Jumat, 17 Mei 24

Mahasiswa Muslim RI di AS: Dapat Fasilitas Tempat Salat, Buka Puasa Gratis di Kampus

Mahasiswa Muslim RI di AS: Dapat Fasilitas Tempat Salat, Buka Puasa Gratis di Kampus
* Acara buka puasa bersama gratis di kampus New York University (dok: Imam Kurniawan/VOA)

Di era Presiden Amerika serikat (AS) Joe Biden dari Partai Demokrat, tidak hanya menteri kabinetnya diisi orang muslim, tapi saat bulan Ramadan juga memperhatikan  dan memperlancar aktivis keagamaan bagi kaum muslim.

Berbagai universitas di AS kini menyediakan fasilitas tempat beribadah, termasuk untuk para mahasiswa muslimnya. Selama bulan Ramadan ini, organisasi islam di kampus juga kerap mengadakan buka puasa bersama secara gratis. Simak cerita Imam Kurniawan, Ilham Nugraha, dan Rifki Alfrianto berikut ini.

Tahun ini adalah pertama kalinya Imam Kurniawan menjalankan puasa Ramadan di Amerika Serikat. Imam, mahasiswa S2 jurusan pekerjaan sosial di New York University, mengaku merasa beruntung karena tinggal tak jauh dari masjid Al-Hikmah yang didirikan oleh komunitas Indonesia di Queens, New York.

“Bapak itu selalu bilang, cari apartemen yang dekat masjid,” cerita Imam Kurniawan kepada VOA belum lama ini.

Kesibukan Imam sebagai mahasiswa terkadang membuatnya harus berada di kampus seharian. Namun, mahasiswa kelahiran Lampung ini tidak perlu khawatir dalam mencari tempat ibadah. Pasalnya, New York University atau NYU di New York menyediakan tempat beribadah bagi mahasiswa dari beragam agama.

“Kalau mau salat Jumat atau lagi Ramadan ini salat Tarawih, atau lagi Ramadan ini ada iftar bersama saya bisa milih gitu, saya mau di masjid Al-Hikmah yang Indonesia dekat dengan apartemen, atau misalkan lagi sibuk atau lagi ngerjain tugas dan harus di kampus, saya bisa di kampus,” ujar Imam Kurniawan kepada VOA belum lama ini.

Universitas ini bahkan memiliki pusat Islam dengan ruangan yang dapat digunakan untuk beribadah oleh mahasiswa muslimnya. Berbagai kegiatan seperti pengajian dan ceramah, khususnya sebelum waktu berbuka puasa kerap dilakukan.

“Ada azan yang berkumandang (red.di gedung pusat islam) dan Alhamdulilah, di kampus tuh benar-benar seluruh keyakinan terakomodasi secara baik dan tidak ada gangguan,” jelas Imam.

 

Mahasiswa muslim di kampus New York University di kota New York dengarkan ceramah di pusat islam kampus (dok: Imam Kurniawan/VOA)

 

Sama halnya dengan Imam, tahun ini adalah tahun pertama bagi mahasiswa asal Bandung, Ilham Nugraha berpuasa Ramadan di Amerika Serikat. Mahasiswa S2 jurusan administrasi publik di Cornell University, di Ithaca, New York ini mengatakan, kampusnya memiliki pusat ibadah lintas agama, Anabel Taylor Hall, yang dapat digunakan oleh para mahasiswa untuk beribadah menurut agama masing-masing, termasuk salat Jumat dan Tarawih.

“Saya termasuk salah satu yang senang ya, karena ternyata di sini juga komunitas religius, komunitas beragama pun diberikan kesempatan untuk melaksanakan ibadahnya. Terutama ya itu kongregasi jumat, misalnya ya salat jumat atau salat 5 waktu, itu diberikan kesempatan jadi saya senang banget,” kata Ilham kepada VOA beberapa waktu lalu.

Peraih gelar S1 dari ITB ini merasa beruntung, karena kalau dulu kampusnya di Bandung berseberangan dengan masjid, kini di Amerika pun ia juga bisa beribadah bahkan tanpa harus keluar kampus.

