Jumat, 31 Maret 23

Azwar Anas Marketer Sejati

Azwar Anas Marketer Sejati
* Bupati Banyuwangi Azwar Anas (kanan).

Di bawah kepemimpinannya, Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim),  tercatat sebagai satu-satunya kabupaten yang memperoleh nilai A dalam evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2016 yang dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan dan RB). Ini berkat kebijakannya yang mampu mengintegrasikan dari perencanaan, penganggaran, hingga pelaporan dalam sebuah sistem. Paradigma pemerintahan digeser bukan lagi pada berapa anggaran yang disiapkan dan dihabiskan, tapi berapa besar kinerja yang dihasilkan.

Dalam lima tahun periode pertama kepemimpinannya (2010-2015), pendapatan per kapita rakyatnya naik dua kali lipat, sementara angka kemiskinan ditekan dari 40 persen, menjadi 9,24 persen. Semua berkat kemampuannya memoles dan “menjual” daerah yang dulunya dianggap terisolir, menjadi salah satu daerah tujuan wisata utama nasional, dengan pertumbuhan ekonominya yang terus membaik.

Melalui penerapan mental entreprenocrat, Anas bersama rakyatnya berhasil menerima penghargaan UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism 2016 untuk kategori Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola.

Kemenpan dan RB  Februari lalu mengumumkan hasil evaluasi akuntabilitas kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk tahun 2016. Dalam pandangan Menpan dan RB, banyak instansi dan lembaga belum berbenah untuk meningkatkan akuntabilitas kinerjanya kepada masyarakat.

“Ada 50 dari 82 kementerian/ lembaga, 24 dari 34 provinsi, dan 456 dari 465 pemerintah daerah dengan nilai akuntabilitas kinerja di bawah 70,” ungkap Menpan RB Asman Abnur, seraya menambahkan, semakin rendah nilai akuntabilitas kinerja, potensi inefisiensi penggunaan anggaran semakin tinggi.

Dari evaluasi itu, diperkirakan potensi inefisiensi di 530 instansi yang nilainya di bawah 70 mencapai Rp 392,82 triliun. Ini terjadi karena program yang tak tepat sasaran. Padahal, seharusnya anggaran yang bisa dialokasikan untuk program yang mendesak.

Namun Kabupaten Banyuwangi tidak masuk dalam daftar itu. Banyuwangi justru menjadi satu-satunya kabupaten yang mendapat nilai A (skala 80-90). Ini lantaran Abdullah Azwar Anas secara cerdas mengerucutkan 4.200 kegiatan menjadi hanya 1.400 kegiatan demi efisiensi anggaran.

“Program-program diefisienkan sesuai manfaat ke masyarakat. Berdasarkan perhitungan, kita berhasil hemat Rp.213 miliar atau 13% dari total belanja langsung, namun dengan tetap berorientasi hasil dan 100% program tetap berjalan. Jadi program kita sudah menganut asas money follow result, berorientasi ke manfaat program, sesuai arahan Presiden Jokowi,” ujar Anas.

Itulah salah kebijakan tepat dari Anas yang layak mendapat apresiasi. Tentu tak hanya itu, sebab di bawah kepemimpinannya, Banyuwangi berubah dari daerah terisolir menjadi daerah dengan daya pikat besar di Jatim. Tak heran jika ia kembali terpilih memimpin daerah itu untuk periode kedua pada Pilkada 2015 silam.

Pemimpin muda yang dilahirkan di Banyuwangi, 6 Agustus 1973, ini layak disebut sebagai marketer sejati. Di bawah kepemimpinannya, sektor pariwisata Banyuwangi terus tumbuh. Data terakhir, jumlah wisatawan mancanegara yang melancong ke Banyuwangi meningkat lebih dari 300 persen. Sektor parisiwisata kini meningkat 375 persen. Padahal, Banyuwangi adalah tetangga dekat Pulau Bali yang sudah begitu kondang.

Sektor ini dijadikan  payung untuk menggerakkan sektor ekonomi mikro di daerahnya sekaligus untuk meningkatkan pendapatan daerah. Ia memulai dengan membangun infrastruktur di sejumlah obyek wisata.

Konsep natural dipertahankan, ditambah sentuhan perbaikan infrastruktur, terutama akses jalan dan penambahan panjang landasan bandara. “Bandara kita sudah menjadi 2.250. Sudah seperti Yogya. Dalam jangka panjang flight Jakarta-Banyuwangi bisa tumbuh,” ujarnya.

Berbagai anugerah bergengsi pun diperoleh. Salah satunya, UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola. Banyuwangi sukses mengalahkan pesaingnya, seperti Kolombia, Kenya, dan Puerto Rico.

Sektor lain yang digenjot adalah produksi hortikultura. Di periode pertama, Banyuwangi berhasil meningkatkan beberapa produk buahnya seperti manggis, buah naga, melon, dan jeruk. Untuk mendukung sektor ini, berbagai acara baik itu tingkat kabupaten hingga lingkungan RT serta RW di Banyuwangi dilarang menyuguhkan buah impor. Terobosan ini membawa hasil produksi yang meningkat dan membuat masyarakat bangga terhadap hasil kebunnya.

