soekarnoputri. Namun ternyata Anies Baswedan hanya santai dan tersenyum diminta tanggapannya soal koalisi partai gendut (banyak partai) tersebut yang mengusung Prabowo menjadi bacapres. Kata Anies, banyaknya partai pengusung seorang capres tidak jaminan menang di pemilihan presiden (pilpres). Bacapres yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang terdiri dari NasDem, Demokrat, dan PKS ini mencontohkan dirinya dulu sebagai calon gubernur DKI Jakarta yang cuma diusung dua partai tapi malah memenangkan pemilihan gubernur (Pilgub) melawan calon yang diusung banyak partai. "Kami pernah punya pengalaman di Jakarta hanya berdua (parpol). Tapi apa yang terjadi, rakyat berikan pilihannya dengan pertimbangkan banyak faktor,” kata Anies Minggu (13/8). Siapakah yang harus menjadi bakal calon wakil presiden (bacawapres) dampingi Prabowo? Ini menjadi rebutan di antara tiga pentolan partai tersebut. Namun, apabila Muhaimin yang menjadi bacawapres dari Prabowo, tampaknya bakal ditinggal oleh putri mendiang Gus Dur, Yenny Wahid. Pasalnya, Yenny masih marah terhadap Muhaimin yang menjadi ketua umum PKB setelah meng-"kudeta" pamannya sendiri, yakni Gus Dur yang juga bapaknya Yenny. Pokoknya, dalam perhelatan politik, Yenny selalu kontra dengan Muhaimin Selain tiga bacapres Prabowo tersebut, ternyata dikabarkan muncul nama Wali Kota Solo Gibran Rakabuning Raka, putra sulung Presiden Jokowi yang disebut-sebut sebagai bacawapres pendamping Prabowo. Belum jelas apakah ini kehendak Jokowi sendiri atau kalangan elite di sekitar Presiden ke-7 RI tersebut. Tapi yang jelas, sudah ada pihak yang mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menurunkan batas usia cawapres. Maklum, dalam Undang-undang (UU) Pemilu batas usia capres dan cawapres adalah 40 tahun. Sedangkan usia Gibran masih 36 tahun. Maka untuk mengatrol anak Jokowi itu menjadi cawapres harus mendesak MK untuk turunkan syarat cawapres mininal 36 tahun, bahkan ada yang meminta 25 tahun. Usia minimal cawapres digugat ke MK oleh Partai Solidatias Indonesia (PSI), Partai Garuda dan sejumlah kepala daerah agar diturunkan menjadi 35 tahun. Malah ada juga gugatan agar usia cawapres minimal 25 tahun seperti dilansir website MK, Senin (7/8), yang diajukan oleh calon advokat Melisa Mylitiachristi Tarundung, atas Pasal 169 huruf q UU Pemilu, tentang batas usia minimal capres-cawapres. Namun, Wakil Ketua MPR Syarief Hasan berpendapat MK tidak memiliki wewenang untuk memutus batas usia minimum Capres dan Cawapres. Putusan mengenai batas usia Capres dan Cawapres agar dikembalikan kepada pembentuk UU yaitu DPR dan pemerintah, bukan MK. Bicara soal aspirasi arus bawah Golkar, ketua umum Airlangga Hartarto bakal tidak bisa mengendalikan semua kader Golkar karena sebagian ada yang militan mendukung bacapres Anies Baswedan. Demikian juga kader PAN sudah ada yang mendeklarasikan mendukung Anies. Bagi Golkar, mendukung bacapres Prabowo ini sebagai gambling yang menentukan, karena Anies sangat kuat elektabilitasnya dan bahkan simpatisan dan relawan tanpa dibayar mengalir deras bak banjir bandang menyambut Anies saat keliling Indonesia. Makanya, bilamana Anies yang terpilih menjadi Presiden, maka akan terjadi "kiamat" politik di Golkar. Pasalnya, sejak dulu Golkar selalu menempel/menggandol siapa pun yang menjadi penguasa sehingga mendapat jatah jabatan menteri. Golkar tidak pernah menjadi oposisi dalam konstelasi politik di Indonesia. Partai beringin ini selalu berkoalisi dengan pihak yang berkuasa. Oleh karena itu jika Anies menjadi presiden maka Golkar tidak memperoleh jabatan menteri seperti periode-periode kabinet sebelumnya. Perlu diketahui, arus bawah (grassroot) PAN dikabarkan mendukung Anies. Demikian juga arus bawah Golkar mendukung Anies. PKB Muhaimin bisa gembos karena kiai NU kultural Jatim banyak yang mendukung Anies, apalagi Yenny Wahid kontra dengan ketua umum PKB tersebut. Jika pengamatan ini betul, maka bacapres Prabowo pun bakal membawa tiga ketua umum partai dengan gerbong semi kosong. Sehingga peluang untuk menang di Pilpres 2024 masih dipertanyakan. (Red)