Real Madrid Juara La Liga, Benzema Berucap: "Alhamdulillah!"

Real Madrid Juara La Liga, Benzema Berucap:
Real Madrid resmi menjadi juara La Liga Spanyol, pesepakbola Muslim klub raksasa tersebut Karim Benzema pun berucap: "Alhamdulillah!". Megabintang Real Madrid, Karim Benzema mengirimkan pesan kemenangan setelah klubnya dipastikan menjadi juara La Liga 2021/22. King Karim pun mengirimkan pesan buat para loyalis Los Blancos, dan berkata bahwa perjuangan masih belum berakhir. Los Blancos meraih gelar liga ke-35 usai menghajar Espanyol 4-0, Sabtu (30/4/2022), di Santiago Bernabeu. Torehan 81 poin mereka tak lagi mampu dikejar Sevilla dan Barcelona, yang masing-masing duduk di peringkat kedua dan ketiga. Dipimpin Carlo Ancelotti, yang mengukir sejarah sebagai pelatih pertama yang mampu menjuarai lima liga btop Eropa, Madrid meraih mahkota La Liga dengan menyisakan empat laga. Ini semakin membuktikan bahwa status mereka sebagai kandidat juara tak pernah benar-benar mendapat ancaman berarti. Di saat para rival terseok-seok, Madrid justru mampu menjaga konsistensi di kancah domestik dan bahkan mencapai semi-final Liga Champions. Pencapaian itu tidak lepas dari peranan sang striker megabintang, Benzema, yang mampu mencetak 42 gol dari 42 penampilan di semua kompetisi musim ini. Dan setelah merengkuh trofi La Liga, 'King Karim' mengunggah foto di Twitter lengkap dengan pesan buat loyalis Los Blancos. "Satu trofi lagi buat klub terbaik di dunia. Selamat buat tim atas kerja kerasnya musim ini dan kepada fans atas dukungannya... Kita masih punya tujuan lain! Hala Madrid!" serunya. Seperti kata Benzema, langkah Real Madrid belum berakhir meski sudah mengangkat trofi La Liga. Los Merengues masih harus menjamu Manchester City di leg kedua semi-final Liga Champions Eropa yang digelar Kamis (5/5) dini hari WIB. Benzema cs bakal berusaha membalikkan defisit 4-3 yang mereka derita kala bertandang ke Etihad pekan lalu. Juara dengan Mudah Dibandingkan perjalanan Real Madrid di Eropa yang diwarnai serba-serbi kegilaan, kemenangan mereka di La Liga 2021/22 rasanya sangat kontras. Pasukan Carlo Ancelotti meraih gelar ke-35 Los Blancos dengan empat laga sisa setelah membantai Espanyol 4-0, Sabtu (30/4) Pasukan Carlo Ancelotti merengkuh gelar Liga Spanyol ke-35 mereka dengan meyakinkan, menyegelnya dengan kemenangan 4-0 atas Espanyol, Sabtu (30/4), mempertontonkan performa konsisten dan matang, hanya satu-dua kali terpeleset. Tim terakhir yang menjuarai La Liga dengan sisa empat pertandingan, adalah Barcelona besutan Ernesto Valverde, ketika unggul 14 poin dari Atletico Madrid di peringkat kedua pada musim 2017/18. Ketika Madrid juara Liga Spanyol 2019/20, mereka cuma menyisakan satu laga, dan sepanjang abad ke-21 mereka belum pernah juara sedini ini. Madrid memonopoli puncak sejak pekan ke-13, dan tak pernah terlihat bisa dikudeta. Mari kita puji Madrid, yang amat efektif di kedua sisi lapangan, sementara Ancelotti tak ragu memainkan sang bintang terobosan, Vinicius Junior, dengan skema serangan balik karena memang cocok untuknya. Kedalaman skuad Blancos matang, dan Madrid kian berkembang seiring musim berjalan, sementara rival mereka rontok satu per satu, terkecuali Barcelona arahan Xavi Hernandez. Kehadiran Xavi di Camp Nou sudah terlalu terlambat, asa juara tim Catalunya itu tinggal serpihan saat ia tiba, meski mereka sempat meninggalkan noda besar di catatan La Liga milik Madrid, ketika Barca membantai sang rival 4-0 di Santiago Bernabeu Maret lalu. Di bawah rezim Ronald Koeman, Barcelona menderita selama sepertiga awal musim ini dan mereka baru mulai kembai waras setelah sang presiden, Joan Laporta, memecat pelatih asal Belanda itu. Sebaliknya, tim lain mengawali musim mereka dengan tancap gas seperti Sevilla dan Real Sociedad, justru