Kamis, 25 April 24

Krakatau Steel Kembangkan Proyek PLTCM Senilai US$200 juta

Krakatau Steel Kembangkan Proyek PLTCM Senilai US$200 juta
* Bisnis baja Krakatau Steel. (Foto istimewa)

Jakarta, Obsessionnews.com – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. tengah membangun fasilitas untuk lini Picking and Tandem Cold Mill (PLTCM) dengan total nilai investasi total US$200 juta. Fasilitas tersebut diperkirakan akan mampu memproduksi cold rolled coil dengan kapasitas 800.000 ton per tahun.

Untuk memuluskan rencana tersebut, perseroan akan menggandeng mitra yang akan menjadi usaha patungan atau Joint Venture (JV). Emiten berkode saham KRAS itu tengah melakukan negosiasi dengan POSCO Korea dan Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation. Belum bisa dipastikan apakah perseoraan akan membentuk JV dengan salah satu mitra atau keduanya.

“Kami sedang negosiasi dengan dua-duanya dan Februari akan ada meeting dengan Nippon Steel dan POSCO,” ujar Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim, Jumat (4/12/2018).

Pembangunan akan dimulai pada 2019 dan berproduksi pada dua tahun mendatang. Di sisi lain, manajemen KRAS melaporkan saat ini progres pembangunan Hot Strip Mill #2 sudah mencapai 90,23% per November 2018. Proyek pemasok baja hot rolled coil tersebut memiliki kapasitas 1,5 juta ton dan ditargetkan rampung pada April 2019.

Selanjutnya, KRAS juga tengah melakukan pembangunan dermaga 7.1 dan 7.2 yang akan dioperasikan oleh entitas anak, PT Krakatau Bandar Samudera. Progres telah mencapai 68,53% sampai dengan November 2018 dan ditargetkan rampung Mei 2019.

Penghematan Rp593 Miliar

Produsen baja pelat merah ini, akan melakukan sejumlah langkah perbaikan kinerja operasional yang menghasilkan penghematan hingga Rp593 miliar per November 2018. Hal yang sudah dilakukan adalah peningkatan produktivitas pabrik, penghematan konsumsi energi, dan bahan konsumsi seperti gas.

Di sisi lain, Silmy menyebut terjadi penguatan baja di pasar internasional sampai Desember 2018. Faktor penopangnya yakni pemangkasan kapasitas produksi China sebesar 30 juta ton per tahun. Secara detail, Silmy menjelaskan bahwa harga jual produk baja naik 11% secara tahunan.

“Di sisi kinerja keuangan, perseroan juga mengalami kenaikan pendapatan bersih sebesar 22,71% secara tahunan, dan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk membaik sebesar 50,19% secara tahunan,” ujarnya di Jakarta, Jumat (4/1/2019).

Sementara itu, total volume penjualan produk baja perseroan mencapai 1,59 juta ton selama Januari-September 2018. Pencapaian itu tumbuh 14,24% dari 1,39 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

“Kami juga mencatat rekor produksi hot rolled coil tertinggi sebesar 189.702 ton pada November 2018,” sebut Silmy.

Emiten berkode saham KRAS itu mencatat selama Januari-September 2018, pangsa pasar hot rolled coil sebesar 40%, cold rolled coil 24%, dan wire rod 7%. Adapun sisanya merupakan pangsa produsen domestik lain dan impor.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2018 perseroan, KRAS menekan kerugian 51,18% secara tahunan. Jumlah rugi bersih yang dibukukan turun dari US$75,05 juta pada kuartal III/2017 menjadi US$37,78 juta pada kuartal III/2018. (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.