Minggu, 12 Mei 24

Kepala BKF Ungkapkan Fenomena ‘Pent Up Demand’ Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV/2021

Kepala BKF Ungkapkan Fenomena ‘Pent Up Demand’ Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV/2021
* Terjadi kenaikan permintaan secara drastis atau fenomena pent up demand konsumsi masyarakat yang diikuti peningkatan aktivitas investasi di triwulan IV 2021. (Foto: kemenkeu.go.id)

Jakarta, obsessionnews.com – Terjadi kenaikan permintaan secara drastis atau fenomena pent up demand konsumsi masyarakat yang diikuti peningkatan aktivitas investasi di triwulan IV 2021. Hal tersebut terjadi karena keberhasilan pemerintah mengendalikan pandemi Covid-19.

 

Baca juga:

Airlangga: Tahun 2022 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diperkirakan Mencapai 5,2%

Sri Mulyani Tegaskan PMN 2021 Perkuat Struktur Permodalan dan Dukung Pertumbuhan Ekonomi

 

Hal itu diungkapkan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu sebagaimana dikutip dari situs kemenkeu.go.id, Selasa (8/2/2022).

“Penyebaran varian Delta yang berhasil dikendalikan dengan cepat dan efektif mampu mendorong aktivitas konsumsi rumah tangga tumbuh 3,55 persen (yoy) di triwulan IV/2021,” ujar Febrio, dikutip dari situs kemenkeu.go.id, Selasa (8/2/2022).

Secara keseluruhan konsumsi rumah tangga mampu tumbuh progresif sebesar 2,02 persen pada tahun 2021, setelah terkontraksi 2,63 persen di tahun 2020. Sementara, aktivitas investasi yang sempat tertahan juga kembali meningkat mencapai 4,49 persen pada triwulan IV/2021.

“Keberlanjutan Program Strategis Nasional dan belanja modal pemerintah, serta mulai membaiknya kinerja investasi sektor swasta menjadi penopang perbaikan laju pertumbuhan investasi pada triwulan IV,” kata Febrio.

Pemulihan ekonomi yang semakin kuat terlihat dari perbaikan kinerja investasi yang kembali tumbuh positif sebesar 3,80 persen. Konsumsi pemerintah tumbuh 5,25 persen (yoy) di triwulan IV atau 4,17 persen secara keseluruhan 2021.

“Sejalan dengan peningkatan realisasi belanja negara, khususnya terkait akselerasi program vaksinasi, keberlanjutan program perlindungan sosial, serta pelaksanaan layanan publik pemerintah,” tutur Febrio.

Adapun ekspor mencatatkan pertumbuhan tinggi pada triwulan IV sebesar 29,83 persen (yoy). Kinerja impor tumbuh mencapai 29,6 persen (yoy) didominasi importasi barang modal dan bahan baku yang mencerminkan peningkatan aktivitas produksi domestik pada periode selanjutnya. Secara keseluruhan tahun 2021, kinerja ekspor dan impor barang dan jasa tumbuh tinggi masing-masing sebesar 24,04 persen dan 23,31 persen.

“Laju pemulihan ekonomi global menjadi faktor utama yang menjaga kinerja ekspor Indonesia, terutama bersumber dari ekspor nonmigas, seperti olahan CPO, kendaraan bermotor, dan mesin,” ucap Febrio.

Di sisi lain sektor industri pengolahan yang berkontribusi paling besar terhadap ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,92 persen (yoy) pada triwulan IV atau 3,39 persen secara tahunan di 2021.

“Peningkatan permintaan ekspor yang tinggi serta permintaan dalam negeri yang mulai pulih menjadi fondasi penting yang mendorong pemulihan sektor ini,” tandasnya.

Ekspansi sektor manufaktur juga masih terus meningkat, dilihat dari indikator Purchasing Managers’ Index (PMI) yang terus naik dari 53,5 pada Desember 2021 menjadi 53,7 pada Januari 2022.

Febrio berharap pemulihan sektor manufaktur yang berkesinambungan ini memperkuat basis pertumbuhan ekonomi nasional dan mampu menciptakan lapangan kerja yang lebih besar dan berkualitas. (red/arh)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.