
Obsessionnews.com – Ketua Majelis Pertimbangan Partai PPP Muhammad Romahurmuziy (Romy) menyatakan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bisa pecah. Selain itu ia juga menegaskan ada ajakan dari PDIP ke PPP untuk membangun koalisi bersama.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC-ASIA) Zaenal A Budiyono mengatakan, hal ini merupakan perkembangan yang menarik.
“Karena sejauh ini PDIP belum pernah menawarkan parpol lain untuk bergabung,” ujar Zaenal dalam keterangan tertulisnya yang diterima obsessionnews.com, Sabtu (11/3/2023).
Menurut dia, meskipun KIB terbentuk lebih awal dibanding koalisi lain di pertengahan 2022, namun koalisi ini masih kesulitan menentukan Capres/Cawapresnya sampai hari ini.
“Akibat situasi ini, baik PPP, Golkar dan PAN saling mengintip peluang memajukan kepentingannya masing-masing,” ungkap Zaenal.
Terbaru, PAN secara resmi menyatakan dukungan ke Ganjar-Erick di Rakernas PAN di Semarang beberapa waktu lalu. Manuver PAN yang mengharapkan cottail effect dari Ganjar dan Erick bisa dimaklumi, karena GP adalah nama terkuat di bursa Capres, bersama Anies Baswedan.
Sementara Erick terus meningkatkan elektabilitasnya di barisan Cawapres. PAN yang menghadapi “hantu” Parliamentary Treshold (PT) 4% tentu ingin mematahkan mitos survei tersebut sesegera mungkin. Setelah dikalkulasi oleh dapur PAN, kemunculan figur Capres yang tepat berpotensi mendorong elektabilitas Partai Matahari tersebut.
“Masalahnya, Golkar dan PPP tidak sejalan dengan manuver tersebut, karena sejauh ini Golkar masih bertahan dengan nama Airlangga Hartarto sebagai Capres. Sementara PPP semakin dekat ke Sandiaga Uno untuk mendampingi Ganjar,” ucap Zaenal.
Beragamnya kepentingan ketiga parpol tersebut, lanjut dia, yang kemudian disimpulkan oleh Romy bahwa KIB jalan ditempat dan bahkan rawan pecah. “Benarkah demikian? Sejauh mana peluangnya?” tanya Zaenal.
Dia menjelaskan, pertama, apa yang dilakukan PAN dengan meresmikan GP-Erick bukanlah kejutan berarti, karena pasangan ini sudah beredar di ruang publik sejak beberapa bulan lalu. Justru PAN mencoba membawa KIB berjalan lebih maju, karena selama ini gamang menentukan Capres/Cawapres.
“Kedua, Golkar diyakini tidak akan mengusung Ketumnya, Airlangga Hartarto (AH) sebagai Capres, karena sebagai partai yang telah malang-melintang sejak era Orba, DNA politik Golkar selalu ingi bertarung dan menang. Tidak ada ceritanya Golkar rela menjadi oposisi,” jelas Zaenal.
Oleh karena itu, Capres Golkar kemungkinan tetap mengarah ke GP, namun di posisi wakil, Golkar besar kemungkinan akan menolak opsi PAN.
Golkar diyakini menyiapkan tiket khusus untuk Ridwan Kamil (RK) di posisi Cawapres. Hal itu wajar, karena politisi dengan popularitas tinggi seperti RK, sangat janggal kalau hanya diberikan tugas “mengamankan suara Golkar di Jabar”.
“Pasti ada agenda yang lebih besar, dan kemungkinan itu adalah Cawapres. Di sinilah situasi ‘rawan pecah’ KIB yang disampaikan Romy memiliki justifikasi,” tutur Zaenal.
Ketiga, PPP juga bisa mempercepat perpecahan KIB. Pasalnya Romy yang saat ini kembali menjadi faktor penting di partai Kabah tersebut, memiliki
kemampuan komunikasi politik yang lebih cair ke semua kekuatan. Terbaru ia men-spill history hubungan mesra PDIP dan PPP, baik di era Orba maupun Reformasi.
“Di era Orba, kedua partai merupakan partai yang di luar kekuasaan. Menjelang Presiden Suharto jatuh, terbentuk aliansi Mega-Bintang, yang merupakan gabungan kader PPP dan loyalis Megawati. Pasca reformasi, Mega bahkan berpasangan dengan Hamzah Haz sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Di era Presiden Jokowi, PPP juga masuk ke koalisi pasca Pilpres 2014,” beber Zaenal.
Pada konteks ini, lanjut dia, Romy menegaskan ada ajakan dari PDIP untuk membangun koalisi bersama. Jika ini terwujud dengan history politik di atas, besar kemungkinan KIB akan pecah. Apalagi ada indikasi Koalisi Perubahan yang mengusung Anies juga tengah membangun komunikasi dengan Golkar.
Dosen FISIP Universitas Al-Azhar Indonesia ini menilai, belum adanya Cawapres definitif yang berpasangan dengan Anies, membuka kemungkinan faksi-faksi di Golkar untuk bermain, selain opsi Ganjar.
“Atau bisa saja KIB tetap bertahan dengan komposisi baru. Namun opsi terakhir sulit terwujud karena partai tersisa, PKB kemungkinan masih bertahan dengan Gerindra,” ungkap Zaenal. (Poy)