Jumat, 19 April 24

Tagihan Listrik Melonjak Gila-gilaan, Warga Geruduk Kantor PLN

Tagihan Listrik Melonjak Gila-gilaan, Warga Geruduk Kantor PLN
* Meteran listrik

Jakarta, Obsessionnews.com – Protes tagihan listrik bulanannya membengkak parah, sejumlah warga menggeruduk Kantor Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Jalan Raya Sentosa, Sukmajaya, Kota Depok. Tak hanya satu kali lipat, sejumlah warga memprotes kenaikan tagihan listrik yang dinilai tak masuk akal hingga berkali-kali lipat.

“Tagihan saya biasanya Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu satu bulannya, sekarang ini sampai nyaris Rp 4 juta-an,” ujar Aji, salah seorang warga yang mengikuti aksi protes tersebut, Jumat (5/6/2020).

Aji berujar, kenaikan yang dinilai tak wajar ini baru pertama kali terjadi bulan ini. “Bulan kemarin masih normal. Ini kok bulan Juni bengkak banget tagihan sampai berjuta-juta,” jelasnya.

Sementara itu, seorang warga lainnya mengaku dirinya mengalami hal yang lebih tidak masuk akal. Bagaimana tidak, rumahnya yang sudah kosong dan lama tidak ditempati, tiba-tiba mendapat tagihan sebesar kurang lebih Rp 400 ribu.

 

Tagihan listrik meroket 100% lebih
Keluhan pelanggan listrik PT PLN (Persero) atas naiknya tagihan listrik pada bulan-bulan ini terus membanjiri jagat media sosial. Yang menyebalkan, kenaikan tarif listrik pelanggan PLN itu melebihi 100% dari tagihan yang harus dibayar pelanggan pada bulan sebelumnya.

Salah satu keluhannya datang dari Halim Nugroho pelanggan listrik 3.300 VA dari Tanggerang Selatan, Banten. Berikut kutipan curhatannya:

Saya kaget sekali tiba-tiba mendapati tagihan listrik untuk bulan Mei 2020 melonjak drastis. Kalau dirunut ke belakang, rata-rata tagihan listrik saya berkisar antara Rp 600.000 sampai Rp 700.000 per bulan.
Dalam tiga bulan terakhir sejak Februari 2020, tagihan listrik saya stabil di kisaran Rp 600.000-Rp 650.000.

Tagihan listrik bulan Februari yang dibayar bulan Maret 2020, misalnya, sebesar Rp 632.000. Tagihan listrik bulan Maret yang dibayar bulan April 2020, sebesar Rp 620.000. Lalu, tagihan istrik bulan April yang dibayarkan pada bulan Mei 2020 sebesar Rp 615.684.

“Namun saya kaget sekali, tagihan listrik bulan Mei yang dibayarkan bulan Juni 2020 ini melonjak menjadi Rp 1.352.794 atau 119,7% dari tagihan listrik bulan sebelumnyaei. Padahal tidak ada lonjakan pemakaian listrik. Penggunaan listrik masih sama dengan bulan-bulan sebelumnya,” terang dia, Jumat (5/6).

Kenapa PLN semena-mena menaikkan tarif listrik tanpa pemberitahuan ke pelanggan? Katanya pemerintah tidak menaikkan tariff listrik, tapi faktanya listrik naik gila-gilaan, ugal-ugalan sekali.

Di tengah krisis ekonomi dan tekanan biaya hidup, langkah PLN ini mengabaikan masyarakat. Sungguh memberatkan rakyat.

Selain Halim, keluhan juga ramai di media twiter. Salah satunya atas nama Oktaviana Loen atas akun @Loenitsme. Pelanggan listrik 1.300 VA ini mengeluhkan tagihannya naik signifikan dari bulan Mei 2020 yang hanya Rp 571.635 menjadi Rp 1.815.802.

