Obsessionnews.com – Aksi tiga srikandi berebut menjadi orang nomor satu di Jawa Timur (Jatim) diprediksi bakal berlangsung sengit. Namun menjadi istimewa karena rivalitas antara Khofifah Indar Parawansa dan Tri Rismaharini alias Risma memasuki babak baru.
Sudah bukan rahasia relasi Khofifah-Risma mengalami pasang surut. Khususnya ketika Khofifah memulai periode pertama menjabat Gubernur Jatim dengan Risma sebagai Wali Kota Surabaya.
Baca juga: Tiga Srikandi Bakal Berebut Jatim 1
Rivalitas keduanya muncul secara terbuka pada masa pandemi Covid-19. Khofifah menuding Risma biang keladi menyebarnya pagebluk di Jatim. Sebaliknya Risma merasa tidak mendapatkan dukungan penuh dari pemprov untuk mencegah pandemi di Surabaya.
Seiring waktu, ketegangan di antara kedua pemimpin perempuan surut sendirinya. Selepas memimpin di Surabaya, Risma malah naik kelas. Dirinya masuk kabinet sebagai Menteri Sosial (Mensos) menggantikan Juliari Batubara yang jadi pasien KPK. Sedangkan Khofifah melanjutkan kepemimpinan di Jatim bersama Emil Dardak.
Baca juga: Mundur dari Kabinet, Mensos Risma Pagi Kedelai Sore Tempe
Pilgub Jatim diikuti tiga srikandi dengan level beragam. Khofifah-Emil Dardak yang diusung koalisi gemuk gabungan 15 partai antara lain Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, tentu menjadi paslon kuat dan potensi melanjutkan kepemimpinan periode kedua di Jatim.
Risma berpasangan dengan Zahrul Azhar Asumta alias Gus Hans diusung PDIP-Hanura tidak bisa dianggap enteng. Reputasi Risma di Surabaya, kota terbesar di Jatim dengan total populasi pada 2023 mencapai 3 juta jiwa, membekas bagi arek Suroboyo.
Baca juga: Usung Risma-Gus Han di Jatim, PDIP: Resik-resik Kotoran di Pemerintahan
Faktor kepemimpinan Risma di Kota Pahlawan menjadi modal penting untuk bersaing dengan Khofifah. Secara menohok, Risma mengusung jargon “Resik” menyasar status Pemprov Jatim yang masuk radar KPK.
Pengamat politik Hendri Satrio menilai ada faktor lain yang membuat Risma di atas angin. Salah satunya, keberadaan paslon Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Hakim yang diusung PKB.
“Dengan kehadiran Luluk, Risma sedikit diuntungkan menurut saya. Kenapa? Karena Luluk kan juga punya masa NU, yang menjadi kekuatan massa Khofifah. Khofifah memang Ketua Muslimat, tapi Luluk memegang suara PKB,” kata pria yang akrab disapa Hensat kepada Obsessionnews.com di Jakarta, Rabu (4/9).
Hendri menilai pertarungan merebut simpati Nahdliyin tidak bisa terelakan di Jatim. Hal itu terlihat dengan langkah Risma menggandeng Gus Hans dari kalangan santri. Sekalipun begitu, bukan berarti Khofifah tidak memiliki kans untuk melanjutkan kepemimpinan.
“Sangat mungkin Risma diunggulkan, namun sampai hari ini, petahana Khofifah masih bisa diunggulkan,” tuturnya.
Penyidikan KPK terkait perkara bansos pada Pemprov Jatim, kata Hensat, tidak terlalu memengaruhi persepsi pemilih. “Selama belum ditangkap, terbukti, enggak masalah buat rakyat Indonesia,” tuturnya.
Risma tampak serius menatap Pilgub Jatim ditandai dengan rencananya mundur dari kabinet. Sekalipun belum diketahui kapan politisi PDIP mundur dari jabatan Mensos, Risma telah menyampaikan pamit kepada mitra kerja Komisi VII DPR.
“Saya mohon izin dan mohon pamit. Mohon maaf kalau ada kesalahan saya selama saya menjadi Mensos dan mohon doa restu, meskipun bingung, mohon doa restu. Mudah-mudahan yang terbaik,” kata Risma dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI. (Erwin)