Mengenang 101 Tahun Jenderal Besar A.H. Nasution

Mengenang 101 Tahun Jenderal Besar A.H. Nasution
Pengantar Redaksi: Bangsa Indonesia mengenal Jenderal Besar TNI (Purn). DR. Abdul Haris Nasution tak hanya sebagai prajurit pejuang sejati yang ikut mempertahankan kemerdekaan RI, tapi juga sosok inspiratif bangsa.  Ia adalah pemikir besar yang telah mewariskan kekayaan pengalaman dalam perjuangan dan idealisme kehidupan berbangsa serta bernegara. Karya dan pemikirannya telah memberikan banyak inspirasi dan kontribusi besar bagi perjalanan bangsa dan negara ini.Dengan semangat menghargai jasa-jasa para pahlawan negeri ini dan menghargai pemikiran-pemikiran besar tokoh-tokoh bangsa, Majalah Men’s Obsession (Obsession Media Group) sebagai bagian dari elemen bangsa Indonesia merasa perlu menjaga sekaligus menularkan semangat perjuangan dan pemikirannya kepada generasi muda melalui perannya sebagai bagian institusi pers nasional.Untuk itulah dalam rangka mengenang 101 tahun kelahiran Jenderal Besar A.H. Nasution, Men’s Obsession ikut berkontribusi dalam menerbitkan edisi khusus dengan tajuk Mengenang 101 Tahun Jenderal Besar A.H Nasution yang berisikan tentang perjalanannya sebagai prajurit dan intelektual yang sangat inspiratif dan masih tetap aktual hingga saat ini. Semua materi dalam tulisan ini disarikan dari wawancara dengan putri tertua Pak Nas, yakni Hendrianti Sahara Nasution, yang diwawancarai di Museum A.H. Nasution dan sumber dari Pusat Sejarah TNI. Edisi khusus ini akan didedikasikan bagi bangsa khususnya generasi milenial dengan harapan agar semangat dan perjuangan beliau tetap tertanam dalam diri anak bangsa ini. Untuk itu, selalin didistribusikan kepada publik, edisi khusus ini akan menjadi suvenir dalam acara peringatan 101 tahun Jenderal Besar A.H. Nasution di Museum A.H. Nasution, Jl. Teuku Umar No. 40 Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2019). (Red) *** Halaman selanjutnya JENDERAL Besar TNI Purn. DR. Abdul Haris Nasution adalah figur inspiratif bangsa.  Pak Nas, begitu ia biasa disapa, tak hanya dikenang sebagai prajurit, pejuang dan pahlawan nasional, tapi juga sosok pemikir besar, intelektual yang sederhana, idealis, sekaligus religius. Pak Nas memang  merupakan satu dari sekian banyak pahlawan nasional yang telah memberikan kontribusi besar bagi perjalanan bangsa dan negara ini, khususnya dalam meraih kemerdekaan dan mengisi pembangunan. Lahir di Desa Hutapungkut, Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara pada 3 Desember 1918, Pak Nas adalah figur prajurit yang dalam jiwanya dipenuhi nilai-nilai pengabdian dan profesional terhadap Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dengan pengabdian dan profesionalisme terhadap TNI, Pak Nas tegas dan berani melawan setiap kekuatan yang ingin meruntuhkan negara kesatuan Republik Indonesia dan mengganti ideologi negara. Ketegasan dan keberaniannya terus ia pertahankan hingg akhir hayat sekalipun harus menghadapi risiko dan tantangan. Ketika memimpin TNI, penggemar film perang ini sudah membuktikan keberaniannya melawan apapun kekuatan yang ingin menghancurkan TNI sebagai perisai bangsa dan negara meski nyawa harus dipertaruhkan. Konsistensi sikapnya itulah yang membuat ia diburu untuk dibunuh dalam peristiwa gerakan 30 September tahun 1965 yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI).   Tapi takdir Tuhan berkata lain, ia lolos dari pembunuhan keji meski harus menahan kepedihan yang luar biasa ketika putri kesayangannya, Ade Irma Suryani dan ajudan setianya Kapten Pierre Andries Tendean telah menjadi perisai dan gugur menjadi pahlawannya. Halaman selanjutnyaSang Konseptor Brilian Pak Nas juga dikenal sebagai intelektual yang memiliki banyak ide dan pemikiran brilian dalam kapasitasnya sebagai prajurit dan komandan militer. Sejumlah strategi dan konsep kemiliteran dan pembangunan TNI  antara lain konseptor Perang Gerilya yang  bertujuan menegakkan de facto Republik Indonesia dalam arti militer dan sipil sebanyak mungkin di kantong-kantong gerilya. Selain sebagai konseptor perang gerilya, Pak Nas juga menyusun perang teritorial. Konsep perang teritorial ini sejak tahun 1960 resmi digunakan perang TNI AD sebagai doktrin pertahanan nasional. Konsep ini tidak hanya menyiapkan tentara berperang, namun juga melancarkan gerakan non militer untuk merebut hati dan pikiran rakyat. Doktrin perang teritorial terbukti sangat efektif membendung penyebaran politik PKI dan memadamkannya. Karena itu, sebagai Wakil Panglima Besar dan anggota Dewan Siasat Militer, Pak Nas dapat mengkonsepsikan dengan segera rencana pokok untuk menindak PKI dan menyelamatkan pemerintah.  