Gawat! Rusia Ancam Perang Nuklir Jika Konflik Ukraina Memburuk

Akhirnya, ancaman Rusia tidak main-main dalam konlik perang Ukraina. jika konflik memburuk, negara super power tersebut bakal meladeni dengan perang nuklir. Dashyat! Mengerikan! Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, tidak menampik kemungkinan konflik yang memburuk di Ukraina bisa mengarah pada ancaman senjata nuklir, dan dia berharap adanya prospek kesepakatan damai. Pada Senin (25/4/2022), kepada Russian First Channel, dia mengatakan Moskow ingin menghindari peningkatan risiko konflik semacam itu. "Kami memegang posisi kunci, di mana kami mempertimbangkan berbagai hal. Risikonya sekarang cukup besar," kata Lavrov. "Saya tidak ingin dengan sengaja meningkatkan risiko itu. Banyak pihak akan menyukainya. Bahayanya serius, nyata, dan kita tidak boleh meremehkannya." Lavrov juga menuduh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky "berpura-pura" ingin bernegosiasi, menyebutnya "aktor yang baik". "Jika Anda memperhatikan dan membaca dengan seksama apa yang dia katakan, Anda akan menemukan ribuan kontradiksi," kata Lavrov. Pekan lalu, Lavrov mengatakan, Moskow berkomitmen untuk menghindari perang nuklir. Pada Senin, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menulis di akun Twitternya, bahwa komentar terakhir Lavrov mengindikasikan bahwa Rusia telah kehilangan "harapan terakhirnya untuk menakut-nakuti dunia, agar tidak mendukung Ukraina". "Dengan membicarakan bahaya 'nyata' dari Perang Dunia III, berarti Moskow merasakan kekalahan di Ukraina," cuitnya. Eskalasi konflik Rusia dan Ukraina dipicu oleh kiriman persenjataan dari negara-negara Barat, yang tergabung dalam aliansi NATO, ke Ukraina. Dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Senin, Lavrov mengatakan: "Senjata-senjata ini akan menjadi target yang sah bagi militer Rusia yang bertindak dalam konteks operasi khusus." Lavrov juga mengatakan kepada televisi pemerintah: "NATO, pada dasarnya, terlibat dalam perang dengan Rusia melalui proxy dan mempersenjatai proxy itu. Perang berarti perang." Beberapa hari setelah invasi Rusia dimulai pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan nuklirnya untuk bersiaga. Amerika Serikat dan aliansinya di NATO mengatakan mereka tidak ingin melakukan intervensi militer secara langsung di Ukraina, demi mencegah risiko Perang Dunia III. Ilustrasi perang nuklir : https://youtu.be/lyIHlKKDrfc Serangan Rusia ke timur President Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya mengatakan Rusia telah memusatkan puluhan ribu tentara untuk serangan lebih lanjut ke Ukraina timur. Zelensky mengatakan hal itu di depan anggota parlemen Korea Selatan pada Senin (11/04) dan menekankan "kami perlu bantuan lebih lanjut untuk bisa bertahan dari perang ini". Dalam perkembangan lain, Presiden Zelensky mengatakan puluhan ribu orang tewas di kota Mariupol, di Ukraina selatan sejak Rusia menyerbu. Dalam pertemuan melalui saluran video, Zelensky mengatakan, "Mariupol hancur, ada puluhan ribu oran g meninggal namun demikian Rusia tidak berhenti menyerang." BBC tidak dapat memverifikasi klaim Zelensky namun yang kami ketahui sejauh ini warga yang mengungsi dari kota itu menggambarkan kondisi di sana sangat mengkhawatirkan dengan mayat-mayat dimakam di kuburan yang digali seadanya, terjadinya penjarahan petempur Chechnya dan warga yang kelaparan dibunuh saat keluar dari tempat perlindungan untuk mencari minum. Sementara itu seputar ibu kota Kyiv, jaksa penuntut Ukraina mengatakan jenazah lebih dari 1.200 orang ditemukan. Gempuran di Ukraina timur Jumat (08/04) lalu, Rusia mengakui mengalami kehilangan "tentara yang cukup signifikan" di tengah invasi yang memasuki hari ke-44 dengan gempuran berlanjut di Ukraina timur. Juru bicara presiden Dmitry Peskov mengatakan kepada saluran TV Inggris, Sky News, jumlah korban itu "merupakan tragedi besar bagi kami". Ia mengatakan Moskow akan mencapai tujuan perang "dalam beberapa hari mendatang". Di kota Kramatorsk di Ukraina timur, pemerintah Ukraina mengatakan lebih dari 50 orang meninggal puluhan luka-luka setelah roket menghantam stasiun kereta Jumat (08/04). Ribuan orang berada di stasiun ketika gempuran terjadi dan mencoba menyelamatkan diri, menurut gubernur Donetsk. Rusia menyanggah terlibat dengan mengatakan tidak memiliki rencana operasi militer di sana. Rusia diyakini mempergencar serangan di kawasan Donbas setelah penarikan dari Ukraina timur. Sejumlah kota di seputar ibu kota Kyiv telah diambil alih kembali oleh Ukraina. Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan kerusakan yang ditemukan di salah satu kota yang dikuasai kembali, Borodyanka lebih parah dari yang terjadi di Bucha. Komentar juru bicara presiden Rusia, Dmitry Peskov tengah jumlah tentara yang tewas itu muncul setelah Rusia diusir dari keanggotaan Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada Rabu (06/04). Sebanyak 93 dari 193 anggota Majelis Umum PBB memutuskan langkah itu, menyusul tuduhan pelanggaran massal hak asasi manusia oleh pasukan Rusia di kota yang sempat diduduki Bucha di Ukraina utara. Reaksi Moskow adalah mengumumkan pengunduran diri dari dewan itu. Dewan HAM PBB menyatakan "keprihatinan mendalam atas krisis kemanusiaan dan HAM". Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia melakukan kekejaman di Borodyanka, kota kecil dekat ibu kota Kyiv. Peskov menyanggah tuduhan bahwa pasukan Rusia bertanggung jawab atas eksekusi di Bucha dan mengatakan kepada Sky News bahwa "kita tinggal di era berita palsu dan kebohongan." Tanpa alasan yang jelas ia mengklaim bahwa foto-foto warga sipil yang tewas itu dibuat oleh Ukraina. Namun, pengakuannya bahwa Rusia mengalami korban yang signifikan sangat mengejutkan. Pada 25 Maret, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan 1.351 tentara tewas dalam perang. Ukraina menyebut jumlah tentara Rusia yang meninggal hampir 19.000. Perkiraan Rusia dan Ukraina itu tidak dapat diverifikasi secara independen. Analis memperingatkan Rusia bisa saja menyebut jumlah korban kecil sementara Ukraina menyebut angka besar untuk mendorong semangat mereka. Para pemimpin Barat meyakini antara 7.000-15.000 tentara Rusia tewas. Rusia telah menarik pasukan dari Kyiv dan memusatkan perang di Ukraina timur - namun belum ada tanda-tanda perang akan berakhir. Wakil perdana menteri Ukraina mendesak warga yang tinggal di timur untuk melarikan diri karena intensitas pengeboman menghambat evakuasi. (Red) Sumber: BBC News