
Jakarta – Dalam rangka mempertangung jawabkan hasil hitung cepat atau quick count Perhimpunan Survei dan Opini Publik (Persepi), telah melayangkan surat panggilan kepada semua lembaga survei yang menyelenggarakan quick count untuk diaudit.
Namun, diantara beberapa lembaga survei, ada satu lembaga survei dari Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) yang disebut tidak memiliki kantor sebagai tempat kerja. Puskatis ini adalah lembaga survei yang memenangkan Prabowo-Hatta dalam hitung cepat Pemilu Presiden 2014.
Maksud dari Persepsi mengundang sejumlah lembaga survei itu untuk meng audit, Persepi juga akan mengklarifikasi mengenai metode yang digunakan oleh masing-masing lembaga survei dalam menyelenggarakan hitung cepat. Pasalnya ada dua kelompok lembaga survei yang sampai saat ini masih bersikekeuh telah memenangkan dua kandidat calon presiden Prabowo dan Jokowi.
Anggoto Dewan Etik Persepi, Hamdi Muluk mengaku merasa kesulitan untuk mengundang Puskaptis agar agar mau hadir dalam acara audit lembaga survei. Karena setelah mencari-cari tidak ditemukan kantornya, Persepsi akhirnya mengundang lewat SMS atau pesan singkat.
“Kita sudah cari alamatnya tapi tidak ada, karena mereka beberapa tahun tidak punya kantor. Sebenarnya undangan kita pake surat, tapi karena nggak jelas akhirnya diundang lewat SMS,” ujar Hamdi, di Jakarta, Selasa (15/7/2014).
Hal ini jelas berbanding terbalik, dengan pernyataan Direktur Puskaptis Husin Yazid yang mengatakan, bahwa lembaga Surveinya selalu bekerja secara independen dan tidak pernah berafiliasi dengan partai politik. Sehingga ia menolak disebut sebagai lembaga survei bayaran yang dipake untuk kepentingan politik. Yazid mengaku sudah punya banyak duit.
“Saya itu di kontrak Tuhan, sudah banyak punya pohon duit,” kata Yazid.
Meski mengaku banyak memilik pohon duit, Puskaptis sampai ini disebut tidak memiliki kantor sebagai pusat kerja. Hal ini menimbulkan kontroversi sejauh mana kebenaran Yazid. Pasalnya selain bermasalah dengan alamat kantornya situs Web Puskaptis juga ternyata mengunakan WordPress.
Menolak Hadir.
Setelah menerima SMS atau pesan singkat dari Persepsi, Puskaptis malah menolak hadir dalam acara audit lembaga survei yang menyelenggarakan hitung cepat. Hamdi mengatakan penolakan itu disampaikan langsung oleh Yazid melalui pesan singkat.
“Dia bilang audit itu harusnya baru bisa dilakukan setelah KPU mengumumkan hasil perhitungan resmi tanggal 22 Juli besok. Dia berpendapat tidak bisa sebelum pengumuman,” katanya.
Padahal kata Hamdi, Puskaptis sebelumnya sudah mengatakan siap untuk diaudit di hadapan media. Bahkan Yazid meyatakan bahwa audit bukanlah suatu masalah. Dia justru menantang lembaga lainnya untuk membubarkan diri jika nantinya terbukti hasil hitung cepatnya meleset.
“Sayang sekali, saya simpulkan, dari SMS-nya itu mereka tidak datang. Mereka menolak hadir,” tandas Hamdi.
Jika nantinya, Puskaptis menolak untuk diaudit, dan terbukti secara sah dan meyakinkan lembaganya telah melakukan kebohongan publik dengan memanipulasi data untuk melakukan hitung cepat. Maka secara otomatis Puskaptis akan dibubarkan dari keanggotaan Persepsi, dan tidak dizinkan lagi untuk melakukan kegiatan survei. Hal ini juga berlaku untuk lembaga survei yang lain.
Diketahui, selain Puskaptis, Persepsi juga memeriksa lembaga survei lainnya, yakni Network, Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Saiful Mujani Research Centre (SMRC), Indikator Politik, Poltracking, dan Jaringan Suara Indonesia (JSI). Adapun pengumuman hasil audit rencananya akan dilakukan Rabu (16/7/2014).
Rekam Jejak Puskaptis.
Untuk mengatahui, sejauh mana lembaga survei itu kredibel terlebih dahulu harus diliat dari rekam jejaknya. Yakni berapa persen tingkat keberhasilan lembaga survei tersebut dalam merilis hasil surveinya apakah lebih sering meleset atau tidak.
Dalam sejarahnya Puskaptis lebih sering mengalami banyak masalah, misalnya saja pada tahun 2013 lembaga ini pernah merilis quick count di Sumatera Selatan yang menyebut pasangan cagub-cawagub Sarimuda Nelly unggul. Namun, ternyata hasilnya salah karena ternyata yang unggul adalah pasangan nomor 3 Herman Deru – Maphilinda Boer. Akibat dari hasil tersebut pasangan ini marah dengan mendatangi Direktur Puskaptis Yazid.
Karena merasa kesel dan marah, Yazid hampir saja diamuk oleh pasangan yang sudah merasa ditipu. Namun beruntung Polisi langsung mengamankan Yazid dari amukan masa. Sayangnya Yazid tetap berkilah bahwa survei tersebut dikatakan belum final 100 persen.
Sebelum itu, pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012. Puskatis juga kembali melakukan kesalahan. Berdasarkan hasil surveinya Puskaptis menyatakan bahwa elektabilitas pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) sudah unggul di atas kertas dengan persentas 47,22 persen mengalahkan pasangan 2 Jokowi-Ahok yank dengan elektabilitas 15,16 persen. Namun kenyataannya Jokowi menang telak pemilihan tersebut.
Di tahun yang sama Puskaptis juga sudah merilis surveinya bahwa, Hatta Rajasa adalah calon presiden yang paling ideal. Padahal Pilpres diadakan masih cukup lama sekitar 2 tahun setelah Pilgub Jakarta selesai. Selain di atas masih banyak survei-survei yang dilakukan oleh Puskatis yang menuai kontroversi.