Taliban Kuasai Afghanistan, Harga Burqa Melonjak 10 Kali Lipat

Kembalinya Taliban mengambil alih pemerintahan di Afghanistan membuat perempuan di negara tersebut kembali memilih memakai burqa, jilbab/pakaiam muslimah yang tertutup.. Akibatnya, harga burqa melonjak 10 kali lipat. Milisi Taliban kini telah menguasai Kabul, ibu kota Afghanistan. Dua pejabat pemerintahan di Afghanistan mengungkapkan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani juga sudah meninggalkan negara tersebut. Kondisi pengambilalihan kekuasaan ini membuat kepanikan di kalangan warga Afghanistan sendiri, khususnya pada perempuan. Dilansir dari laman indiatoday.in, kembalinya Taliban membuat perempuan yang berada di Afghanistan memilih untuk kembali mengenakan burqa. Pakaian tradisional ini biasanya digunakan para perempuan di Afghanistan, India Utara, dan Pakistan dengan model yang berbeda-beda. Serbuan wanita yang kembali memburu burqa membuat harga jual pakaian ini di kota Kabul mengalami lonjakan hingga sepuluh kali lipat. Selama pemerintahan Taliban sebelumnya, perempuan memang diwajibkan untuk menutupi tubuh dan wajah mereka dengan burqa. Selain itu, mereka dilarang sekolah, bekerja atau meninggalkan rumah tanpa saudata laki-laki. Namun kabar terbaru seperti dikutip dari Merdeka.com, Juru Bicara Taliban Suhail Shaheen di kantor politik mereka di Doha, Qatar kepada Sky News Inggris, seperti dilansir laman Al Arabiya menegaskan ketentuan penggunaan burqa takkan lagi diwajibkan kepada perempuan Afghanistan. "Burqa bukan satu-satunya hijab, ada berbagai tipe hijab, tidak hanya burqa saja," katanya. Namun Suhail tak menjelaskan jenis hijab yang bisa diterima Taliban di masa kepemimpinannya saat ini Menggunakan Sprei sebagai Burqa Mengutip dari CNN, seorang perempuan di Kabul mengatakan bahwa rumahnya hanya memiliki satu atau dua burqa yang dipakai oleh ia, saudara perempuan, dan ibunya. "Jika kami tidak memiliki burqa, kami harus mendapatkan sprei atau sesuatu untuk membuatnya menjadi syal yang lebih besar," kata perempuan tersebut. Cara Taliban Nikmati Hidup Usai Kuasai Kabul: Es Krim, Bombom Car, Gym Baru-baru ini, Taliban menyatakan bahwa mereka membuka akses pendidikan pada para perempuan di negara tersebut. Namun, kelompak pejuang hak asasi mengungkapkan aturan yang diterapkan bervariasi dan tergantung pada pemimpin lokal serta masyarakat itu sendiri. Memilih Tetap Tinggal di Rumah Seorang perempuan berusia 25, yang saat ini bekerja untuk LSM lokal di Herat, Afghanistan mengaku tak meninggalkan rumah selama beberapa minggu karena perang yang terjadi. Saat ia berbicara dengan warga lain, ia juga mendapati fakta bahwa hanya sedikit perempuan yang berkeliaran di jalan, bahkan dokter wanita memilih untuk berada di rumah hingga situasi yang lebih jelas. Di masa kekuasaan Taliban pada 1996-2001, perempuan tidak boleh bersekolah, bepergian dan bekerja, dan mereka diwajibkan memakai burqa di tempat umum. Selain soal pakaian, sejumlah negara dan kelompok pembela hak asasi menyoroti nasib perempuan dalam hal pendidikan di Afghanistan yang kini dikuasai Taliban. Shaheen meyakinkan perempuan bisa mendapatkan pendidikan dari mulai jenjang pendidikan dasar hingga tinggi. "Kami sudah mengumumkan kebijakan ini dalam konferensi internasional, konferensi Moskow dan di sini di Doha," kata Shaheen. (Dream/Red)