kehabisan bensin sampai mogok di 2022, sementara Atletico Madrid malah mengalami krisis identitas sejak merebut gelar La Liga musim lalu. Penampilan memukau Villarreal cuma disimpan untuk Liga Champions saja (kecuali leg pertama di Anfield), sementara Real Betis tampil lumayan meski tetap tertinggal lebih dari 20 poin. Namun, hanya karena para rival terseok-seok, bukan berarti kebolehan dan kegigihan Madrid layak diabaikan. Mereka bisa saja ongkang-ongkang kaki, bersantai tanpa menginjak pedal gas, tetapi mereka membuktikan keuletan mereka dengan come back dari defisit 2-0 untuk mengalahkan Sevilla 3-2 pertengahan April kemarin. Sebelum laga versus Espanyol, mereka memenangkan delapan dari sembilan laga di La Liga (dengan satu anomali ketika dibantai Barcelona). Satu-satunya kekalahan lain di kancah domestik sepanjang 2022 adalah ketika dibungkam Getafe di awal tahun. Tak perlu ditanya, salah satu kunci kesuksesan mereka adalah keganasan sang striker, Karim Benzema. Pria yang kini diunggulkan menang Ballon d'Or itu berhasil menorehkan angka selevel Cristiano Ronaldo musim ini, dengan 42 gol dari 42 laga lintas ajang. Meski penampilannya memang sudah elite sejak beberapa tahun belakangan, Benzema musim ini jauh lebih tajam dan efisien dibandingkan musim-musim sebelumnya. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kebangkitan Benzema adalah ledakan partnernya, Vinicius Jr, yang kini berhasil menemukan ketenangan di depan gawang dan di teritorium lawan setelah dipoles Ancelotti, padahal sebelumnya nyaris tak terlihat ada bakat yang bisa diselamatkan. Musim ini, Vinicius sudah melebihi torehan golnya dari tiga musim sebelumnya (15), dan menciptakan kerja sama dinamis dengan striker timnas Prancis itu. Bukan kebetulan kombo keduanya berbuah gol keempat dan terakhir buat Real Madrid versus Espanyol. Di sisi lapangan satunya, Thibaut Courtois bisa dibilang sedang menjalani musim terbaik sepanjang kariernya, melakukan penyelamatan-penyelamatan yang bikin mulut menganga. Cuma Sevilla yang kebobolan lebih sedikit dari Real Madrid musim ini dan, di bulan April, kiper Belgia itu jatuh bangun menjaga gawang Blancos dari bombardir Celta Vigo, dan itu membantu pasukan Ancelotti menang tipis dan menjaga ketenangan usai digilas Barca. Satu lagi sosok vital adalah bek Austria, David Alaba. Datang dari Bayern Munich dengan cuma-cuma, ia langsung mengisi lubang yang ditinggalkan Sergio Ramos sebagai pemimpin lini belakang. Alaba menempa kerja sama yang alot bareng Eder Militao, memastikan Raphael Varane sama sekali tak dirindukan – di kedua sisi lapangan. Alaba mencetak gol pembuka kontra Osasuna pada 20 April, dan melakukan hal yang sama kontra Barcelona di Camp Nou ketika Madrid menang 2-1 Oktober lalu. Di ruang mesin, meski Casemiro dan Toni Kroos tidak bisa menunjukkan performa terbaik mereka, Luka Modic si tua-tua keladi berhasil menjaga keutuhan tim dengan pengalaman dan kualitasnya. Gelandang Kroasia itu sudah menyepakati kontrak baru dengan Madrid untuk menetap setidaknya satu tahun, dengan opsi perpanjangan dua tahun, yang harusnya akan segera diumumkan. Di balakang Modric, Madrid punya pelapis lini tengah dalam diri Eduardo Camavinga dan Fede Valverdo, duo yang semakin krusial seiring berjalannya musim, sementara Rodrygo dan Marco Asensio juga sesekali menyumbang gol di lini depan. Nama-nama mantan superstar seperti Gareth Bale, Eden Hazard, Marcelo, dan Isco jarang dipercaya, dengan Nacho dan Lucas Vazquez menjadi dua dari sekian nama yang bisa tampil cukup baik ketika dibutuhkan. Pemain-pemain dengan peran pendukung ini yang membantu Madrid meraih kejayaan domestik layaknya mesin, dan kini mereka bisa fokus sepenuhnya ke Liga Champions Eropa, yang jelas tidak semudah langkah mereka di Spanyol. (Goal.com/Red)