Sabtu, 20 April 24

Zaid bin Tsabit Sang Pencatat Wahyu dan Penerjemah Rasulullah

Zaid bin Tsabit Sang Pencatat Wahyu dan Penerjemah Rasulullah
* Buku dan Pulpen (Foto: DeviantArt)

Sebenarnya cukup banyak sahabat yang diserahi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghafal dan menuliskan wahyu yang turun secara bertahap, terkadang juga berkaitan dengan suatu peristiwa atau sebagai jawaban dan solusi atas suatu masalah. Tetapi hanya beberapa orang saja yang lebih menguasai bidang ini. Mereka yaitu Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas, Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit sendiri. Tiga yang pertama adalah dari sahabat Muhajirin dan dua yang terakhir dari sahabat Anshar.

Ketika pecah pertempuran Yamamah pada masa Khalifah Abu Bakar, banyak sekali sahabat yang ahli baca (Qary) dan ahli hafal (Huffadz) yang gugur menemui syahidnya. Umar bin Khattab khawatir semakin sedikit orang yang menguasai Al-Quran. Sebab, di masa selanjutnya kaum muslimin akan menghadapi banyak pertempuran. Bukan mustahil semakin banyak hafidz yang gugur dalam perang-perang tersebut.

Karena itu Umar bin Khattab menemui Abu Bakar dan menawarkan gagasan baru yang belum pernah ada sebelumnya, membukukan Al-Quran dalam satu mushaf. Tetapi Abu Bakar menolak tegas. Takut melakukan bid’ah.

“Mengapa aku harus melakukan sesuatu yang tidak pernah diperbuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”

“Demi Allah, ini adalah perbuatan yang baik!” Kata Umar yang lalu menjelaskan duduk perkara serta kekhawatiran yang sedang menjejali dadanya.

Abu Bakar melihat ada sinar kebenaran dalam usulan Umar. Namun, ia belum berani mengambil keputusan. Hal ini merupakan masalah krusial. Khalifah pengganti Rasulullah itu pun shalat istikharah memohon petunjuk. Pada akhirnya Allah tunjukkan pilihan terbaik baginya, yaitu menerima usulan Umar.

Abu Bakar dan Umar bermusyawarah. Mereka memutuskan untuk menyerahkan tugas tersebut kepada Zaid bin Tsabit. Ketika Zaid menghadap Abu Bakar dan diberikan tugas tersebut, reaksinya sama seperti Abu Bakar.

Ia berkata “Mengapa aku harus melakukan sesuatu yang tidak pernah diperbuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”

Abu Bakar dan Umar menjelaskan tentang keadaan yang terjadi dan bahaya yang mungkin bisa terjadi. Dan hal itu pun diterima dengan baik oleh Zaid.

Pages: 1 2 3 4

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.