Ia juga dikenal sebagai tokoh pemrakarsa politik “Kembali Ke UUD 1945”, perumus Konsepsi Jalan Tengah,  berperan dalam perjuangan Pembebasan Irian Barat baik tingkat politik maupun militer. Selain itu, pria yang suka mendengar murotal dan senang dengan musik marching band, ini telah menulis 80 judul buku militer. Salahsatu bukunya yang bertajuk 'Pokok-Pokok Gerilya' menjadi rujukan pembelajaran sekolah militer di berbagai negara dunia, tak terkecuali di West Point, sekolah tentara Amerika Serikat. Karena kemampuannya yang luar biasa dalam bidang militer dan politik, Pak Nas mendapat penghargaan dari beberapa universitas. Seperti dikutip dari https://sejarah-tni.mil.id, Gelar Doktor Honoris Causa diterimanya dari Universitas Padjajaran, Universitas Islam Sumatera Utara dan dari Philipina ia mendapat gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang Politik Ketatanegaraan. Selain dari civitas akademik, Jenderal Abdul Haris Nasution menerima berbagai penghargaan berupa bintang tanda penghormatan baik dari dalam maupun luar negeri seperti dari kerajaan Muangthai, Yugoslavia, Republik Persatuan Arab, Philipina, republik Federasi Jerman, Ethiopia dan Belanda. Bintang-bintang dan tanda kehormatan dari Negara Republik Indonesia itu, antara lain:Bintang Republik Indonesia Klas III dan II, Bintang Maha Putera Klas II, Bintang Sakti, Bintang Darma, Bintang Gerilya, Bintang Sewindu, Satyalencana Kesetiaan, Satyalencana Jasa-Darma Angkatan Laut, Satyalencana Aksi Militer I, Satyalencana Aksi Militer II, Satyalencana Gerakan Operasi Militer I, Satyalencana Gerakan Operasi Militer II, Satyalencana Gerakan Operasi Militer III, Satyalencana Gerakan Operasi Militer IV, Satyalencana Kemerdekaan, Satyalencana Satya Darma, Satyalencana Dharma Pembebasan irian Barat, Satyalencana Dharma Dwikora, dan Satyalencana Penegak (Operasi Penumpasan G.30.S/PKI) Sedangkan Bintang-bintang tanda kehormatan dari Negara-negara Asing, antara lain: Bintang Gajah Putih dari Kerajaan Muangthai, Bintang Bendera Yugoslavia Klas I, Bintang Republik tertinggi dari Republik Persatuan Arab (RPA)    (Grand Gordon of the Order of the U.A.R), Bintang Militer Klas I Yugolasvia, Bintang Kehormatan dari Presiden Philipina (1963), Bintang Jasa dari Republik Federasi Jerman (1963), Bintang Datu Sikatema dari Philipina (1967), Bintang Tertinggi Trimurti dari Ethiopia (1968), dan Grootkruis Oranye Nassau dari Negeri Belanda. Selain itu, dari berbagai kesatuan dan Lembaga Pendidikan, ia memperoleh lencana-lencana kehormatan, baik dari dalam maupun luar negeri, seperti Korps Kapal Selam Angkatan Laut Republik Indonesia, Korps Kapal Selam Amerika Serikat, Korps Kapal Selam Uni Soviet, Sekolah Artileri dan Missile di Amerika, Frunze Akademi Uni Soviet, Divisi I Jerman, Korps Berlapis Baja Jerman, Akademi Angkatan Udara Republik Persatuan Arab (Mesir-Suriah), Korps Kavaleri TNI-Angkatan Darat, dan lain-lain. Karena jasa-jasanya yang luar biasa kepada bangsa dan negara, pemerintah Republik Indonesia melalui Keppres No.46/ABRI/1997 menganugerahkan Pak Nas dengan pangkat kehormatan Jenderal Besar TNI dan menyandang lima bintang di pundaknya sekaligus menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional untuk Jenderal Abdul Haris Nasution melalui Surat Keputusan Presiden No.073/TK/Tahun 2002, tanggal 6 Nopember 2002. Halaman selanjutnyaPemimpin Keluarga yang Ideal Sementara, sebagai seorang ayah, Pak Nas adalah sosok yang sangat humanis. Kecintaannya kepada bangsa dan negara tak melupakan kecintaannya pada keluarga. Nilai-nilai kebaikan dalam berkeluarga, ia tularkan kepada istri tercinta Johana Sunarti dan kedua putri tersayangnya, Hendrianti Zaharah dan Ade Irma Suryani tak hanya lewat kata tapi juga keteladanan dalam keseharian.  Kesederhanaan dan idealisme adalah hartanya yang paling berharga yang ia wariskan kepada keluarga. Sedangkan sebagai seorang hamba Tuhan Yang Maha Esa, Pak Nas merupakan sosok relijius yang selalu menjalankan perintah dan menjauhkan larangan yang telah digariskan oleh Sang Khalik. Ia adalah role model  manusia yang memiliki kesalehan individual dan kesalehan sosial dengan moralitas dan integritas yang telah teruji. Karena itu, mengenang 101 tahun Sang Jenderal Besar Dr.AH. Nasution, adalah mengenang tentang cita-cita besar seorang prajurit yang telah berjuang untuk mewujudkan Republik Indonesia menjadi negara yang kuat sehingga dihormati dunia, memiliki pemerintahan yang bersih, bermartabat dan berwibawa. Dan, mengenang 101 tahun Sang Jenderal Besar ini, adalah juga untuk menjaga agar api semangat serta nilai-nilai perjuangan yang diwarisi Pak Nas tetap membara dalam diri segenap bangsa Indonesia khususnya generasi muda. Karena dengan tetap melestarikan semangat juang para pahlawan di dalam dada generasi muda, maka eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia akan tetap utuh dan terjaga. Itulah semangat kepahlawanan yang diwariskan Pak Nas.  (Sahrudi)