Pesawat Lion Air JT 610 jatuh di perairan Karawang pada 29 Oktober 2018 pagi, menewaskan 189 penumpang dan awak pesawatnya. Di dalam setiap pesawat ada dua peranti kotak hitam: FDR (Flight Data Recorder) atau perekam data penerbangan dan CVR (Cockpit Voice Recorder) atau perekam percakapan pilot.
FDR ini mencatat informasi 88 parameter penerbangan, mulai dari kompas, arah, ketinggian, hingga kecepatan pesawat di udara, dan sebagainya, yang bersifat teknis. Apa yang terjadi selama penerbangan dalam kurun 25 jam terakhir akan direkam oleh alat ini. Sedangkan CVR yang merekam seluruh pembicaraan yang dalam kokpit.
Kotak hitam FDR lebih dulu ditemukan pada 1 November 2018 pagi, oleh seorang penyelam dari Batalyon Intai Amfibi (YonTaifib) Sertu Hendra di kedalaman laut 30 meter. Kini, Kotak hitam berisi rekaman suara kokpit atau cockpit voice recorder (CVR) berhasil ditemukan pada Senin (14/1/2019) pagi, oleh penyelam komando pasukan katak (Kopaska) dan Dinas penyelam bawah air (Dislambair) I.
Menurut Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal), CVR itu ditemukan yang “jaraknya 50 meter di lokasi ditemukannya FDR”. Kadispen Koarmada I Letkol Laut (P) Agung Nugroho menambahkan, tim Komando Armada (Koarmada) I berhasil menemukan CVR dan sudah diangkat ke kapal milik TNI AL. “(Ditemukan) oleh penyelam Kopaska dan Dislambair I. Sekarang sudah dipegang, sudah diangkat ke kapal (CVR-nya). Kapal apanya saya belum tahu,” jelasnya seperti dilansir BBC News Indonesia, Senin (14/1).
CVR tidak hanya merekam percakapan pilot dan kopilot, namun juga beragam suara yang bisa merupakan petunjuk penting, seperti suara mesin, suara alarm, bahkan suara kursi yang digeser jika awak kabin bergerak. Perusahaan pembuat kotak hitam asal Amerika Serikat, Honeywell, mengatakan rekaman yang tercatat disetel untuk hanya berdurasi dua jam dari posisi terakhir pesawat.
“Perekam data penerbangan akan memberi tahu kita bagaimana kecelakaan terjadi,” kata Greg Marshall, wakil presiden Flight Safety Foundation, organisasi nirlaba di AS yang menyediakan panduan keselamatan udara. Perekam suara di kokpit akan memberi informasi mengapa terjadi kecelakaan.
Misalnya, dalam kasus Germanwings nomor penerbangan 9525 yang jatuh di kawasan Alpen Prancis pada Maret 2015. Perekam penerbangan mengungkap bahwa kru yang mengendalikan pesawat secara sengaja menurunkan ketinggian pesawat dan menambah kecepatan sebelum menabrak pegunungan.
Rekaman suara di kokpit juga menunjukkan pilot menggedor pintu kokpit dan berteriak, “Buka pintunya!”. Di latar belakang terdengar para penumpang menjerit.
Dari berbagai data ini, tim penyelidik menyimpulkan bahwa kopilot Andreas Lubitz mengunci pintu kokpit dan sengaja menabrakkan pesawat. FDR dan CVR dipasang di bagian pesawat yang biasanya paling tahan menghadapi kecelakaan, yaitu bagian ekor.
Mudah-mudahan dengan diketemukan kotak hitam CVR menyusul FDR dari pesawat Lion Air JT610 yang jatuh di perairan Karawang lalu, bakal segera terungkap rekaman penyebab jatuhnya pesawat tersebut.
Sebelum diketemukan kotak hitam CVR, penyelidikan awal Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyiimpulkan pesawat tak laik terbang dan pilot “kebingungan” karena tak mengetahui apa yang terjadi dengan pesawatnya. “Yang terjadi itu pesawat sudah tidak laik terbang. Menurut pendapat kami, seharusnya penerbangan itu tidak dilanjutkan,” kata Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nur Cahyo Utomo dalam jumpa pers di kantor KNKT, Jakarta, Rabu (28/12/2018)
Nur Cahyo juga mengatakan “pilot tidak menyadari apa yang terjadi dengan pesawatnya….risikonya adalah terjadi kebingungan dengan pilotnya.” Namun dalam jumpa pers terpisah Rabu (28/11) malam, Lion Air membantah pesawat itu tak laik terbang. Pada saat itu, KNKT menyatakan mereka belum sampai pada kesimpulan dan baru pada tahap pemaparan fakta untuk mengungkap menit-menit terakhir sebelum pesawat Lion Air JT610 jatuh. (Red)