Sabtu, 10 Juni 23

Kisah Nabi yang Dapat Berbicara kepada Matahari

Kisah Nabi yang Dapat Berbicara kepada Matahari
* Ilustrasi matahari. (Foto: id.m.wikipedia.org)

Jakarta, obsessionnews.com – Para nabi memiliki mukjizat, yakni keistimewaan yang diberikan Allah Ta’ala. Mukjizat antara lain berfungsi sebagai tanda kebenaran tentang kenabian atau kerasulan dan risalah yang dibawanya.

Misalnya Nabi Sulaiman ‘alaihissalam diberikan mukjizat bisa berbicara dengan hewan dan bangsa jin, Nabi Isa ‘alaihissalam diberikan mukjizat bisa menyembuhkan orang sakit hingga menghidupkan orang mati, tentunya semua itu atas izin Allah Ta’ala.

Begitu juga dengan para nabi lainnya, termasuk Nabi Muhammad ﷺ yang bisa menjelajah langit hingga Sidratul Muntaha dalam peristiwa Isra dan Mi’raj.

Namun, jarang diketahui bahwa ada seorang nabi yang dapat berbicara kepada matahari.

Menukil buku” Kisah Teladan Dalam Hadits” karya Abu Ishaq Al-Huwaini, kisah seorang nabi yang bisa berbicara dengan matahari ini disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan dari Abu Hurairah.

Berikut ini kisahnya:

Dahulu ada seorang nabi dari kalangan para nabi yang akan berperang. Sebelumnya Nabi tersebut berkata kepada kaumnya.

“Janganlah ikut berperang bersamaku seseorang yang baru saja menikah yang belum menggauli istrinya dan ingin menggaulinya. Jangan ikut pula seorang yang sedang membangun rumahnya dan belum menyelesaikannya, jangan ikut pula orang yang membeli kambing atau hewan ternak sedangkan ia menunggu kelahiran anaknya.”

Kemudian Nabi tersebut berangkat ke medan perang. Tatkala sudah hampir sampai ke kampung musuh, terdengar kalau shalat Ashar sudah masuk, atau sudah hampir datang waktunya. Dia lalu berkata kepada matahari,“Sesungguhnya kamu adalah makhluk yang diperintah sebagaimana saya. Ya Allah, tahanlah matahari agar ia berhenti sebentar untuk kami.”

Maka Allah menahan laju matahari sampai Allah memberikan kemenangan kepadanya.

Mereka mulai mengumpulkan ghanimah. Setelah terkumpul, datanglah api untuk memakannya, namun api tersebut tidak mau memakannya. Nabi tersebut menyeru kaumnya, “Sesungguhnya di antara kalian ada yang mencuri barang ghanimah. Hendaknya setiap kabilah ada seseorang yang berjabat tangan denganku.”

Maka didapati ada tangan seseorang yang melekat dengan tangannya. Ia lalu berkata,“Di antara kalian ada yang mencuri ghanimah. Hendaknya kabilah kalian berjabat tangan denganku.”

Maka ada tangan seseorang atau tiga orang yang melekat dengan tangannya. Ia berkata pada mereka,”Sesungguhnya kalian mencuri ghanimah.”

Akhirnya mereka mengaku, dan mengeluarkan barang curiannya berupa emas sebesar kepala sapi. Setelah disatukan menjadi satu, maka datanglah api yang membakar harta ghanimah itu.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Harta ghanimah tidak dihalalkan oleh Allah kepada umat sebelum kita, kemudian Allah ﷻ menghalalkannya untuk kita. Ketika Allah melihat kelemahan serta ketidakberdayaan kita, Dia menghalalkan untuk kita,” (Hadits Shahih. HR Bukhari dan Muslim).

Wallahu a’lam bish shawab. (red/arh)

Sumber: muslimobsesion.com

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.