Sabtu, 18 Mei 24

Ekonomi Nasional Belum Benar, Pabrik Tekstil dan Jamu Goyah

Ekonomi Nasional Belum Benar, Pabrik Tekstil dan Jamu Goyah

Semarang, Obsessionnews – Pelaku industri tekstil di Jawa Tengah dinilai Asosiasi Pengusaha Indonesia (Aspindo) terancam hancur lantaran tak mampu lagi membayar karyawan karena pangsa pasar turun di tingkat regional atau internasional.

Ketua Apindo Jawa Tengah, Frans Kongi tak menampik jika hampir seluruh permintaan tekstil di bulan Januari sampai Mei 2016 merosot tajam. Perekonomian nasional yang tak kunjung membaik dituding jadi penyebab.

“Kita sampai-sampai bingung sendiri ekonomi negara kita sangat tidak bagus. Akibatnya, banyak teman kita yang punya pabrik kain tenun, sarung dan pakaian jadi kelimpungan,” kata Frans, Sabtu (14/5/2016).

Menurutnya, kemrosotan demand membuat produk tekstil lebih banyak mendengar menumpuk di gudang ketimbang laku di pasaran. Contohnya, pabrik kain sarung di wilayah Pekalongan. Kata dia, disana bahkan ada sebuah pabrik yang kesulitan buat membayar karyawan.

“Banyak tumpukan kain sarung di gudang mereka. Ini jadi bukti kalau tak ada masyarakat yang bisa membeli produknya,” terang Frans.

“Ekonomi yang buruk sejak tahun lalu memang membuat daya beli masyarakat Indonesia khususnya Jawa Tengah menurun drastis. Mereka sudah tak punya uang buat membeli ini semua,” keluh dia.

Tak hanya Pekalongan, industri tekstil terancam bangkrut lainny ada di Solo dan Jepara. Hal ini menurut Frans diluar perkiraan para pengusaha yang memprediksi perekonomian nasional bakal membaik di era Jokowi yang meluncurkan banyak paket ekonomi di sektor makro.

Selain pabrik tekstil, pabrik jamu juga saat ini bergoyang akibat perekonomian yang lesu. Hanya Sidomuncul yang masih kuat berdiri di tengah kondisi serba sulit seperti sekarang ini.

“Lainnya goyah semua. Mulai duet pabrik jamu tertua di Semarang hingga luar daerah,” terang Frans.

Akibat penurunan demad membuat karyawan kontrak terimbas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Data menyebutkan sepanjang Januari-Mei 2016 sebanyak 1.300 buruh terkena PHK. Jumlah tersebut dinilai akan terus meningkat secara signifikan sampai Desember 2016 bila pemerintah tak segera memperbaik ekonomi nasional.

“Pasti jumlahnya bertambah dan itu yang kita khawatirkan. Bayangkan saja, jika tiap perusahaan memberhentikan ratusan karyawannya maka pesangon yang harus dikeluarkan mencapai puluhan miliar. Ini memang situasi yang kurang menguntungkan buat kita semua,” tandasnya. (Yusuf IH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.