Jumat, 3 Mei 24

Kementerian PPPA Ajak Anak Jadi Pelopor Pemilih Pemula yang Cerdas di Pemilu 2024

Kementerian PPPA Ajak Anak Jadi Pelopor Pemilih Pemula yang Cerdas di Pemilu 2024
* Asisten Deputi Pemenuhan Hak Sipil, Informasi dan Partisipasi Anak KemenPPPA Endah Sri Rejeki. (Foto: ANTARA/ HO-Kemen PPPA)

Obsessionnews.com – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), yang diwakili oleh Asisten Deputi Pemenuhan Hak Sipil, Informasi, dan Partisipasi Anak Kementerian PPPA Rr Endah Sri Rejeki, mengajak seluruh anak Indonesia untuk menjadi pelopor pemilih pemula yang cerdas dalam Pemilu 2024.

Tak hanya itu, ia pun meminta agar masyarakat bisa turut andil dalam mencegah praktik penyalahgunaan anak dalam kegiatan politik praktis. Ia mengatakan pelibatan anak dalam kegiatan politik praktis selama ini mengandung risiko dan cenderung eksploitatif sehingga perlu dicegah.

“Kita harus mempersiapkan mereka menjadi pemilih pemula. Kesadaran dan pendidikan politik yang baik pada anak harus dibangun karena mereka berperan dalam menentukan masa depan,” kata Endah Sri Rejeki saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (27/12/2023).

“Berbagai bentuk pelibatan anak dalam praktik politik praktis seperti menggunakan anak-anak sebagai massa kampanye politik, menjadikan anak sebagai bintang atau juru kampanye politik, dan memanipulasi data anak yang belum memiliki hak pilih agar dapat mengikuti pemilihan, merupakan segelintir contoh nyata pelibatan anak di dalam kegiatan politik yang bersifat eksploitatif,” sambungnya.

Baca juga: Jelang Pemilu, KBRI Den Haag Manfaatkan Media Sosial untuk Sosialisasi

Pihaknya menyoroti penyalahgunaan anak dalam kegiatan kampanye partai politik tersebut telah menciptakan stigma politik pada anak bahwa politik itu kotor, rumit, penuh kecurangan, dan bukan untuk anak.

“Akibatnya stigma tersebut menciptakan jarak antara anak dan politik, sehingga anak memiliki keengganan membahas politik. Padahal sebenarnya anak memiliki hak dalam politik,” ujar Endah Sri Rejeki.

Ia mengatakan banyak anak memiliki informasi dan pengetahuan yang kurang memadai terkait politik dan demokrasi sehingga tidak sedikit dari mereka yang bersikap apatis terhadap politik. Minimnya literasi politik dan informasi yang kurang tepat menyebabkan anak-anak cenderung enggan berdiskusi atau membahas hal-hal yang berkaitan dengan politik. (Antara/Arfi)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.