Kamis, 25 April 24

Pesan Pak Natsir: PPP Ubah Jadi Partai Pembangunan Persatuan

Pesan Pak Natsir: PPP Ubah Jadi Partai Pembangunan Persatuan
* Anggota DPR dari Fraksi PPP Syaiful Tamliha (kanan) dan Ketua Umum PP Parmusi H. Usamah Hisyam.

Jakarta, Obsessionnews.com – Bila PPP (Partai Persatuan Pembangunan) ingin menjadi besar, namanya harus diubah menjadi Partai Pembangunan Persatuan., Ini adalah pesan tokoh legendaris Partai Masyumi H. Mohammad Natsir, yang pada akhir 1960-an juga menjadi inisiator kelahiran Parmusi (Partai Muslimin Indonesia) sebagai reinkarnasi Masyumi, dan juga pendiri DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia).

Menjelang deklarasi PPP pada 5 Januari 1973, Ketua Umum PB NU KH Idham Chalid yang kemudian menjadi Presiden PPP menemui Natsir. Ia menyampaikan gagasan rencana fusi politik empat partai politik Islam,^ yakni Partai NU, Parmusi, Partai Islam Perti, dan PSII ke dalam PPP sesuai regulasi politik pemerintah Orde Baru yang hendak melakukan penyederhanaan partai.

Ketika itu Natsir bertanya kepada Idham Chalid, kenapa menggunakan nama Partai Persatuan Pembangunan. Lalu Idham menjawab karena program prioritas pemerintahan Presiden Soeharto hendak melakukan pembangunan. Karena itu umat Islam diharapkan turut mendukung penuh program pembangunan nasional Orde Baru.

Mendengar penjelasan tersebut, Natsir menyarankan agar namanya diubah menjadi Partai Pembangunan Persatuan (tetap disingkat PPP). Karena yang dibutuhkan untuk jangka panjang adalalah membangun persatuan umat (ukhuwah Islamiyah). Bila namanya Partai Persatuan Pembangunan, kata Natsir, PPP tidak akan sampai 50 tahun akan bubar, karena para pengurusnya akan terlibat conflic interest, berebut kue pembangunan.

“Sekarang ini usia PPP sudah 45 tahun, dan sudah ada tanda-tanda partai ini akan hancur ditinggal ummat islam,” ujar anggota DPR dari Fraksi PPP Syaifullah Tamliha usai menemui Ketua Umum Parmusi Usamah Hisyam di ruang Chairman Dharmapena Group, perusahaan milik Usamah di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan , Kamis (18/1).

Seperti diketahui, sejak fusi politik ke dalam tubuh PPP tahun 1973, Parmusi menjadi ormas Muslimin Indonesia (MI), yang pada 26 September 1999 dideklarasikan kembali menjadi Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia) di Yogyakarta.

Tamliha mengatakan, ia mengungkapkan dialog antara Idham Chalid dan Natsir kepada Usamah tentang PPP sebagai suatu amanah yang harus disampaikannya. Tamliha mengaku dialog tersebut disampaikan langsung oleh Idham Chalid kepadanya tahun 1997.

Tamliha merupakan anak kandung salah seorang ulama besar di Kalimantan Selatan, yaitu KH Ismail, pemilik pondok pesantren Norma Islam di Amung Tai, Ulu Sungai Utara. Ismail adalah saudara sepupu Idham Chalid yang juga berasal dari Kalimantan Selatan.

“Sebagai saksi, waktu Pak Idham menyampaikan dialog dengan pak Natsir itu, ada juga tokoh senior PPP pak Zain Bajeber. Silakan cek kepada beliau,” tandas Tamliha.

Politisi yang berasal dari keluarga Nahdliyin ini mengungkapkan, pihaknya sengaja menemui Usamah untuk melakukan langkah-langkah penyelamatan PPP. “Saya sudah menemui pimpinan Perti dan Serikat Islam. Nah tadi saya menemui pak Usamah sebagai Ketua Umum PP Parmusi,” ujar Tamliha.

Mantan Wakil Ketua Fraksi PPP DPR ini mengaku sudah menerima berbagai masukan dari ulama-ulama di berbagai daerah. Hampir semua anggota Fraksi PPP di DPR, dan para pimpinan PPP di daerah galau, karena PPP mulai ditinggal umat.

“Kita paham, umat Islam kecewa dengan kepemimpinan PPP. Kita khawatir dalam Pemilu 2019 PPP tidak memenuhi parliamentary threshold 4%. Karena itu harus ada langkah-langkah penyelamatan,” ujarnya.

Namun, Tamliha mengakui pihaknya belum berhasil meyakinkan Usamah. Ia memahami kekecewaan Usamah terhadap langkah-langkah politik PPP. Sebagai partai berazas Islam, PPP kerap menabrak nilai nilai ilahiah dalam sejumlah pilkada, terutama dukungan terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

“Sementara pak Usamah dan Parmusinya tokoh aksi 212 yang sangat kencang turut menjatuhkan Ahok dalam pilgub Jakarta lalu,” kata Tamliha

Selain itu, kata Tamliha, Usamah melihat belum ada desakan yang signifikan dari umat Islam untuk menyelamatkan PPP. Namun sebaliknya umat sangat muak menyaksikan langkah-langkah politik para pimpinan PPP.

Usamah sendiri mengaku, tidak lagi tertarik berbicara tentang politik PPP bila para pelaku pimpinan PPP masih sama seperti sekarang. Apalagi, dalam tiga tahun terakhir ia telah mencanangkan Parmusi sebagai connecting moslem yang lebih fokus dengan gerakan dakwah.

“Kalau sekarang kader kader Parmusi lebih fokus memikirkan Dakwah Islamiyah, Insya Allah akan dapat pahala. Kalau fokus politik, pahala belum tentu dapat, yang ada lebih banyak mudharatnya, bila kita tidak mampu mengemban azas Islam secara sungguh-sungguh seperti yang dipertontonkan Romy dan kawan-kawan ” ujar Usamah.

Ketika didesak, bukankah Parmusi adalah pendiri PPP dan wajib menyelamatkan PPP, Usamah berkelit, bila pimpinan PPP masih dijabat Romahurmuzy, langkah penyelamatan PPP dinilai akan sia-sia .

“Penyelamatan PPP hanya bisa dilakukan oleh kader kader struktural PPP sendiri. Terutama para Ketua DPW dan DPC seluruh Indonesia dengan adakan Muktamar Luar Biasa. Ini butuh dukungan 75%DPC. Lah kalau DPC-nya masih senang dengan kepeminpinan Romy, apa yang mau diselamatkan?” Kata Usamah. (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.