Jumat, 26 April 24

Kaleidoskop 2016: Ahok Tak Berani Maju Lewat Jalur Independen

Kaleidoskop 2016: Ahok Tak Berani Maju Lewat Jalur Independen
* Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat.

Jakarta, Obsessionnews.com – Salah satu kaleidoskop 2016 di bidang politik yang menonjol adalah majunya Gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai calon gubernur (cagub) DKI pada Pilkada 2017. Proses penjaringan cagub dan cawagub, serta kampanye dilakukan pada 2016, sedangkan pemungutan suara akan digelar pada 15 Februari 2017.

Ahok tidak menjadi kader partai politik (parpol) apapun setelah angkat koper dari Partai Gerindra pada 2014. Ia ingin maju sebagai cagub dari jalur independen atau perseorangan. Ia menggandeng Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Heru Budi Hartono sebagai cawagub.

Para pendukung Ahok yang tergabung dalam relawan Teman Ahok bermanuver mengumpulkan sejuta KTP sejak pertengahan 2015, sebagai syarat untuk maju lewat jalur independen.

Penggalangan KTP dilakukan di posko-posko Teman Ahok yang tersebar di kelurahan di wilayah DKI. Selain itu, Teman Ahok juga membuka booth atau stand di beberapa mal.

Antusiasme warga memberikan KTP-nya sangat tinggi. Pada Juni 2016 diperoleh lebih dari 1,3 juta KTP, melebihi target.

Tingginya perolehan KTP tersebut banyak dipengaruhi oleh popularitas Ahok yang saat itu melejit.

Dinilai berpeluang besar memenangkan Pilkada 2017, Ahok mendapat dukungan dari Partai Nasdem, Partai Hanura, dan Partai Golkar. Ketiga parpol ini mendukung Ahok maju lewat jalur independen.

Kendati mendapat dukungan banyak KTP, ternyata Ahok tak berani mendaftar ke KPUD DKI. Pasalnya, ia khawatir banyak KTP tersebut tidak lolos verifikasi.

Ahok tidak pede maju lewat jalur independen. Ia kemudian berubah pikiran, dan memutuskan maju lewat jalur parpol. Pada 27 Juli 2016 Ahok secara resmi mengumumkan maju lewat lewat jalur parpol dengan dukungan dari Nasdem, Hanura, dan Golkar.

Keputusan Ahok maju lewat jalur parpol tersebut berarti ia mengkhianati warga yang telah memberikan KTP-nya.

Meski telah mendapat dukungan dari tiga parpol, rupanya Ahok masih belum puas. Ia masih membutuhkan dukungan dari partai yang berkuasa, yakni PDI-P.

Keinginan Ahok itu akhirnya terwujud. Pada September 2016 PDI-P secara resmi mengusungnya. PDI-P mencoret nama Heru sebagai cawagub, dan menggantinya dengan kader PDI-P yang juga Wakil Gubernur DKI, Djarot Saiful Hidayat.

Di Pilkada 2017 Ahok-Djarot bersaing dengan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Agus-Sylvi diusung Partai Demokrat, PKS, PPP, dan PKB. Sedangkan Anies-Sandi diusung Gerindra dan PKS. (arh)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.