Pencarian AirAsia dan Gelombang Laut

Pencarian AirAsia dan Gelombang Laut
Pencarian AirAsia dan Gelombang Laut Oleh: Dr Ir Isdy Sulistyo DEA (Universitas Jenderal Soedirman/Unsoed) Tragedi AirAsia QZ 8501 menarik perhatian sebagian besar rakyat Indonesia menjelang pergantian tahun.  Dunia juga ikut terkejut dengan peristiwa mengharukan ini.  Perkiraan pesawat Airbus A320-200 ini jatuh di laut Selat Karimata, sisi barat pulau Kalimantan.  Analisis para ahli, seperti diliput banyak media elektronik atau cetak, pesawat QZ 8501 mendarat darurat di laut, tetapi bisa jadi pendaratan yang tidak berhasil sehingga hancur saat menyentuh permukaan air laut. Tim penyelamat berusaha keras mengevakuasi korban penumpang namun permukaan air laut di sekitar penemuan korban saat ini sedang tidak bersahabat.  Sebagaimana liputannya, dapat disaksikan permukaan air laut demikian bergelombang, walaupun dari kejauhan terlihat sangat mulus dan rata.  Tetapi, di sana-sini terlihat buih-buih putih bergerak ke arah daratan. Bagaimana sebenarnya keadaan permukaan laut saat-saat sekarang? Mari coba kita bahas sedikit dari sisi keilmuan fisika oseanografi (atau fisika laut).  Fisika laut ini merupakan bagian ilmu oseanografi secara utuh.  Fisika laut membahas fenomena fisik air laut (fisik laut) tentang pergerakan massa air laut, temperatur air laut, masuknya cahaya matahari, endapan-endapan (sedimentasi) di dasar laut, dan bahkan sampai ke profil dasar laut. Pergerakan massa air laut dapat berupa gelombang dan arus.  Gelombang di laut dapat secara jelas dilihat di permukaan laut.  Hal ini merupakan tanda bahwa, sebenarnya, permukaan air laut tidak pernah sedetikpun tenang, diam, atau mulus.  Selalu ada pergerakan air di permukaan laut, sekecil apapun.  Jika ada pepatah yang menyatakan bahwa hati yang tenang setenang air laut, tidaklah berlaku secara nyata di laut manapun. Bagaimana sebenarnya gelombang laut dapat terjadi ?  Sebagaimana dapat dilihat dan dirasakan, saat seseorang berada di tepi pantai, maka angin akan selalu berhembus.  Hembusan angin ini selalu ada di pantai karena adanya udara yang bergerak (berpindah tempat) sebagai akibat antara lain adanya bumi yang berputar pada porosnya. Ada faktor-faktor lain yang menentukan pergerakan udara ini.  Angin yang berhembus di permukaan air laut inilah yang menimbulkan terjadinya gelombang laut.  Semakin kuat dan lama hembusan angin, maka semakin kuat dan lama juga gelombang laut terbentuk.  Kekuatan gelombang diukur dengan ketinggiannya.  Semakin tinggi gelombang maka semakin besar dan kuat gelombang itu. Jadi, jika dilokasi penemuan korban di laut terbentuk gelombang dengan tinggi 2 – 3 (dua sampai dengan tiga) meter maka dapat dipastikan pada saat itu juga terjadi hembusan angin yang cukup kuat.  Informasi media menyatakan, bersumber dari para penyelamat, angin berhembus dengan kekuatan 40 knot (sekitar 72 km/jam, jika 1 knot sama dengan 1,852 km/jam).  Seberapa kuatkah?  Hal ini bisa dirasakan pada saat seseorang mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 70-75 km/jam, lihat jarum atau angka di speedometer, tanpa menggunakan pelindung kepala dan dada. Angin yang kuat akan menimbulkan gelombang laut yang tinggi, tetapi ketinggian gelombang akan terbentuk sempurna jika kuatnya angin berhembus untuk waktu yang lama (3 – 4 jam minimal).  Apa pengaruhnya gelombang laut bagi upaya penyelematan korban pesawat QZ 8501?. Gelombang laut akan sangat dirasakan pengaruhnya terutama pada peralatan yang berada langsung di permukaan laut.  Jika kapal digunakan sebagai sarana berlayar maka kapal akan langsung merasakan gelombang laut.  