Selasa, 7 Mei 24

Natalius Pigai: Dia Saudara Kita

Natalius Pigai: Dia Saudara Kita

Oleh: Zeng Wei Jian (Aktivis etnis Tionghoa)

Bangun tidur, pagi-pagi dapet foto dari Bang Lieus Sungkharisma. Sebuah picmix statemen seseorang bernama Andi Wu. Dia sebut Natalius Pigai sebagai “beruk”. Sedangkan Lieus Sungkharisma dan saya diberi predikat “asu” alias anjing.

Saya broadcast. Teman-teman pada marah sama si Andi Wu. Tapi itu sudah biasa.

Omongan Andi Wu just like a corrosive acids, keluar dari mulut toxic people. His hatred is clear, metallic, one-sided, tegas.

So sad. Menakutkan. Seperti kata Stephenie Meyer, (Andi Wu) “to be filled with so much hate that you (or he) could not even rejoice in the healing of a child.”

Bagi Carrie Jones, kebencian adalah “a useless emotion”. Benci sinonim dengan a deep (extrim) emotional dislike. Dalam psychoanalysis, Sigmund Freud mendefinisikan rasa-benci sebagai an ego state that wishes to destroy the source of its unhappiness.

Kadang saya heran, apa yang membuat orang-orang macam Andi Wu benci sama Pigai, Felix Siauw, Lieus, dan saya. Pastinya bila discanned, setiap kali Andi Wu melihat gambar kami (orang-orang yang dia benci), aktivitas otaknya meningkat: middle frontal gyrus, premotor cortex, putamen kanan, dan the medial insular cortex. Benar kata Jabe Austen, “Hate is a natural defect”.

In New Testament, John bilang, “whosoever hateth his brother is a murderer” (1 John 3). Pigai merespon Andi Wu dengan bilang, “dia saudara kita”. Lieus Sungkharisma cuma ketawa. Saya kira, dia sudah kebal dicaci-maki. Dia pernah disebut sebagai “Monyet bawa obor kerusuhan”. Begitu pula dengan Felix. Kenyang dihina, dihujat, difitnah.

“Hate, it caused a lot of problems in the world, but has not solved one yet,” kata Maya Angelou.

Entah kenapa, sedikit pun saya ngga rasakan marah, kesal, agony nor pain disebut “asu” oleh Andi Wu. Nyengir aja. Malah terbit rasa kasian. Dia terintimidasi fantasinya sendiri.

Mengutip Booker T Washington, “I will permit no man to narrow and degrade my soul by making me hate him”.

Karena, “Hatred is the coward’s revenge for being intimidated,” kata George Bernard Shaw.

THE END

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.