
Surabaya, Obsessionnews – Walikota Surabaya Tri Rismaharini mendapat teguran keras dari Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla. Pasalnya, orang nomor satu di lingkungan Pemkot Surabaya itu dinilai lamban menyelesaikan pembangunan Pasar Turi baru.
Teguran keras itu terungkap dalam surat Kementerian Sekretariat Negara RI Sekretariat Wakil Presiden dengan Nomor :B.9310/Seswapres/IE.01.01/07/20I5 tertanggal 22 Juli 2015. Dalam surat itu berbunyi, Mengingat tenggat waktu sudah terlewati yaitu sebelum Ramadan 2015, sebagaimana pembicaraan wali kota dengan wapres 25 Maret 20I5 agar permasalahan itu segera diselesaikan dan dilaporkan ke wapres.
Seharusnya, persoalan pasar legendaris itu rampung sebelum Ramadan, namun hingga kini belum tuntas. Dalam surat itu semestinya, Walikota Surabaya dapat melakukan inisiatif lain, selama dapat menyelesaikan masalah dan pedagang dapat melakukan aktifitas perdagangan di Pasar Turi.
Salah satu pedagang yang sudah berjualan di dalam Pasar Turi, Djaniadi Hadi Sadikin mengatakan, dengan mengacu surat tersebut, walikota tidak bisa lepas tangan seperti selama ini. Dengan membiarkan sebagian pedagang tidak masuk ke dalam dan tidak segera membongkar tempat penampungan sementara (TPS) yang dianggap sebagai penghalang pembeli masuk ke dalam.
“Pedagang yang ada di dalam sudah bersabar. Meski sepi tetap buka dengan harapan wali kota segera menyelesaikan Pasar Turi agar ramai seperti dulu lagi.Nyatanya wali kota tak jelas, sehingga pedagang rugi,” katanya, Senin (17/8/2015).

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini saat dikonfirmasi enggan untuk menjawab dengan gamblang.
“Nggak teguran. Nggak mau aku ngomong. Kalau ngomong ada yang ketangkep KPK,” kata Risma sembari berdiri dari tempat duduknya dan langsung berbalik meninggalkan wartawan.
Mimik wajah orang nomor satu di Surabaya itu tampak kesal. Namun masalah baru muncul, tak lama kemudian Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemkot Surabaya, M Fikser mendatangi salah seorang wartawan yang sebelumnya menanyakan soal surat wapres itu.
“Sampeyan jangan menanyakan soal itu (surat wapres). Sampeyan tahu, ibu (Risma) selama upacara itu berdiri. Dia capek, sampeyan harus tahu itu. Kalau tanya itu harus lihat-lihat dulu mood ibu. Saya seperti ini kan hanya ingin menjaga hubungan baik dengan teman-teman wartawan,” ujar Fikser dengan nada tinggi.
Fikser meminta agar wartawan tidak asal bertanya pada walikota. Sebelum bertanya, wartawan harus mengetahui dengan teliti kondisi emosional Risma. Bahkan, dia juga meminta pada wartawan agar pertanyaan apapun harus dikonsultasikan dulu pada dirinya. Nantinya, akan dipilih dan dipilah mana pertanyaan yang itu bisa ditanyakan dan tidak. Ini untuk menjaga agar Risma tidak emosional dan meninggalkan wartawan. (GA Semeru)