Kamis, 25 April 24

Wow! Jateng Konsumsi Daging Anjing Tertinggi Kedua di Indonesia

Wow! Jateng Konsumsi Daging Anjing Tertinggi Kedua di Indonesia
* ilustrasi daging anjing. (ist)

Semarang, Obsessionnews – Makanan berbahan daging anjing kembali pamor di kalangan masyarakat. Banyak kalangan menganggap daging anjing memiliki khasiat tersendiri sebagai obat, dan ketahanan seksualitas. Tak terkecuali Provinsi Jawa Tengah dimana menjadi daerah terbanyak kedua pengonsumsi daging anjing setelah DKI Jakarta.

Kepalda Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dinkeswan) Jawa Tengah, Agus Wariyanto menyatakan perkiraan konsumsi harian anjing potong berkisar 223 ekor/hari. Daerah terbanyak diperoleh Kota Surakarta dengan konsumsi 63 ekor/hari, diikuti Klaten 25 ekor/hari, dan Kota Semarang dan Kabupaten Semarang 22 ekor/hari.

Sebagai salah satu Hewan Penular Rabies (HPR), pihaknya bakal mengawasi peredaran daging anjing di wilayah Jateng.

“Disamping anjing, ada juga kucing dan kera. Namun, kebanyakan penyakit rabies ditularkan oleh anjing,” terangnya kepada obsessionnews.com, Sabtu (3/9/2015).

Populasi anjing di Jateng terbilang tinggi. Sebanyak 74.801 ekor baik berasal anjing peliharaan maupun konsumsi. Saat ini, populasi anjing tertinggi ada di Kabupaten Wonogiri dengan 13 ribu ekor, kucing 26 ribu ekor dan kera 800 ekor. Total jumlah kucing dan kera di Jateng berturut-turut 275.086 ekor dan 25.025 ekor.

“Tapi di Jawa Tengah sampai sekarang tetap dinyatakan bebas rabies sejak tahun 1997,” ujar Agus.

Meski begitu, Pemprov Jateng belum mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) khusus yang mengatur tentang hal tersebut seperti yang diwacanakan di DKI Jakarta. Agus berdalih, pelarangan maupun legalisasi daging anjing harus dikaji secara mendalam. Ia masih menggunakan UU 18/2009 Juncto 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

“Yang intinya melindungi hewan dan masyarakat dari penyakit, melindungi lingkungan serta mempertahankan kelestarian hewan, dan menfasilitasi perdagangan hewan,” jelas dia.

Terkait rabies, Agus menambahkan, Dinkeswan selalu siaga atas ancaman bahaya penyakit rabies dari luar. Ia mengaku, Dinkeswan telah memiliki sejumlah laboratorium tipe B untuk menguji kesehatan hewan. Laboratorium tersebut tersebar di beberapa kota seperti kota Semarang, Surakarta dan Purwokerto.

Ia juga mengingatkan agar masyarakat turut berpartisipasi dalam mengawasi penyebaran rabies, apalagi dengan terus meningkatnya animo masyarakat atas konsumsi daging anjing.

“Ketika terjadi hal-hal yang mencurigakan, masyarakat dapat untuk langsung melaporkan kepada kami. Intinya harus tetap waspada,” tandasnya. (Yusuf IH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.