Jumat, 10 Mei 24

Peneliti FRVN Rekomendasikan Pembuatan Vaksin Dipercepat

Peneliti FRVN Rekomendasikan Pembuatan Vaksin Dipercepat

Bandung, Obsessionnews – Peneliti pada Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN)  2015 mekomendasikan embuatan Vaksin dipercepat. Menurut wakil ketua FRVN 2015 dr. Novilia S. Bahtiar, produk life-science yang dikerjakan oleh para peneliti  adalah produk Biologi yang bisa juga digunakan untuk terapi atau pengobatan seperti eritropoietin (EPO), yaitu suatu bio similar untuk terapi anemia yang diberikan kepada penderita penyakit ginjal kronis dan stem cell.

“Cakupan penelitian dari forum ini, kami perluas menjadi tidak hanya di vaksin saja, melainkan mulai merambah ke produk yang sifatnya life-science yang meliputi vaksin, stem cell, dan biosimilar yaitu produk biologi yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan,” ujar Novilia, Jumat (28/8/2015).

FRVN 2015 yang baru usai 26 – 27 Agustus 2015 merupakan  Forum terbentuk sejak 2011 silam, terdiri dari para periset/peneliti dari Universitas, Pemerintah dan Industri, khususnya periset dalam bidang Vaksin dan Life-Science, yang berkumpul untuk melakukan pengembangan vaksin baru dalam negeri.

FRVN 2015 dibuka Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nina Moelok, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir dan Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Iskandar.

Sinergi antar periset bidang Vaksin diberi wadah Forum Riset Vaksin Nasional yang bertujuan untuk menciptakan kemandirian dan akselerasi atau percepatan, sehingga  penemuan vaksin – vaksin baru yang membutuhkan waktu 15 – 20 tahun bisa lebih cepat diluncurkan ke masyarakat. FRVN 2015 mengangkat tema Hilirisasi Hasil Riset Nasional Bidang Life Science untuk meningkatkan Kualitas Kehidupan Bangsa.

Dalam simposium tersebut  dihadiri sekitar 350 peneliti bidang life-science dari seluruh Indonesia ini, diharapkan penelitian – penelitian yang sedang dilakukan oleh lima konsorsium (TB, Hepatitis B, Dengue, EPO, dan Influenza) dan tujuh working group (HPV, Stem cell, Pnemococus, Pnemonimia, malaria, HIV dan Kebijakan) tidak lagi berada di wilayah riset dasar, tetapi sudah mengarah ke hilir, sehingga dalam beberapa waktu kedepan hasil pengembangan vaksin dapat dirasakan oleh masyarakat. Meski demikian, produk – produk yang sudah mencapai hilir tetap harus melewati tahap – tahap uji klinis terlebih dahulu.

Menurut peneliti dari Bio Farma Neny Nuraeny salah satu konsorsium yang sudah berhasil mencapai tahap hilirisasi dalam pengembangan vaksin adalah konsorsium Vaksin Hepatitis B. Konsorsium ini merupakan kolaborasi dari Bio Farma, Universitas Al – Azhar, dan ITB yang sudah mampu membuat prototipe vaksin Hepatitis B generasi ke-2, berdasakan antigen small HBsAg, dimana Bio Farma sebagai leader dari konsorsium ini dan sebagai penyedia laboratorium untuk semua institusi apabila di institusi yang bersangkutan peralatan atau bahan riset tidak tersedia.

“Tidak lama lagi akan lahir Vaksin Hepatitis B generasi kedua yang mulai masuk tahap hilirasisi produk,  tim yang mengerjakan riset tersebut sudah mampu membuat prototipe vaksin Hepatitis B generasi ke-2, berdasakan antigen small HBsAg,” ujar Neny. Proses riset vaksin ini sendiri, menurut Neny, melibatkan sejumlah lembaga: Bio Farma, Eijkman, Universitas Al Azhar.

Forum Riset Vaksin Nasional ke 5 ini selain menghadirkan narasumber dari berbagai universitas, juga menampilkan presentasi progres setiap konsorsium dan working group, acara diakhiri  pemaparan tentang pentingnya Hak Kekayaan Intelektual oleh Dirjen HKI Kementerian Hukum dan HAM, Prof. Dr. Ahmad M. Ramli. (Dudy Supriyadi)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.