Kamis, 28 Maret 24

Breaking News
  • No items

Tahun Baru Imlek, Ritual Pengusiran Nian

Tahun Baru Imlek, Ritual Pengusiran Nian

Ketika menyantap jamuan, angkat sumpit setinggi-tingginya seraya mengucapkan lao qi atau lao hei yang bermakna penambahan hoki.

Tak berselang lama dari hingar-bingar tahun baru Masehi, masyarakat Tionghoa bersiap menyambut Imlek. Di balik setiap ritual dan pernak-pernik perayaan tersimpan kisah, tradisi, dan harapan baik

 

Bermula dari Pengusiran Nian

Ritual pengusiran roh jahat menakutkan bernama Nian menciptakan tradisi yang dilakukan setiap tahun baru Cina, seperti pernak-pernik warna merah, baronsai, dan petasan. Pada zaman dahulu, penduduk Cina diliputi rasa kecemasan dan ketakutan akan kedatangan Nian. Kemunculannya hanya setahun sekali dan selalu di malam tahun baru (chu xi).
Maka setiap malam Imlek seluruh penduduk akan mengunci diri di rumah, mengungsi, atau bersembunyi di dalam hutan untuk menghindari serangan Nian. Ketika tahun baru tiba, barulah mereka berani keluar dari tempat masing-masing. Perayaan tahun baru berlangsung selama lima belas hari.

Meski ketakutan, penduduk berupaya mencari cara mengusir kemunculan Nian setiap tahunnya. Dari berbagai percobaan pertahanan yang dibuat penduduk, terbukti Nian takut dengan kain dan lampion berwarna merah yang digantung di depan pintu rumah. Sementara, penduduk lain menerangi rumah dengan cahaya terang benderang dan meledakkan petasan berhasil membuat Nian ketakutan. Ada pula yang mencoba menari barongsai disertai pukulan gong dan tambur sekeras-kerasnya membuahkan Nian lenyap tanpa jejak.

Sejak itulah setiap tahun baru orang Tionghoa menghiasi rumah dengan lampion dan ornamen merah. Cahaya lampu di rumah diatur memancarkan tingkat terang maksimal. Tak lupa, tarian barongsai, petasan, dentuman gong maupun tambur menjadi acara ritual tahun baru.

 

chinese-new-year 2

Sejarah Kata Imlek

Menurut Pakar Kuliner Tionghoa dari Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia, Aji Chen Bromokusumo, kata Imlek bukanlah nama sebenarnya dari perayaan tahun baru Tiongkok. Namun, berasal dari bahasa Hokien, hanya diketahui dan digunakan oleh orang Indonesia. Orang Tiongkok biasa menyebutnya dengan Guo Nian atau Xin Jia yang bermakna bulan baru.

Asal-usul Gong Xi Fa Cai

Saat tahun baru Cina, Gong Xi Fa Cai terdengar jelas di antara gegap gempita tahun baru. Ternyata ucapan tersebut bermula dari ungkapan syukur penduduk ketika berhasil mengusir Nian. Secara serempak dan berulang-ulang melantunkan Gong Xi…, Gong Xi…, yang bermakna selamat.

Jamuan Lezat Sarat Makna

Makan malam keluarga sebelum dan saat perayaan tahun baru adalah momen kebersamaan yang paling ditunggu. Biasanya jamuan dihidangkan di meja bundar dengan piringan berputar di tengahnya. Anggota keluarga tertua seperti kakek dan nenek akan dipersilahkan menyantap makanan terlebih dahulu. Ketika menyantap jamuan, angkat sumpit setinggi-tingginya seraya mengucapkan lao qi atau lao hei yang bermakna penambahan hoki.

Setiap hidangan yang tersaji bermakna kebaikan di antaranya membawa hoki, kemakmuran, kesehatan, keintiman, dan kesuksesan. Makanan yang paling dipantang saat tahun baru adalah bubur, karena melambangkan kesusahan dan kemelaratan.

Daftar makanan sarat makna dan doa di antaranya mi yang melambangkan panjang umur dan kemakmuran. Ikan bermakna penuh rezeki dan kemakmuran. Bebek mengartikan kesetiaan dan ketaatan. Kue lapis legit menyimpan doa agar rezeki semakin berlipat ganda. Manisnya jeruk mandarin melambangkan kesehatan dan kemakmuran. Kue keranjang menyimbolkan kasih sayang yang selalu melekat dengan sesama. Kue mangkok memberikan kesuksesan kian menanjak. Manisan kolang kaling dan agar-agarmerupakan simbol kehidupan terang dan jernih.

tea-time

Tradisi Minum Teh

Tradisi minum teh turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Cina sejak ribuan tahun lalu. Selama Imlek, tiap pagi teh tawar tanpa gula disajikan oleh orang yang lebih muda kepada para tetua. Penyajian tersebut merupakan tanda penghormatan kepada orang tua dan leluhur. Adapula yang mengartikan pemberian teh ini sebagai ungkapan maaf anak muda kepada orang-orang yang dituakan.

Semarak Merah

Warna merah menjadi ikon perayaan tahun baru Cina di seantero dunia. Mulai dari lentera, cheongsam (baju tradisional), angpao, lilin dupa, dan hiasan rumah. Selain mengandung nilai sejarah pengusiran Nian, masyarakat Tionghoa juga mengartikannya sebagai bentuk kebahagiaan, kemakmuran, dan harapan positif lainnya.

Tradisi Angpao

Amplop merah yang disebut angpao berasal dari kata “Hong Pao” bermakna kantung merah. Tradisi ini dilakukan secara turun-temurun dan khusus diberikan kepada anak-anak dan orang yang belum menikah.
Angka 5,8, dan 9

Serupa dengan masyarakat Jawa, orang Tionghoa percaya bahwa setiap angka memiliki arti dan bisa membawa keuntungan. Oleh karena itu, angka 3 dan 4 dihindari, karena bemakna ketidakstabilan. Penggunaan angka 5, 8, dan 9 paling banyak diminati karena mencerminkan nilai-nilai kebaikan.

Angka 5 dipercaya mengandung semua elemen seperti, emas, kayu, tanah, air, dan api. Sementara angka 8 melambangkan sesuatu yang tiada habisnya, seperti kemakmuran dan kebahagiaan. Begitu pula dengan angka 9 yang diyakini sebagai pencapaian tertinggi.

Menyembunyikan Sapu

Dalam menyambut perayaan tahun baru, sapu adalah benda yang paling dicari untuk segera disembunyikan. Walaupun berfungsi positif untuk membersihkan rumah, kehadiran sapu di tahun baru bermakna melenyapkan segala kebaikan dan kemakmuran yang sudah ada dan akan datang. (Silvy Riana Putri, Women’s Obsession)

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.