
Oleh: Ustadz Felix Siauw (Tokoh/Aktivis Islam keturunan Tionghoa)
Salah memahami masalah berakibat salah memberikan solusi, bagi penguasa masalah bangsa akhir-akhir ini adalah ancaman bagi keragaman, dan persatuan bangsa
Dan lebih tidak enak lagi, ketika itu semua dinisbatkan pada kaum Muslim hingga banyak ulama yang dikriminalisasi dan wacana pembubaran ormas-ormas Islam
Lebih parah lagi, Islam seolah dibenturkan dengan Pancasila, maka Pancasila digadang-gadang jadi solusi permasalahan bangsa, lalu latah diikuti yang tak memahami
Padahal sejarah menunjukkan, ulama-lah yang terlibat dalam rumusan Pancasila yang kita kenal sekarang, bahkan dulunya memuat semangat penerapan syariat Islam
Saking semangatnya menjadikan Pancasila sebagai solusi semua permasalahan bangsa, penguasa sampai melantik unit kerja khusus dengan anggaran yang tak sedikit
Jujur hati saya kelu, dan bertanya “Mengapa tidak Al-Qur’an?”. Bukankah kita semua meyakini Al-Qur’an itu Kitabullah yang datang langsung dari Allah yang Mahatahu?
Sebanyak ini pejabat Muslim di Indonesia, mengapa tak satupun lantang menyampaikan bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang harusnya jadi solusi bagi masalah bangsa?
Apakah belum pernah kita mendengar ayat-ayat Allah yang menjamin bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah itu solusi, bahwa Rasululah berkata dia wariskan kita keduanya?
Bila Pancasila itu diinspirasi Islam, maka lebih bagus lagi kita membina masyarakat dan ummat ini dengan Islam. Agar lebih dekat pada Allah yang memberikan solusi
Dan ini tanpa trial and error, sudah terbukti di zaman Rasulullah, Khulafaur Rasyidin dan para khalifah sepeninggalnya. Kitabullah dan Sunnah yang pasti akan memberi kebaikan
Mengapa bukan Al-Qur’an? Padahal syahadatain kita, iman kita harusnya membuat kita meyakini bahwa Al-Qur’an bukan teori semata, tapi solusi nyata bagi semua masalah
Dan bila penguasa ingin, tak perlu triliunan untuk membina masyarakat Indonesia dengan Al-Qur’an, ada banyak ulama yang siap mengembannya, tanpa dibayar apapun
Dan bila penguasa saat ini sudah menyadari dan memahami, inilah solusi sesungguhnya, ulama bisa “dipakai” penguasa memperbaiki negeri, bukan malah dikriminalisasi (*)