Ucapkan Selamat untuk Prabowo-Gibran, Puan Keluhkan Kualitas Pemilu 2024

Ucapkan Selamat untuk Prabowo-Gibran, Puan Keluhkan Kualitas Pemilu 2024
* Tangkapan layar Ketua DPR Puan Maharani. (Youtube)

Obsessionnews.com – Ketua DPR Puan Maharani mengeluhkan kualitas Pemilu 2024. Dalam pidato memimpin sidang bersama DPR-DPD, Puan meminta pelaksanaan pemilu dijadikan kritik dan autokritik, kendati tak lupa mengucapkan selamat kepada Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming sebagai presiden terpilih.

Puan mengawali pidatonya dengan mengingatkan pelaksanaan pemilu merupakan pesta demokrasi bagi rakyat. Para calon juga berupaya merebut simpati, melakukan berbagai cara untuk mendapatkan suara rakyat. Semua itu terjadi pada awal 2024.

Baca juga:Buka Sidang Tahunan MPR, Bamsoet Bagikan Pantun Beringin, Prabowo dan Jokowi

“Para calon berupaya menyenangkan pemilih agar dapat merebut suaranya. Berusaha tampil simpatik. Foto diri terbaik dipajang sampai ke pelosok-pelosok, rumah makan, pohon-pohon jadi korban. Tiang listrik penuh tempelan. Semua cara dilakukan untuk mendapatkan suara rakyat,” kata Puan memimpin sidang di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (16/8).

Hadir dalam sidang tahunan para pejabat termasuk Presiden Jokowi-Wapres Ma’ruf Amin, para ketua umum partai dan tamu undangan. Sedangkan total anggota parlemen yang hadir mencapai 500 lebih.

Kontestan yang menang, kata Puan, bakal menjadikan pemilu sebagai peristiwa indah yang bakal sulit dilupakan. Sebaliknya, bagi yang kalah merasa serba kesulitan.

“Bagi yang berhasil dalam pemilu semua hal menjadi indah untuk dikenang sementara bagi yang belum berhasil merasa serba sulit. Sulit makan, sulit tidur bahkan ada yang sulit untuk bangkit kembali,” selorohnya.

“Itulah potret Pemilu 2024 haruslah menjadi kritik dan autokritik bagi kita semua,” lanjutnya.

Dia mengingatkan kalau pemilu bukan barang baru di Indonesia. Sebelum reformasi, pemilu juga digelar berkali-kali. Namun dirinya mempertanyakan, apakah kualitas pelaksanaannya sudah memenuhi prinsip jujur dan adil.

“Apakah pemilu saat itu memenuhi syarat-syarat pemilu yang bebas, jujur dan adil? Silakan dijawab,” kata Puan disambut tepuk tangan hadirin.

Apapun hasil pemilu, kata Puan, harus diterima dan rakyat tidak bisa disalahkan.

“Rakyat tidak dapat disalahkan atas pilihannya. Apapun yang mendasari pertimbangannya. Rakyat memilih atas dasar apa yang diketahui dan dipahaminya. Terlepas dari kualitas apa yang diketahui dan dipahaminya,” katanya.

Dia melanjutkan, kalah menang dalam pemilu menjadi hal biasa. Para kontestan juga dituntut memiliki etika yang disebut siap menang siap kalah. Siap beranding siap pula bersanding.

Etika tersebut harus sejalan dengan memberikan kebebasan kepada rakyat untuk menjalankan kedaulatannya. Puan menganggap, dalam pemilu seharusnya yang menjadi pemenang adalah rakyat.

“Dalam pemilu, seharusnya rakyatlah yang jadi pemenang sehingga berlaku adagium ‘Suara rakyat adalah suara Tuhan’, vox populi, vox dei,” tuturnya. (Erwin)