Rabu, 22 Mei 24

Bolehkah Ibu Hamil Disuntik Vaksin Covid-19?

Bolehkah Ibu Hamil Disuntik Vaksin Covid-19?
* Ibu hamil biasanya dikecualikan dari uji klinik vaksin dan obat. (Foto: BBC)

Seiring dengan pemberian vaksin virus corona (Covid-19) yang berlangsung di sejumlah negara, akses vaksin bagi ibu hamil dan menyusui akan bergantung di negara mana mereka tinggal.

Uji klinis vaksin buatan Pfizer/BioNTech tidak mengikutsertakan perempuan hamil atau menyusui dan perusahaan mengatakan bahwa data yang tersedia sejauh ini “tak mencukupi” untuk menentukan risiko vaksin terhadap kehamilan.

Di Inggris, ketiadaan data ini menyebabkan regulator mengecualikan perempuan hamil dan menyusui dari program vaksinasi. Di AS, keputusan berada di tangan para perempuan ini sendiri.

Berikut ini adalah penjelasan mengapa kedua negara memiliki kebijakan yang berbeda, dan apa makna dari vaksinasi ini pada perempuan hamil.

Sejauh ini, belum ada data yang mencukupi.

“Tidak ada data, titik,” kata Dr Ruth Faden, ahli bioetika di Universitas Johns Hopkins, yang mengkhususkan diri pada hak dan kesehatan perempuan hamil.

Belum ada indikasi bahwa vaksin sangat berisiko bagi perempuan hamil dan menyusui, belum ada informasi yang cukup untuk dikatakan.

Pfizer mengatakan bahwa perusahaan mengikuti panduan otoritas makanan dan obat-obatan di AS yang mengecualikan perempuan hamil dan menyusui dari uji coba klinis mereka.

Mereka tidak akan diikut-sertakan dalam uji coba klinis sampai perusahaan menuntaskan apa yang disebut penelitian DART(developmental and reproductive toxicity), yang meneliti potensi dampak vaksin terhadap fetus yang sedang tumbuh kembang.

Para ahli mengatakan ini adalah itu adalah hal yang biasa.

“Di masa non-pandemi, jika Anda berbicara tentang vaksin baru, sebagian besar orang yang berkomitmen untuk mempriortiaskan kepentingan perempuan hamil dan keturunannya akan tetap mengatakan bahwa kita tidak boleh melibatkan perempuan hamil” dalam uji klinis awal, kata Dr Faden

“Anda tidak bisa memasukkan mereka sejak awal”.

Dalam bioetika, perempuan hamil dikategorikan sebagai “populasi yang kompleks,” kata Dr Faden.

“Anda tidak akan menemukan dua entitas manusia dalam satu tubuh, keduanya merupakan objek pertimbangan moral.”

“Dan pada umumnya, tidak ada yang lebih peduli tentang kesejahteraan keturunan daripada perempuan hamil. Pertanyaan pertama yang biasanya Anda dapatkan adalah ‘apakah ini akan aman untuk bayi saya?’,” ujarnya.

Namun, keputusan mengecualikan perempuan hamil dari uji klinis menjadi lebih rumit di tengah pandemi.

“Kami dalam posisi sulit,” ujar Dr Emily Stinnett Miller, seorang dokter kandungan di Universitas Northwestern dan anggota dari gugus tugas Covid-19 di Society for Maternal and Fetal Medicine, asosiasi dokter dan ilmuwan yang peduli dengan urusan ibu hamil.

“Mereka harus membuat keputusan kritis dengan cepat, dan ada pro dan kontra terhadap penyertaan dan pengecualian.”

Pendapat kontra yang serius – kurangnya data – kini terbukti.

“Kami tidak benar-benar memiliki data untuk membuat keputusan klinis yang perlu kami buat,” katanya. (Red)

Sumber: BBC News

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.