Jumat, 17 Mei 24

Mafia Garam Beredar, DKP Jateng Dorong Kualitas Petani Garam

Mafia Garam Beredar, DKP Jateng Dorong Kualitas Petani Garam

Semarang, Obsessionnews – Anjloknya harga garam di beberapa daerah di Indonesia membuat para petani merana. Harga tengkulak yang mencapai titik rendah ditengarai merembesnya impor garam ke pasaran saat panen. Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian seolah tutup mata atas dinamika tersebut.

Imbasnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Menteri Susi ‘geram’ terhadap temuan Polda Metro Jaya soal indikasi mafia garam. Padahal KKP sendiri tengah mengggenjot kualitas garam tradisional agar sesuai dengan spesifikasi industri.

Seperti halnya lembaga dibawah KKP yakni Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah juga masih berusaha mendukung swasembada garam. Data kondisi garam nasional tahun 2014, produksi garam kualitas 1 masih mencapai 30%, dimana pada tahun 2015 ini ditargetkan mencapai 60%. Jawa Tengah sendiri sebagai penyumbang garam nasional terbesar kedua berhasil meraih produksi 633.860,13 ton atau 26% dari total lahan suplai garam. Jumlah ini terbagi atas empat daerah yakni Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Brebes.

“KKP sendiri di Jawa Tengah sudah mendorong petani garam dengan teknologi geomembran untuk mendongkrak kualitas,” Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah, Lalu Muhammad Syarifudi melalui Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Jasa Kelautan, Sri Yuliati, Senin (21/9/2015).

Ia menjelaskan, optimalisasi lahan produksi di wilayah pimpinan Ganjar Pranowo menggunakan Geoisolator. Sehingga kualitas dan jumlah produksi dapat meningkat. Rata-rata produktivitas tambak garam sendiri pada tahun 2014 mencapai 96,26 ton/ha. Dengan jumlah tersebut, sebanyak 14.000 orang terserap sebagai tenaga kerja. Jumlah ini terus meningkat sejak tahun 2011 hingga saat ini.

Peningkatan tajam terjadi pada tahun 2013-2014 dari produksi 276.524,98 ton menjadi 633.860,13 ton. “Untuk bulan September tahun 2015 sudah mencapai 230.332. Saya optimis jumlahnya akan melebihi dari tahun sebelumnya,” imbuh dia.

Meski begitu, ada beberapa kendala di Jawa Tengah. Harga dan kualitas garam umumnya masih rendah. Disamping itu, kelembagaan kelompok banyak yang masih belum berbadan hukum. “Kalau harga itu bukan kewenangan kami. Itu masuknya Kementerian Perdagangan,” jelas Sri.

Kualitas garam lokal pun saat ini sudah bisa dibilang bagus. Sri mencontohkan di kabupaten Brebes terdapat pengolahan garam rebus. Garam rebus ini dapat dikatakan sanggup bersaing dengan garam industri karena kadarnya.

Harga garam lokal yang seringkali anjlok akibat impor garam berlebih seharusnya segera diatasi pemerintah. Sentimen positif di Jawa Tengah terhadap produksi garam yang selalu naik, dapat menjadi sorotan bahwa garam lokal sanggup bersaing dengan garam industri. (Yusuf IH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.