“@pln-123 ini gimana? kenapa bisa naiknya sampe sebini. Perasaan pemakaiannya wajar, normal skek sebelum-sebelumnya. Kudu lapornya ke mana,” terang dia dikutip dari akun twitternya, Jumat (5/6)

Kemudian datang dari akun @RiandaJanuar. Pada bulan Juni ini kenaikan tarif listriknya mencapai Rp 1.023.573 dari sebelumnya hanya Rp 400.000-an. “tolong dicek lagi dong @pln-123,” tandas dia.

Melejit 9 kali lipat
Lebih mengejutkan lagi, ternyata ada pelanggan PLN yang tagihan listriknya meroket 9 kali lipat.

Caroline Pramantie kaget bukan main. Tagihan listrik pascabayar di rumahnya bulan Mei 2020, melonjak sampai 9 kali lipat dari normal. Biasanya ia merogoh kocek sekitar Rp 250 ribu per bulan untuk tagihan listrik. Bulan ini, tiba-tiba tagihan listriknya meroket menjadi Rp 2,3 juta.

“Saya tinggal di kawasan Kedaung Ciputat. Listrik di rumah cuma 1300 VA, dengan pemakaian normal sehari-hari. Selama hampir setahun tinggal, enggak ada masalah listrik. Bayar tagihan juga tepat waktu sesuai dengan tagihan.”

“Sejak menempati rumah tersebut di bulan Juli 2019, setiap bulan saya selalu bayar listrik sesuai tagihan 250 ribu, paling banyak 300 ribu. Tagihan itu sama terus sampai bulan April 2020 kemarin.”

“Beberapa hari lalu, 28 Mei 2020, saya mau bayar dan membuka tagihan lewat m-banking. Jujur kaget karena tagihan Mei 2020 melonjak jadi 2,3 juta,” ungkapnya, Minggu (31/5).

Antie, sapaan akrabnya, langsung menghubungi Customer Service PLN 123. Namun ia tidak mendapat jawaban memuaskan. Alasan yang dikemukakan Customer Service PLN, dari data terlihat penumpukan kWh sejak November 2019.

“Saya tanya penyebabnya apa, tidak bisa menjelaskan dengan rinci. Dia cuma bilang karena setiap petugas datang enggak bisa cek meteran,” ujarnya.

PLN memang sempat menghentikan pengiriman petugas pencatat meteran karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran virus corona. Namun kenaikan tagihan hingga 9 kali lipat tetap dinilai Antie sangat tidak wajar.

Selama Work From Home (WFH) di masa pandemi corona ini, Antie mengaku lebih sering berada di rumah orang tuanya. Kalau ada kenaikan pemakaian, menurutnya tidak akan sampai 9 kali lipat.

Ketika Customer Service menyatakan adanya penumpukan kWh yang tak terhitung sejak November 2019 pun Antie tak begitu saja percaya.

“Sejak PSBB dari bulan Maret mereka emang enggak menurunkan petugas, jadi memang direkap 3 bulan. Ya oke lah kalau misal alasan PSBB, tapi masa sampai 2 juta lebih?”

“Padahal selama WFH juga aku di rumah mamaku, jarang di rumah sendiri. Terus mereka juga yang bilang ada penumpukan kWh-nya dari November 2019,” kata Antie.

“Saat saya bilang, saya enggak mau bayar kalau gitu, malah ditegasin sama CS kalau begitu PLN berhak melakukan pemutusan. Jujur saya saat itu emang udah emosi banget,” imbuhnya.

Akhirnya pada Sabtu (30/5), Antie memutuskan datang langsung ke kantor PLN area Ciputat.

“Ternyata cuma diterima oleh satpam di depan Gerbang. Saya diminta menuliskan keluhan dan nomor telepon untuk dihubungi pihak PLN. Alasan mereka kantor tidak beroperasi sampai tanggal 2 Juni,” ucapnya.

Ia melihat semua orang yang datang ke kantor PLN area Ciputat diminta melakukan hal yang sama dan langsung pulang.

