
Imar
Jakarta-Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan mengungkapkan salah satu kendala yang ditemui nelayan di daerah dalam bekerja adalah tidak tersedianya cold storage yang memadai sehingga menyebabkan turunnya kualitas dan produktivitas nelayan.
“Kami harapkan dengan adanya bantuan itu bisa memicu produktivitas dan nilai tambah agar ikannya bisa awet,”kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perikanan dan Kelautan Yugi Prayanto, Selasa (11/6/2013).
Meski biaya operasional cold storage tergolong tinggi, Yugi menghimbau agar para nelayan tidak terfokus pada cold storage-nya, melainkan tetap lebih fokus kepada produktivitas dan terus meningkatkan hasil tangkapan ikan.
“Yang terpenting kita jangan terpaku pada cold storagenya tetapi fokus pada tangkapan ikannya. Karena jika ikannya ada, operasional cold storage tidak akan menjadi kendala yang besar. Jangan sampai cold storage sudah tersedia, tapi ikannya malah tidak ada” papar Yugi.
Pihaknya juga berharap agar para pelaku usaha/perusahaan-perusahaan besar dalam mewujudkan CSR-nya untuk program pengembangan perikanan bisa dengan melakukan pengadaan cold storage untuk nelayan.
“Program itu juga bisa disertai dengan tindakan yang lebih kongkrit dengan memberikan pelatihan khusus kepada para anak-anak nelayan mengenai maintenance mesin kapal, dan yang terpenting pula adalah pengetahuan mereka tentang keberlangsungan kelautan,”terangnya.
Menurut Yugi salah satu penghambat minimnya produktivitas adalah karena rusaknya habitat ikan jarak terdekat yang bisa dijangkau para nelayan karena untuk mendapatkan ikan yang lebih banyak harus menggunakan kapal-kapal yang lebih besar dan pertimbangan biaya bahan bakar yang harus dikeluarkan.
“Modal kerja untuk pengeluaran bahan bakar memang tinggi. Di sisi lain, untuk mendapatkan ikan tidak bisa di pantai atau jarak dekat. Harus jauh di tengah lautan, hanya saja untuk mencapai jarak itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit” ungkap Yugi.
Atas dasar itu, Kadin meminta kepada pemerintah agar penyebaran benih-benih terumbu karang bisa dilakukan secara periodik untuk keberlangsungan habitat ikan. Menyusul adanya informasi yang diterima Kadin, tak jarang para nelayan nakal kerap menggunakan jalan pintas dengan menghancurkan terumbu karang sebagai rumah ikan dengan bom atau potasium.
Sementara terkait permodalan, kata Yugi, Kadin akan melakukan upaya mediasi dan fasilitator secara berkala melalui pemberdayaan UKM dan akses permodalan. Pihaknya optimis, meski kepastian pendapatan perikanan kurang terukur sehingga akses permodalannya sering dipertanyakan namun pihaknya menilai sektor agribisnis dan perikanan adalah sektor yang cukup menjanjikan di masa mendatang.
“Jika strategi pengembangannya jelas, manfaat ekonomi yang diterima akan tinggi. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah sistem pembiayaan dan kebijakannya yang harus tepat,”pungkasnya