
Asisten Khusus Ketua Parlemen Republik Islam Iran menilai tragedi yang menipa Muslim di Myanmar sebagai genosida yang terorganisir terhadap umat Islam di negara ini.
“Perang dan ketidakamanan serta meluasnya gerakan-gerakan terois akan merugikan dunia dan kawasan,” kata Hossein Amir-Abdollahian dalam pertemuannya dengan Sergey Burdilyak, Duta Besar Ukraina untuk Iran pada Senin (18/9/2017).
Ia juga mengungkapkan penyesalan atas pembunuhan warga Muslim dan tak berdosa di Myanmar dan menyayangkan kebijakan Arab Saudi di Yaman.
“Ketika perang yang panjang telah menyebabkan berkembangnya kelompok-kelompok teroris di kawasan, Arab Saudi justru terus memaksakan untuk mengubah perimbangan demi keuntungannya di Yaman melalui jalur militer, dan negara ini tidak berpikir untuk solusi politik guna menyelesaikan krisis ini,” ujarnya.
Di bagian lain pernyataannya, Amir-Abdollahian menyatakan kesiapan Parlemen Iran untuk memperluas kerjasama menyeluruh dengan Ukraina.
“Republik Islam Iran dan Ukraina memiliki kapasitas dan pengalaman tinggi untuk mengembangkan dan memperluas hubungan, di mana kita berharap akan menyaksikan peningkatan lebih kerjasama bilateral melalui peningkatan langkah-langkah parlemen,” pungkasnya.
Sementara itu, Dubes Ukraina untuk Tehran menyinggung pentingnya untuk menjaga perluasan hubungan Ukraina dengan Iran.
“Langkah-langkah yang baik telah diambil untuk menghapus persoalan agar kerjasama kedua negara meningkat,” pungkas Sergey Burdilyak.

Hentikan Genosida terhadap Muslim di Myanmar!
Presiden Republik Islam Iran menggambarkan kondisi Muslim Rohingya sebagai “mengejutkan.” Menurutnya, tekanan terhadap pemerintah Myanmar untuk menghentikan genosida dan tindakan kekerasan terhadap umat Islam di negara ini sebagai langkah yang penting.
Hassan Rouhani mengungkapkan hal itu dalam pertemuannya dengan Stefan Lofven, Perdana Menteri Swedia di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York pada Senin (18/9/2017) sore.
“Peran Uni Eropa untuk menghentikan tekanan tidak manusiawi terhadap Muslim di Myanmar dan untuk membantu para pengungsi sangat penting,” kata Rouhani.
Presiden Iran juga menyinggung kondisi rakyat Yaman dan ribuan pengungsi di negara ini akibat agresi militer Arab Saudi.
Ia menuturkan, dengan digelarnya gencatan senjata di Yaman, perundingan di antara kelompok-kelompok di negara ini harus dimulai.
Rouhani lebih lanjut mengapresiasi posisi kuat Uni Eropa termasuk Swedia terkait dengan perjanjian nuklir JCPOA (Rencana Aksi Bersama Komprehensif).
“Posisi pemerintah baru AS tidak sesuai dengan perjanjian internasional yang penting ini,” pungkasnya.
Sementara itu, PM Swedia juga menyebut konsidi umat Islam Myanmar sebagai sebuah tragedi. Stefan Lofven mengatakan, Swedia akan memberikan bantuan yang bisa dilakukan terkait hal ini. (ParsToday)
Baca Juga:
- Pembantaian Muslim Myanmar, Contoh Nyata Genosida
- Serangan atas Muslim Berlanjut, Komandan Militer Myanmar Biadab!
- Forjim Bongkar Penyesatan Opini Kaum Liberal tentang Konflik Rohingya
- Militer Myanmar Sengaja Bakar Desa-desa Muslim Rohingya
- Myanmar Tidak Ijinkan IRC Mengkases Muslim Rohingya
- UNICEF Peringatkan Bahaya Kematian 200 Ribu Anak Rohingya
- Negara-negara Islam Harus ‘Boikot’ Myanmar !!
- Bungkam, Aung San Suu Kyi Dikecam 5 Peraih Nobel Perdamaian
- Militer Myanmar Mulai Serang Masjid-masjid di Rakhine
- Pokok-pokok Pikiran Majelis Nasional KAHMI tentang Masalah Rohingya
- Forum Parlemen Dunia Kutuk Genosida Rohingya, India Marah
- Media Myanmar Sebarkan Berita Bohong Soal Rohingya
- The Telegraph: Militer Myanmar Bantai Muslim
- Tentara Myanmar Tembaki Ratusan Muslim Rohingya, Perempuan dan Anak-anak
- Pengacara Muslim Myanmar Tewas Diteror