Kapal akan mengalami rolling and pitching, atau anggukan dan oleng. Oleng (rolling) merupakan pergerakan kapal bergoyang ke arah kanan dan kiri secara terus menerus.  Pitching (anggukan) merupakan pergerakan kapal bergoyang kearah depan dan belakang secara terus menerus.  Kapal akan terus bergoyang mengikuti gelombang yang datang menghantamnya. Semakin tinggi gelombang, semakin kuat pula goyangan kapalnya.  Kuatnya goyangan kapal tentunya akan menyulitkan para awak kapal dan tim penyelamat (evakuator) untuk bergerak dan bermanuver di kapal. Selain itu, gelombang tinggi juga akan membayakan kapal dengan resiko tenggelam. Ketinggian gelombang 3 – 4 meter, berarti telah mencapai sepertiga badan kapal jika badan kapal bagian depan (haluan) setinggi 12 meter.  Ini ukuran umum untuk kapal-kapal yang berlayar di laut lepas atau samudra.  Jika tinggi kapal kurang dari 12 meter, maka resiko yang dihadapi akan semakin besar.  Itulah sebabnya kapal-kapal penyelamat di lokasi penemuan korban dan serpihan (debris) pesawat AirAsia lebih memilih menunggu hingga tinggi gelombang laut sedikit berkurang.  Biasanya di pagi hari, hembusan angin tidak kuat, sehingga gelombangpun tidak tinggi. Persoalan lain adalah ramalan terjadinya badai laut tropis (menurut BMKG) yang akan melintas di perairan selat Karimata.  Jika sudah diistilah sebagai badai maka dapat dipastikan akan terjadi hembusan angin yang sangat kuat selama waktu tertentu, hujan dengan intensitas tinggi, dan awan tebal hitam di udara.  Gelombang lautpun juga akan tinggi melebihi batas normal, mungkin bisa mencapai 4 – 5 meter.  Seandainya benar terjadi, maka perairan selat Karimata akan sangat bergelombang, berangin, dan berawan. Keadaan ini akan mereda jika badai telah berlalu melewati perairan Karimata, sehingga saat tertentu perairan akan kembali “normal”.  Kerja penyelamatan tentunya akan dihentikan untuk sementara waktu dalam rangka mengurangi resiko bagi penyelamat.  Keadaan lebih berbahaya pada saat badai ini, selain tingginya gelombang, juga banyaknya gelombang terbentuk.  Banyaknya gelombang terbentuk diistilahkan sebagai frekuensi gelombang.  Angin yang berhembus dengan kekuatan tertentu tidaklah terjadi dalam waktu singkat, sehingga gelombang yang terbentukpun tidak mungkin hanya SATU saja. Gelombang terbentuk berurutan dalam jumlah ribuan terus menerus. Kemudian, setelah gelombang di permukaan laut, maka di dalam laut juga terbentuk arus.  Arus laut dapat ditentukan juga arah mengalirnya dan kekuatan aliran arusnya.  Arus akan membawa segala benda yang dilaluinya ke arah pergerakan arus.  Namun, ukuran benda yang dapat terbawa arus (terhanyut) sangat ditentukan oleh kekuatan aliran arusnya (kecepatan arus).  Dalam keadaan normal, arus hanya akan membawa partikel-partikel dan benda berukuran kecil saja.  Arah arus dan kekuatan arus dapat diukur dan diprediksi jarak tempuhnya. Di selat Karimata, arus laut dapat mengarah ke selatan pada musim tertentu.  Bulan-bulan November hingga Februari maka di laut Jawa dikenal sebagai musim baratan, yang ditandai dengan gelombang tinggi, hujan, angin kencang (terutama siang hingga malam hari), dan juga arus yang kuat.  Selat Karimata juga ikut terpengaruh musim ini, sehingga wajar saja gelombangnya tinggi, hujan, berawan hitam, angin kencang, dan arus kuat.  Keadaan ini harus diwaspadai oleh penyelamat dan diperhitungkan arah dan kecepatan badan pesawat akan berpindah. Dengan demikian, gelombang dan arus laut akan menentukan kemampuan tim penyelamat dalam bekerja untuk batas waktu tertentu.  Bagaimana pun juga, laut bergelombang sebagai akibat gelombang yang terbentuk di laut. (*)