Sabtu, 20 April 24

‘Vivere Pericoloso’

‘Vivere Pericoloso’
* Sumber foto: https://igdigital.com/2016/09/entonces-ahora-compramos-yuanes/

Oleh: Samuel Karwur, Peminat Politik dan Ekonomi

 

Dalam beberapa tahun belakangan, berinvestasi di China tak ubahnya seperti bermain judi. Seandainya saja Apple bisa memperoleh 5% pasar, pastilah revenue– nya akan naik berlipat-lipat. Begitu juga Starbucks yang kini “panen” setelah melakukan ekspansi mereka ke China. Bahkan “warung kopi” tersebut akan membuka 5.000 gerai sampai tahun 2021.

Menggiurkan sekali tentunya. Jakarta saja yang berpenduduk 12 juta jiwa di siang hari, merupakan pasar yang besar untuk banyak vendor. Bandingkan dengan 1,3 miliar populasi China, berapa besar spending power yang ada di sana. Siapa pula yang tidak mau berinvestasi di pasar raksasa tersebut?

Tidak ada perusahaan yang akan membuang China dalam rencana ekspansi, jika memang kapasitas untuk itu tersedia.

Namun di tengah-tengah  magnet luar biasa China tersebut, bukan berarti investasi di negeri Tirai Bambu itu tidak memiliki tantangan. Tidak hanya perusahaan multinasional, bahkan pengusaha dalam negeri pun punya persoalan tersendiri dalam memutar roda usaha mereka.

Beberapa persoalan besar bahkan sudah muncul dengan sendirinya ke permukaan. Tengok saja kejatuhan harga saham China tahun lalu. Percuma saja mencoba menghitung berapa besar total kerugian akibat anjloknya Shanghai Index setelah jatuh sebesar 30%.

Jika hal serupa terjadi pada Dow Jones Industrials, maka 5,257  poin turun itu sudah di depan mata. Panik, histeris, bingung dan ketakutan pasti akan bercampur menjadi satu. Harga saham Amerika selama ini terlihat “anteng-anteng” saja sejak prahara ekonomi terakhir di mana lantai bursa mengalami crash.

Itulah sebabnya, untung saja Shanghai Index yang jatuh dan bukan Dow Jones.

Kalau ada satu hal yang menguntungkan dari peristiwa Shanghai, itu adalah fakta bahwa sistem ekonomi China yang tertutup, menyebabkan saham-saham di lantai bursa mereka hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan lokal saja. Tidak heran, dampak langsung yang ditimbulkan oleh jatuhnya Shanghai Index pada akhirnya tidak begitu mempengaruhi lantai bursa secara global. Akan tetapi, sangat bijak untuk tetap waspada. Dalam arti kata, kita juga harus memperhatikan dampak tidak langsung dari kejatuhan tersebut.

Maksud saya begini. Ada banyak pengusaha lokal China yang pasti mengalami kerugian. Bahkan tidak sedikit mereka yang betul-betul “kalah judi” dan semuanya habis tanpa sisa. Nah, di sinilah letak persoalannya. Konsumen China mungkin saja akan membatasi pengeluaran mereka. Penjualan iPhone mungkin akan sedikit berkurang, atau bisa saja rakyat China akan berpikir untuk membeli mobil Ford. Semua pelaku ekonomi tahu bahwa kedua brand tersebut, kini sedang jor-joran menggelontorkan dana investasi untuk menguasai pasar China. Saham Google China anjlok sebesar 10% hari Rabu (29/3/2017).

Dengan ekonomi yang kelihatannya agak limbung, akankah prospek investasi China tetap menawan? Tentu pertanyaan yang menarik untuk dicermati.

Beberapa perusahaan komoditi yang sangat bergantung pada ekonomi China, telah menelan pil pahit. Besi, tembaga, semen, baja, minyak, LNG dan beragam produk komoditas lainnya, dalam beberapa tahun terakhir booming dengan begitu luar biasa. Semua produksi naik, untuk menyuplai kebutuhan dalam negeri China. Tapi dengan situasi sekarang, semua menjadi was-was. Dampak tidak langsung dari kejatuhan Shanghai Index, sekali lagi patut untuk diperhitungkan.

Tidak berarti bahwa semua investasi Anda di China harus ditarik keluar. Intinya adalah waspada dan berjaga-jaga merupakan tindakan bijak yang harus dilakukan.

Pasalnya. Dengan ekonomi yang dijalankan seperti sebuah kasino saat ini, maka satu hal yang pasti hanyalah ketidakpastian. Situasi bisa berubah dengan begitu cepat. Prediksi dengan data-data solid pun bisa meleset secara tiba-tiba.

Alan Greenspan mengalami hal ini di era 1990-an. Prediksi dan ramalan yang begitu saja ditelan oleh pelaku pasar, dalam sekejap berbalik arah dan menjadi bumerang. Semua orang tahu bagaimana Greenspan meramal properti Amerika akan berkilau. Hasilnya apa? Real estate Amerika crash dan seluruh dunia dipaksa memakan buah simalakama.

Pemerintah China menanggapi peristiwa Shanghai Index dengan tanggap. Intervensi dilakukan untuk meredam gejolak dan mengembalikan sentiment positif pasar. Bahkan administrasi Xi Jinping segera mengambil tindakan buy back, yaitu membeli saham mereka sendiri untuk mendongkrak nilai jual saham-saham China.

Pemerintah China lantas menghentikan buy back mereka, untuk melihat apakah intervensi yang dilakukan sudah cukup untuk paling tidak menstabilkan pasar. Nyatanya tidak! Shanghai Index kembali anjlok sebesar 8,5%.

Mau tidak mau, pemerintah China harus mengucurkan dana segar di lantai bursa.

Sikap dan reaksi dari masyarakat China sebetulnya juga agak mengejutkan. Mereka sangat percaya dengan intervensi pemerintah, kemudian yakin bahwa pemerintah akan bisa menstabilkan saham-saham negeri tersebut.

Menyeberang ke Amerika, sebetulnya ada tren serupa di mana publik begitu yakin dengan situasi ekonomi saat ini. Hanya saja perbedaannya adalah, jika China percaya pada pemerintah, di Amerika rasanya pasar lebih percaya Federal Reserve ketimbang Donald Trump. Dengan bagusnya tingkat employment, serta GDP yang terlihat mantap, publik Amerika seperti sedang menikmati hari-hari terindah mereka. Apalagi dengan paradigma, “Toh ada Federal Reserve sebagai jaminan”.

Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nantinya. Kita sudah melihat 30% kejatuhan saham-saham China. Siapa yang berani menjamin bahwa Amerika suatu waktu nanti, tidak akan mengalami hal serupa dengan China?

Merupakan sebuah kesalahan jika menganggap Wall Street atau Dow Jones akan selamanya melenggang indah di atas lantai bursa. Lagi pula, bukankah quantitative easing, saat ini sudah dihentikan oleh Fed sendiri, belum lagi dengan kecurigaan bahwa suku bunga akan segera dinaikkan.

Sekali lagi, di dunia ini yang pasti hanyalah ketidakpastian. Hari ini China, mungkin besok Amerika dan lusa entah siapa lagi yang akan menyusul.

Seiring dengan “menepinya” Federal Reserve, hari-hari akan semakin menjadi tidak pasti. Akan bijak untuk kembali kita mengingat sebuah ungkapan: Vivere Pericoloso!! (***)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.