Terobosan lainnya gelaran berbagai ajang festival. Tujuannya selain memperkenalkan Banyuwangi kepada wisatawan mancanegara, juga menjadi identitas kebanggaan bagi masyarakat lokal terutama anak muda. Contohnya seperti Banyuwangi Festival, Banyuwangi Ethno Carnival, sampai Tour de Ijen.

Yang tak kalah penting adalah upaya Anas untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah dengan menekan angka kemiskinan. Antara lain, dengan menggerakkan sektor UMKM, namun tetap memperhatikan pertumbuhan pasar modern. Selama periode pertama, kerja kerasnya berbuah manis. Angka kemiskinan Banyuwangi berkurang dari 20,4 persen menjadi tersisa 9,2 persen.

Sukses Anas tak lepas dari jiwa entrepreneur yang kental pada dirinya. Ia bukan sekadar birokrat, tapi seorang pemimpin sekaligus team leader yang mampu memasarkan wilayahnya secara tepat dan profesional, demi mengangkat derajat rakyatnya. Boleh disebut, Azwar Anas adalah seorang entreprenocrat. Mental ini pula yang terus ia tularkan kepada segenap timnya di Banyuwangi.

Tahun lalu, ia juga fokus pada sejumlah sektor, seperti, wajib pendidikan, kesehatan, pertanian, dan termasuk infrastruktur, pariwisata, dan UMKM. Di bidang pendidikan, program beasiswa Banyuwangi Cerdas terus ditingkatkan untuk membiayai anak-anak muda Banyuwangi berkuliah di berbagai perguruan tinggi. Di bidang kesehatan, tahun ini dilaksanakan peningkatan sarana-prasarana fasilitas kesehatan milik pemerintah, hingga pemberian beasiswa bagi dokter yang menempuh pendidikan spesialis.

Untuk UMKM, ia menyiapkan digital market place agar promosi produk UMKM semakin luas, yakni, www.banyuwangimall.com. Di saat sama, ia tetap membatasi toko ritel modern baru di seluruh wilayah Banyuwangi. Di sektor pertanian, pengembangan pertanian organik fokus ke beras organik tersertifikasi. Infrastruktur pun diperbaiki dengan pembangunan 13 embung, 7 bendung, dan irigasi primer, sekunder, dan tersier sejauh ratusan kilometer.

Adapun di bidang perikanan, dikembangkan program pembuatan 100.000 kolam ikan di pekarangan rumah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan peningkatan konsumsi ikan warga. Juga dilakukan pengembangan sejumlah kawasan Pelabuhan Perikanan. Program ini bertujuan membentuk sentra perikanan baru, membuka alternatif pekerjaan baru bagi masyarakat pesisir, dan mempermudah akses nelayan.

Sementara itu bidang pendidikan, selain melakukan peningkatan fasilitas, Pemkab Banyuwangi juga memberi beasiswa kepada anak-anak muda hingga bangku perguruan tinggi. Tercatat lebih dari 700 anak muda dibiayai kuliah di berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia, dengan total dana mencapai Rp14,4 miliar.

“Kami ingin pendidikan ini menjadi jangkar. Siapapun bupatinya kelak, pengembangan SDM lewatpendidikan tidak boleh berhenti. Oleh karena itu, kami mendorong terwujudnya kampus negeri di Banyuwangi,” kata mantan anggota DPR RI itu.

Kini sudah berdiri tiga kampus negeri di Banyuwangi, yaitu Universitas Airlangga Kampus Banyuwangi, Politeknik Negeri, dan sekolah pilot negeri (LP3B). Universitas Airlangga Kampus Banyuwangi, sudah berlajan dua tahun, mahasiswanya berasal dari 17 provinsi di seluruh Indonesia.

“Kami juga mengembangkan pendidikan yang selaras dengan program pembangunan ekonomi daerah. Misalnya, mengembangkan batik untuk menopang sektor pariwisata, maka kami bangun SMK batik,” ungkap Anas.

Di bidang kesehatan, infrastruktur terus diperbaiki. Dua rumah sakit milik pemda banyak melakukan upgrade fasilitas. Ada beberapa penyakit yang dulu harus dirujuk ke Surabaya, kini sudah bisa diobati di Banyuwangi seiring penambahan fasilitas rumah sakit. “Kami juga sudah beri beasiswa sejumlah dokter untuk mengambil spesialisasi, jadi setelah lulus jadi dokter spesialis, mereka langsung mengabdi di Banyuwangi,” cetusnya.

Dinilai berhasil memajukan Banyuwangi, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini terpilih kembali dalam Pilkada Serentak 9 Desember 2015, masih bersama pasangannya, Yusuf Widyatmoko.  (rud/arh)

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.