Marak Pembunuhan Tokoh Agama, Copot Kepala BIN!!

Marak Pembunuhan Tokoh Agama, Copot Kepala BIN!!
Jakarta - Ketua umum PW PERISAI DKI, Arief Hidayat menegaskan, permasalahan banyaknya penganiayaan dan pembunuhan tokoh agama di Indonesia belakangan ini yang tidak bisa dideteksi dini dan lambatnya aparat dalam menuntaskan masalah ini, merupakan kesalahan dari Badan Intelijen Negara (BIN). Ia menilai, pemerintah dalam hal ini khususnya BIN tidak serius atau kurang maksimal dalam menangani kasus maraknya penganiayaan tokoh agama di Indonesia, dari persekusi biksu Mulyanto Nurhalim dan pengikutnya di Desa Caringin Legok, Tangerang, penyerangan Gereja Lidwina, Bedog, Sleman, dan kekerasan terhadap pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah Cicalengka Bandung, KH. Umar Basri, serta penganiayaan terhadap ulama sekaligus pengurus Pimpinan Pusat Persis, H R Prawoto hingga meninggal dunia. “Yang terakhir dan baru baru ini K.H. Hakam Mubarok sang pengasuh pondok yang juga mantan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan yang terluka diserang orang tak dikenal dipondok pesantrennya dengan motif yang sama berlatar belakang orang tersebut gila ini menunjukan lemahnya BIN dalam menyerap Informasi yang ada untuk segera menyelesaikan permasalahaan ini,” tandas Arief Hidayat dalam rilisnya, Selasa (27/2/2018). Seharusnya, tutur dia, BIN bisa bekerja secara maksimal agar permasalahan penganiayaan terhadap tokoh agama tidak berlanjut. “Dari sekian masalah dengan motif yang sama kami kira ada aktor intlektual yang ingin merusak kebhinekaan Indonesia dengan menteror para pemuka agama sehingga masyarakat akan saling curiga satu dengan yang lainnya,” ungkapnya. Oleh karena itu, tegas Arief, PW Perisai DKI mengajak kepada seluruh elemen bangsa untuk melakukan aksi massa turun ke jalan pada: Selasa (27/2/2018) pukul 13.00 WIB di kantor pusat BIN dengan dua tuntutan : 1. Copot kepala BIN karena dibawah kepemimpinan BG BIN lemah dalam mendeteksi dini tragedi-tragedi teror tokoh agama. 2. Transparansi Anggaran BIN secara keseluruhan dikarenakan kinerja yang tidak maksimal diduga terdapat oknum yang bermain dibelakangnya. (Red)