Kampus George Mason University yang berlokasi di negara bagian Virginia juga menyediakan beberapa ruang salat bagi para mahasiswa muslimnya.

“Mungkin ada sekitar 3 atau 4 gedung dia punya musala kecil untuk orang-orang muslim untuk beribadah, tapi kalau untuk salat Jumat, karena memang besar jumlah orangnya yang salat Jumat, dipinjam satu ruangan gitu kadang-kadang di gedung A atau gedung B dikasih ruangan untuk salat Jumat,” cerita Rifki Alfrianto, mahasiswa S2 jurusan Teknik Sipil di George Mason University kepada VOA.

Buka Puasa Gratis

Berbagai universitas di Amerika Serikat kini memiliki organisasi yang mengakomodir berbagai kegiatan untuk para mahasiswa muslimnya. Di kampus Cornell misalnya, terdapat organisasi Muslim Education and Cultural Association atau MECA, di mana Ilham aktif bergabung.

“Kegiatan yang dilakukan MECA ada diskusi keagamaan, itu setiap pekan, ada juga recreational event, ada yang nulis kaligrafi, game night, sometimes orang-orangnya main basket, dan ya olah raga gitu,” kata Ilham.

Biasanya MECA mengadakan acara buka puasa bersama dan salat tarawih di Anabel Taylor Hall di kampus. Menu yang dihidangkan seringkali adalah menu khas Timur Tengah.

“Kayak chicken over rice, ya nasinya biryani yang warnanya kuning itu,” tambah Ilham.

Di George Mason University di Virginia juga berdiri Muslim Students’ Association yang menurut Rifki ‘besar komunitasnya’ dan didukung penuh oleh pihak kampus. Organisasi ini kini diketuai oleh mahasiswa asal Pakistan. Anggotanya yang aktif mencapai lebih dari 200 orang yang berasal dari berbagai negara.

“Ada grup perempuannya, ada grup laki-lakinya. Kalau misalnya kita ada kajian bareng dan lain-lain, mereka selalu aktif. Setiap hari ada kadang-kadang ada acara sebelum buka puasa, ada kajian dari teman-teman, tiap minggu mereka ada mengundang orang lain juga buat jadi penceramah di kampus,” jelas Rifki.

Namun, karena kampusnya tidak buka hingga malam, biasanya setelah buka puasa dan salat Magrib, sebagian mahasiswa muslimnya lalu pergi ke masjid terdekat untuk melanjutkan salat Tarawih.

Organisasi mahasiswa muslim di kampus New York University juga kerap menggelar acara buka puasa bersama dan salat berjamaah. Acara ini juga dapat dihadiri oleh warga dari luar kampus, tetapi harus mengisi formulir terlebih dahulu.

Imam yang seringkali berada di kampus hingga mendekati waktu buka puasa kerap hadir di acara ini. Acara buka puasa biasanya lanjut hingga salat Tarawih berjamaah.

“Jadi ketika azan itu peserta yang memang berpuasa dikasih kurma. Jeda 5 menit kemudian lanjut salat Magrib, setelah salat Magrib itu memang langsung makan. Menunya lebih ke Middle East,” ujar Imam.

Tak jarang bagi para mahasiswa ini untuk juga mengikuti buka puasa dan salat berjamaah di masjid. Bahkan masjid Al-Hikmah di New York kerap menyediakan berbagai makanan khas Indonesia, beserta takjil yang cukup dapat mengobati rasa rindu Imam akan tanah air.

“Waktu itu ada es buah, terus ada takjil, kurma, ada gorengan, ada lemper. Pas lagi makan kayak, ‘wow,’ lagi mengingat di rumah,” cerita Imam.

Biasanya setelah menikmati takjil, para jemaah lalu melanjutkan salat Magrib dan makan malam setelahnya.

“Menu makan besarnya ada ayam gulai, kentang balado, sama udang balado. Kemudian ada kerupuknya juga, kerupuk keripik yang kayak di Indonesia, jadi memang kalau ingin merasakan menu rumahan di Indonesia ke masjid Al-Hikmah itu,” kata Imam. (VOAIndonesia/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.