Singgih Yehezkiel Aktif Mensponsori Turnamen Tenis Meja

Jakarta, Obsessionnews.com - Badai belum berlalu! Ini untuk menggambarkan kemelut yang terjadi di tubuh Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) yang masih belum teratasi hingga kini.
Di tengah kemelut yang melanda PTMSI tersebut penggiat tenis meja nasional Singgih Yehezkiel tak henti-hentinya memberi dukungan kepada para atlet. Hal itu diwujudkan dengan aktif mensponsori turnamen di Jakarta, Bekasi, Bogor, dan daerah-daerah lain.
Baca juga:
Surat Terbuka Singgih Yehezkiel kepada Jokowi: Negaraku Jangan Diam!!!
Siapa Singgih Yehezkiel yang Kirim Surat Terbuka kepada Presiden Jokowi?
Bukan hanya itu. Singgih juga telah dua kali berkirim surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar Presiden turun tangan membenahi PTMSI. Namun, upayanya belum membuahkan hasil yang menggembirakan.
Surat pertama Singgih kepada Jokowi dibuat pada Senin (27/1/2020), dan dikirimkan ke Istana Presiden keesokan harinya, Selasa (28/1/2020). Tembusannya ditujukan kepada Menteri Pemuda dan Olahraga, Ketua Umum KONI Pusat, dan pimpinan Komisi X DPR RI.
Singgih membagikan fotokopi surat itu kepada wartawan dalam konferensi pers yang bertema "Menunggu Presiden Membenahi Tenis Meja Indonesia" di Wisma Intra Asia, Jakarta Selatan, Jumat (31/1/2020).
Di surat tersebut Singgih menyebut dirinya sebagai penggiat tenis meja nasional.
"Saya mendapat info dari seorang teman yang bekerja di Sekretariat Negara, bahwa surat itu sudah berada di meja Bapak Presiden. Saya menunggu Bapak Presiden turun tangan membenahi tenis meja Indonesia," kata Singgih dalam konferensi pers tersebut.
Halaman selanjutnyaDalam surat terbukanya kepada Jokowi itu Singgih mengungkapkan terdapat trialisme atau tiga kepengurusan PTMSI yang mendeklarasikan kepemimpinannya melalui berbagai keputusan yang mereka pegang dan masing-masing menganggap dirinya yang paling benar, tanpa memikirkan roda pembinaan olahraga tenis meja di Indonesia lagi.
Hal itu berdampak munculnya berbagai permasalahan yang sangat rumit, perpecahan, dan kemunduran dalam pembinaan cabang olahraga tenis meja di Indonesia.
Pegangan yang dipakai oleh mereka masing-masing selaku kepengurusan PTMSI hingga terjadi trialisme adalah sebagai berikut:
Pertama, PB PTMSI di bawah kepemimpinan Ketua Umum Lukman Edi. Mengacu pada SK KONI Pusat, masa berlaku sampai dengan tahun 2020, dan memegang hasil Putusan BAORI.
Kedua, PB PTMSI di bawah kepemimpinan Ketua Umum Peter Layardi Lay. Mengacu pada SK KONI Pusat, meneruskan kepengurusan setelah Dato’ Sri Tahir mundur melalui Munaslub 2019.
Ketiga, PP PTMSI di bawah kepemimpinan Ketua Umum Oegroseno. Tidak ada SK KONI Pusat. Memegang PIN ITTF, karena mendapat izin/mandat dari Ketua Umum KOI periode Rita Subowo, dan memegang Surat Putusan Mahkamah Agung.
Adanya trialisme kepengurusan PTMSI tersebut berakibat sangat fatal. Hampir di seluruh sektor mengalami perpecahan, terutama pada kepengurusan daerah di seluruh Indonesia. Bahkan sudah mulai berpengaruh terhadap klub/Persatuan Tenis Meja (PTM) dalam melakukan pembinaan.
Perpecahan di tubuh PTMSI mengakibatkan tenis meja tidak diikutsertakan dalam SEA Games 2019 Filipina, dan dicoret dari Pekan Oahraga Nasional (PON) XX 2020 Papua.
Hal ini sangat mengganggu pembinaan atlet/pelatih/pembina tenis meja dan berdampak pada kemunduran yang drastis bagi prestasi tenis meja tanah air.
Kemelut di tubuh PTMSI sudah berlangsung 7 tahun dan 8 bulan, tanpa ada satu kesepakatan yang berhasil menyatukan.
"Kemelut di tubuh PTMSI yang berlarut-larut tersebut jelas merusak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia," tulis Singgih di surat itu.
Oleh karena itu ia berharap Presiden turun tangan untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, agar terwujud hanya ada satu PTMSI.
Negaraku Jangan Diam! Surat pertama tidak mendapat respons dari Jokowi. Singgih kemudian kembali membuat surat terbuka kedua kepada Jokowi, Selasa (12/10/2021), kemudian disebarkan ke grup-grup WhatsApp tenis meja pada Kamis (14/10/2021). Dalam surat itu Singgih mendesak Jokowi turun tangan untuk menyelesaikan konflik di PTMSI.
Halaman selanjutnyaBerikut ini isi lengkap surat terbuka Singgih kepada Jokowi:
NEGARAKU JANGAN DIAM !!!
Surat Terbuka untuk Presiden RI,
IIr. Joko Widodo
Bekasi, 12 Oktober 2021
Salam Sejahtera,
Semoga Bapak beserta keluarga dalam keadaan sehat dan dalam lindungan Allah SWT.
