Duet Anies-Sohibul Butuh Napas Panjang

Obsessionnews.com - Manuver berani PKS mendeklarasikan Anies Baswedan-Sohibul Iman belum cukup kuat untuk memastikan adanya dukungan dari partai lain. Pertanda duet Anies-Sohibul butuh napas panjang. Profesor riset BRIN Lili Romli menilai perlu usaha ekstra bagi PKS untuk meyakinkan partai lain merapat. Setidaknya memastikan Sohibul yang kini menjabat Wakil Ketua Majelis Syuro PKS berkontribusi pada suara untuk Anies. "Apakah nanti Sohibul Iman akan menambah suara buat Anies atau tidak, atau malah bisa menggerus suara Anies. Ini yang harus diyakinkan (PKS) pada mitra koalisinya. Kalau tidak, bisa deadlock," kata Romli, kepada Obsessionnews.com, di Jakarta, Rabu (26/6). Baca juga: Usung Anies-Sohibul, PKS tak Berharap PDIP Presiden PKS Ahmad Syaikhu selepas mendeklarasikan Anies-Sohibul pada Selasa (25/6) menyebut bakal berkomunikasi dengan PKB. Sebelum deklarasi, Syaikhu mengaku sudah terlebih dulu bertemu dengan Ketum Nasdem Surya Paloh. Secara eksplisit, Syaikhu memprioritaskan Nasdem-PKB menjadi mitra koalisi. Nasdem, PKB dan PKS merupakan gabungan partai yang tergabung dalam Koalisi Perubahan pendukung Anies-Muhaimin Iskandar pada Pilpres 2024. Menurut Romli, relasi ketiga partai bukan pertanda duet Anies-Sohibul sudah kuat untuk berlaga di DKI. Alasannya, partai-partai lain juga memiliki pemahaman berbeda untuk mengukur medan Pilgub Jakarta kali ini. Baca juga: Manuver PKS: Usung Anies-Sohibul di Jakarta "Apakah partai lain tidak keberatan dengan mengusung Sohibul Iman, karena baik Anies maupun Sohibul dianggap sama-sama sebagai representasi golongan Islam," tuturnya. Secara kapasitas, Romli menyebut, Sohibul layak berkontestasi berduet dengan Anies. Bahkan Sohibul juga memiliki relasi khusus dengan Anies. Persoalannya, PKS tidak cukup kursi untuk mengusung pasangan cagub-cawagub. "Konon Anies maju dulu sebagai cagub Jakarta karena faktor Sohibul Iman juga, yang pada waktu itu Presiden PKS," beber Romli. Dirinya juga tidak melihat langkah deklarasi PKS terburu -buru atau berupaya menaikan posisi tawar (bargaining). Sebaliknya, Romli melihat PKS serius memperjuangkan duet Anies-Sohibul, namun harus bersikap realistis. "Sebenarnya serius karena PKS sebagai pemenang pileg di Jakarta ingin agar kadernya maju, tetapi nanti saya pikir PKS akan realistis dan tidak ngotot jika tidak mendapat dukungan mitra koalisinya karena PKS tidak bisa jalan sendiri," ungkapnya. Baca juga:Majunya Sohibul Iman Bukan Taktik Zig-zag PKS Langkah PKS mendeklarasikan Anies-Sohibul belum mendapatkan respons positif dari PKB. Wasekjen PKB Syaiful Huda menyebut manuver PKS berisiko. "Ada partai yang belum punya golden ticket lalu langsung memasangkan, ini akan berisiko untuk membangun mitra koalisi," kata Huda. "Karena belum-belum sudah diborong posisi gubenur dan calon wakil gubernur," tambahnya. PKS memiliki 18 kursi di DPRD DKI hasil Pileg 2024. Sekalipun menjadi yang tertinggi, PKS perlu menggandeng partai lain untuk mengusung calon. Pasalnya, untuk mengusung pasangan cagub-cawagub minimal butuh 22 kursi (20 persen). Secara terpisah, Ketua DPD PDIP Eriko Sotarduga menyebut duet Anies-Sohibul masih bisa dinegosiasikan. PDIP masih membangun komunikasi dengan partai-partai karena hanya memiliki 15 kursi. Eriko juga menyebut kalau PDIP juga ingin mengusung calon sendiri. "Kami kan konsisten bahwa kami menginginkan kader kami maju, kader kami untuk dimajukan siapapun," kata dia. (Erwin)