Kamis, 25 April 24

Ternyata, Kotoran di Telinga Tunjukkan Tingkat Stres

Ternyata, Kotoran di Telinga Tunjukkan Tingkat Stres
* Memeriksa kotoran di dalam telinga. (Foto: Getty Images)

Penelitian terbaru mengungkapkan, ternyata kotoran di dalam telinga dapat mengungkapkan tingkat stres.

Kotoran di dalam telinga Anda dapat menjadi tolok ukur untuk mengetahui kesehatan mental Anda, kata para peneliti.

Sebuah penelitian terhadap 37 orang responden menunjukkan penumpukan hormon kortisol dapat diukur dari pengeluaran kotoran berminyak di sekitar saluran telinga Anda.

Hormon kortisol berkaitan dengan respons tubuh terhadap stres sehingga sering disebut juga hormon stres.

Keberadaan kotoran di dalam telinga dapat dipakai untuk mengetahui cara yang lebih baik dalam mendiagnosa kondisi kejiwaan, termasuk depresi, kata peneliti Dr Andres Herane-Vives.

Dia juga telah mengembangkan jenis usap baru yang tidak akan merusak gendang telinga.

Apa itu hormon kortisol?
Kortisol dikenal sebagai hormon “lawan atau lari” (fight or flight) Anda.

Ketika hormon ini mengirimkan sinyal alarm ke otak sebagai respons terhadap stres, hormon itu dapat memengaruhi hampir semua sistem dalam tubuh, mulai dari sistem kekebalan hingga pencernaan dan kualitas tidur.

Namun perannya dalam gangguan termasuk kecemasan dan depresi belum sepenuhnya dipahami.

Dr Herane-Vives, psikiater di University College London Institute of Cognitive Neuroscience, ingin memahami apa yang mungkin diindikasikan oleh peningkatan atau penurunan kadar kortisol.

Penelitian ini masih tahap awal, tapi dia berharap hal ini pada akhirnya bisa membantunya menetapkan “ukuran biologis yang obyektif” untuk mengetahui kondisi kejiwaan.

Secara teori, orang-orang dengan gejala kesehatan mental dapat diuji kadar kortisolnya, dan ini dapat membantu menginformasikan hasil diagnosisnya.

Saat ini, diagnosis kesehatan mental sebagian besar bersifat subyektif, sehingga penelitian mengenai kotoran telinga ini memberikan alat tambahan kepada para profesional untuk membantu membuat penilaian secara lebih akurat.

Dan, diagnosis yang baik adalah “satu-satunya cara untuk memberikan pengobatan yang tepat”, kata Dr Herane-Vives.

Hal ini berpotensi digunakan untuk menginformasikan siapa yang mungkin atau tidak mungkin mendapat manfaat dari obat antidepresan.

Kortisol dapat diukur dalam darah, tetapi ini hanya memberikan gambaran singkat perihal kadar hormon seseorang pada saat itu.

Dan lantaran tes darah itu sendiri bisa membuat stres, ini berpotensi memberikan hasil positif yang tidak tepat.

Bagaimana metode pengukuran?
Dr Herane-Vives ingin melihat apakah tingkat kortisol kronis pasien – seperti apa bentuknya dalam jangka waktu yang lebih lama – dapat diukur dengan melihat jaringan di tubuh tempat dia menumpuk.

Dia sebelumnya mempelajari apakah kortisol dapat diukur dari folikel rambut, tetapi untuk melakukannya, Anda membutuhkan 3cm rambut – yang tidak semua orang memilikinya.

“Tapi kadar kortisol dalam kotoran telinga tampaknya lebih stabil,” ujarnya.

Dr Herane-Vives merujuk pada analogi dengan makhluk penghasil lilin lainnya, yaitu lebah. Mereka menyimpan gula di sarang mereka, yang diawetkan pada suhu kamar.

Demikian pula, hormon dan zat lain disimpan dari waktu ke waktu di dalam kotoran telinga, yang “menghasilkan lebih banyak kortisol daripada sampel rambut”, kata para peneliti.

Dalam jangka panjang, metode ini dapat dikembangkan untuk mengukur hal-hal lain seperti kadar gula atau bahkan antibodi terhadap virus. (Red)

Sumber: BBC News

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.