Pertama-tama izinkan saya memperkenalkan diri, saya adalah Singgih Yehezkiel, salah seorang rakyat Bapak yang sebagian besar hidupnya saya dedikasikan untuk dunia olahraga tanah air khususnya Tenis Meja.
Surat terbuka ini saya buat dan saya tujukan kepada Bapak, sosok yang sangat saya hormati sebagai pemimpin bangsa. Surat terbuka ini bagian dari concern dan kepedulian saya kepada bangsa dan negara, harapannya bisa sampai serta didengar oleh istana dan pemerintah.
Sebagai salah seorang yang juga mencintai negeri ini, pada kesempatan yang baik ini, saya datang kepada Bapak dengan kesungguhan untuk menyampaikan beberapa hal "curahan hati" termasuk didalamnya apresiasi, keprihatinan dan pendapat saya tentang situasi kondisi aktual saat ini. Adapun yang ingin saya sampaikan adalah:
Perlu kita ketahui bersama, konflik kepengurusan Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) tak kunjung beres. Hal itu berimbas dengan tidak dikirimkannya atlet tenis meja ke SEA Games 2019 di Manila.
Halaman selanjutnyaDalam waktu empat tahun terakhir PTMSI terpecah jadi tiga. PTMSI yang diketuai Oegroseno, Lukman Eddy, dan Peter Layardilay mengklaim sebagai kepengurusan PTMSI yang sah periode 2018-2022.
Peter sendiri menggantikan Tahir yang telah memilih mundur dari jabatannya.
Dualisme di PTMSI sendiri sudah muncul saat Lukman Edy terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) tahun 2016 lalu. Lukman Edy menggantikan mantan ketua DPR RI, Marzuki Alie.
Saat itu sudah muncul PTMSI yang dipimpin oleh Oegroseno. Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) kala itu mengakui PTMSI pimpinan Lukman, namun induk organisasi tenis meja yang dipimpin Oegroseno baru saja memenangkan kasasi di tingkatan Mahkamah Agung.
Perpecahan di tubuh PTMSI itu pun terus berlanjut hingga kini. Imbas terbaru adalah ditiadakannya Cabor Tenis Meja di PON Papua 2021.
Yang Mulia Bapak Presiden
Lihatlah berapa banyak masyarakat Tenis Meja, dari pemain nasional hingga pelatih klub kecil di pelosok negeri yang kehilangan hak tambahan penghasilan, kehilangan kesempatan menunjukkan prestasi dan kehilangan hak-hak yang lain atas apa yang terjadi pada kepengurusan PTMSI saat ini. Para pemain bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya.
Halaman selanjutnyaYang Mulia Bapak Presiden
Lakukanlah amanat di pundakmu sebagai Presiden di negeri ini. Jalankanlah pasal Undang-undang Dasar negara ini, jangan biarkan rakyatmu terbebani derita ini hanya karena ulah egois oknum di kepengurusan PTMSI Pusat.
Yang Mulia Bapak Presiden
Raihlah tangan-tangan rakyatmu yang memohon pertolongan, ulurkan tali di tengah derasnya gonjang ganjing kekisruhan kepengurusan PTMSI.
Jangan ada sejarah mencatat kami komunitas Tenis Meja Indonesia turun ke jalan menyambangi Istana Negara hanya untuk menyuarakan aspirasi seperti ini.
Jangan ada kedukaan di kemudian hari yang mencatat namamu sebagai pemimpin yang terlena, tak berdaya dan hanya diam atas dualisme kepengurusan PTMSI. Jangan ada cerita kesemerawutan PTMSI tidak bisa diselesaikan di kala kepemimpinanmu. Anak cucumu akan bahagia dan sejarah akan mencatat jika Bapak bisa menyelesaikan kemelut yang terjadi di PTMSI saat ini.
Saya sangat mengapresiasi kepemimpinan Bapak yang bisa menyelesaikan beberapa masalah bangsa, harapan saya adalah Bapak juga bisa turun tangan untuk membantu menyelesaikan dualisme kepengurusan di tubuh PTMSI saat ini.
Atas perhatiannya saya mengucapkan terimakasih.
Dari Pemerhati dan Pecinta Tenis Meja
Ttd,
Singgih Yehezkiel, S.E., M.Si.
Tembusan:
1. Kemenpora 2. KONI Pusat 3. KOI 4. Polda Metro Jaya 5. Komisi X DPR RI
Halaman selanjutnya
Singgih Pernah Menjadi Direktur Silatama PP PTMSI Siapa Singgih Yehezkiel? Bagi atlet tenis meja zaman now nama ini tentu asing. Namun, bagi atlet lawas periode 1990 hingga 2000 nama ini cukup populer.
Singgih pernah menjadi Direktur Sirkuit Liga Tenis Meja Utama (Silatama) Pengurus Pusat (PP) Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) periode 1999-2001. Ia juga pernah menjadi Direktur Lamtema (Liga Muda Tenis Meja Nasional) PP PTMSI periode 1990-2000.
Pada saat itu menghasilkan sejumlah pemain nasional antara lain Silir, Dahlan, Vicky, Gilang, dan Kunkun.
Saat menjadi Direktur Silatama Singgih membuat kebijakan sistem voor and voor, pembagian divisi 1-5, dan turnamen kelas eksekutif yang berlaku sampai sekarang.
Setelah tidak lagi menjadi pengurus PTMSI Singgih tetap aktif bermain tenis meja. Bahkan ia menjadi juara turnamen tenis meja ITTC Cup 1 se-Bekasi Raya kelas veteran di Gedung SD dan SMP Al azhar 6 Jaka Permai, Jaka Sampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat, 18-19 Januari 2020.
Singgih adalah ayah pecatur nasional Irene Kharisma Sukandar. (arh)