Jumat, 29 Maret 24

Breaking News
  • No items

Teater Gandrik Pentaskan Lakon ‘Para Pensiunan: 2049’

Teater Gandrik Pentaskan Lakon ‘Para Pensiunan: 2049’
* Lakon “Para Pensiunan: 2049”

Jakarta, Obsessionnews.com – Setelah sukses mementaskan “Hakim Sarmin” pada 2017, Teater Gandrik kembali menyapa penonton seni pertunjukan Indonesia dalam pagelaran yang bertajuk “Para Pensiunan: 2049”. Pementasan ini sudah digelar pada 8-9 April 2019 di Taman Budaya Yogyakarta dan dapat segera dinikmati publik Jakarta di Ciputra Artpreneur Theater pada 25-26 April 2019.

 

Baca juga: ‘Para Pensiunan: 2049’, Kisah Pemberantasan Korupsi Temui Jalan Buntu

 

“Para Pensiunan: 2049” mengisahkan tentang pensiunan jenderal, pensiunan politisi, pensiunan hakim dan para pensiunan lainnya.  Hidup sebenarnya hanya menunda pensiun. Dan para pensiunan itu ingin menikmati masa tuanya dan menunggu mati yang tenang.

Ada peraturan Undang-undang Pemberantasan Pelaku Korupsi atau yang disebut Pelakor, yang secara konstitusional mengharuskan siapa pun yang mati wajib memiliki Surat Keterangan Kematian yang Baik (SKKB). Undang-undang Pelakor ini memang dibuat dengan tujuan agar para koruptor kapok. Peraturan itu ingin menunjukkan hanya orang yang tidak pernah melakukan korupsi yang berhak mendapatkan SKKB itu.

Dampak dari peraturan ini ternyata menjadi koruptor masih lebih baik ketimbang menghadapi kematian. Sebab, bila tak punya SKKB, maka mayatnya tak boleh dikuburkan,  karena dianggap tak bersih dari korupsi.

Celaka, satu dari pensiunan itu terlanjur mati, tanpa memiliki SKKB. Padahal ia pensiunan orang besar. Akibatnya jenazahnya terlunta-lunta nasibnya. Para pesiunan yang lain menjadi gelisah, dan masing masing ingin membuktikan mereka tak pernah korupsi agar mendapatkan SKKB, sehingga bila nanti mereka mati bisa dikubur baik-baik.

Tapi benarkah mereka tak pernah korupsi selama jadi jenderal, politisi, pegawai negeri dan lain-lain? Agar mendapatkan SKKB itu, mereka melakukan bermacam-macam cara, termasuk membujuk, menjebak atau menyuap penjaga kubur.

Sementara jenazah pensiunan yang sudah mati menjadi hantu gentayangan yang terus mendatangi kolega, instansi yang berwenang, agar ia dipulihkan nama baiknya, dengan diberi SKKB.

Lakon “Para Pensiunan: 2049″ hadir dengan rancangan sebagai berikut:

Jadwal & Tempat Pentas : Kamis & Jumat, 25 – 26 April 2019 Jam 20.00 WIB

Ciputra Artpreneur, Jalan Prof. Dr. Satrio Kav 3 – 5 Ciputra Artpreneur Theater Lv. 13 Ciputra World 1 Jakarta

Naskah : Agus Noor & Susilo Nugroho

Sutradara : Djaduk Ferianto

Teater Gandrik

Sebagai bagian dari Padepokan Seni Bagong Kussudiardja yang berlokasi di Yogyakarta, Teater Gandrik merupakan kelompok teater Indonesia yang mengolah konsep dan bentuk teater tradisional dengan semangat panggung teater kontemporer. Teater Gandrik dibentuk 36 tahun lalu di Yogyakarta pada 12 September 1983. Dalam perjalanannya, periode 1980-1990 merupakan tahun-tahun produktif Teater Gandrik. Ditandai dengan beberapa pementasan, seperti: “Pasar Seret” (1985), “Pensiunan”, “Sinden” (1986), “Dhemit”, “Isyu” (1987),  “Orde Tabung”, “Juru Kunci”, (1988), “Upeti”, “Juragan Abiyoso” (1989) yang menjadi bagian penting dari dinamika sosial politik di Indonesia pada masa itu.

Teater Gandrik menyuguhkan tema-tema sosial yang berkembang dalam kehidupan sehari￾hari, dengan menggunakan “guyon parikena”, yaitu sindiran secara halus, seperti mengejek diri sendiri. Seni peran dengan gagasan Teater Gandrik ini oleh beberapa kritikus disebut sebagai estetika sampakan, di mana panggung menjadi medan permainan para aktor secara luwes, cair dan cenderung “memain-mainkan karakter”, sehingga tak ada batasan yang jelas antara “aktor sebagai pemain” dengan “watak yang dimainkannya”.

Para personil Teater Gandrik memang tumbuh dalam lingkungan tradisi Jawa yang kental. Lingkungan tradisi inilah yang kemudian banyak memberi warna pada pementasan-pementasan Teater Gandrik. Tradisi itu juga menjadi jalan bagi Teater Gandrik untuk mencari dan pada akhirnya menemukan identitas estetik. Tetapi, seperti dikatakan oleh Dr. Faruk, para personil Teater Gandrik juga mengalami modernisasi, yang mengakibatkan mereka memiliki keinginan untuk berbeda dengan generasi sebelumnya, dimana mereka kemudian memasuki sebuah dunia baru yang bernama Indonesia.

Sebagai komunitas kreatif, Teater Gandrik sangat fleksibel dalam keanggotaan. Dengan manajemen kelompok yang fleksibel itu, soliditas kelompok dan iklim kreatif dapat terus terjaga. Beberapa eksplorasi pencarian dengan berbasis naskah-naskah luar negri pun pernah ditelorkan, seperti “Mas Tom”, yang merupakan adaptasi dari “Tom Jones” karya penulis Inggris Hendry Fielding (1707-1754). Begitu juga lakon terjemahan “Keluarga Tot” (2009) karya penulis Hungaria István Örkény yang berpijak pada mazab realism.

Pada tahun 1999 Teater Gandrik mendapatkan kesempatan mementaskan “Brigade Maling” di Monash University, Australia. Sebelumnya pada tahun 1990 dan 1992 Teater Gandrik juga mementaskan lakon “Dhemit” dan “Orde Tabung” di Singapura.

Sebagai salah satu kelompok teater yang paling konsisten mementaskan karya-karya, Teater Gandrik rutin menyapa penontonnya. Berikut adalah pertunjukan 8 tahun terakhir: “Pan-Dol” (2011), “Gundala Gawat” (2013), “Tangis” (2015), “Orde Tabung-Dramatic Reading” (2016), “Hakim Sarmin” (2017). Dan kini di tahun 2019 Teater Gandrik tampil kembali dengan lakon “Para Pensiunan: 2049”, karya Agus Noor dan Susilo Nugroho sebagai penulis naskah dan Djaduk Ferianto bertindak sebagai sutradara pentas.  (arh)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.