“Saya enggak mau. Saya sudah lihat tumpukan kertas yang berisi semua keluhan pelanggan yang saya yakini belum tentu semua diproses. Saya ngotot di situ minta dipertemukan sama pegawai PLN yang ada.”

“Sampai akhirnya satpam masuk ke kantornya cukup lama, dan enggak lama ada petugas yang menelpon. Saya omongin semua sama seperti yang udah saya bilang ke CS,” tambahnya.

Hasilnya sama, berdasarkan data, ada penumpukan kWh karena lagi-lagi alasannya petugas yang tak bisa mengecek langsung dan hanya foto dari luar.

“Saya marah karena saya bilang kalau petugas kalian yang bermasalah, sementara di rumah saya selalu ada orang, kenapa pelanggan yang dibuat susah,” tegasnya.

Antie mengungkapkan, ternyata PLN hanya menawarkan solusi untuk dicicil. Bulan ini berapa yang sanggup dibayarnya, sisanya dibagi 12 bulan.

“Intinya saya tetap suruh bayar untuk kesalahan yang tidak saya lakukan. Padahal setiap bulan saya bayar sesuai tagihan dari mereka selama ini,” tutupnya.

PLN Manfaatkan Pandemi Corona Sedot Uang Rakyat
PLN diduga telah melakukan tindakan maladministrasi berupa ketidak-profesionalan dalam memberikan pelayanan yang menciptakan ketidaknyamanan masyarakat atau khususnya para pelanggan.

“Tidak sedikit warga termasuk warganet yang kemudian protes keras atas ketidak profesionalan pihak PLN itu,” kata Komisioner Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Laode Ida dalam keterangan persnya, Kamis (7/5).

Menurut Laode, pengawasan internal PLN, Kementerian ESDM, dan bahkan Presiden Jokowi semestinya memberikan peringatan khusus terhadap pimpinan PLN atas tindakan yang tidak profesional atau tak patut itu.

Pertama, terkait dengan inkonsistensi dalam memberikan pernyataan atau penjelasan atas komplain para pelanggan. Semula menyatakan bahwa kenaikan tagihan listrik disebabkan oleh meningkatnya daya listrik pada saat WFH, sekolah dari rumah, dan sejenisnya.

“Eee.. pada hari-hari terakhir malah mengakui ada tambahan pembayaran sebagai carry over dari pemakaian pada bulan-bulan sebelumnya,” kata Laode.

“Wah ini gawat. Karena jika penjelasan terakhir itu benar, berarti aparat PLN tidak jalankan tugasnya dengan baik, tidak melakukan pencatatan dengan cermat dan benar tentang jumlah pemakaian yang tepat setiap bulannya,” kata mantan Wakil Ketua DPD RI ini.

Padahal, menuru Laode, angka penggunaan daya adalah sesuatu yang pasti, tidak bisa dikarang-karang.

“Maka, sekali lagi jika pernyataan itu benar, sudah jelas pihak PLN hanya berspekulasi dalam menentukan jumlah tagihan setiap bulan.”
“Sungguh sangat memprihatinkan dan tidak pantas dipertahankan sebagai aparat yang berada pada lembaga penyelenggara pelayanan publik untuk kebutuhan primer dari rakyat,” katanya.

Hal kedua, menurut Laode, terkait dengan yang pertama yakni patut diduga kuat, bahwa pengenaan tagihan pada bulan Mei 2020 ini adalah produk kerja spekulatif itu. Karena boleh dengan seenaknya menaikkan tagihan pada bulan Mei tanpa didasarkan fakta riel penggunaan di lapangan.

“Betapa tidak. Dengan kebiasaan menentukan jumlah tagihan yang tidak akurat, pada saat yang sama juga para petugas PLN tidak turun melakukan pengecekan di kotak-kota meteran listrik pelanggan.”

“Tepatnya, sangat kuat dugaan tagihan bulan Mei 2020 ini adalah produk spekulasi yang sistematis,” ujar Laode.

Terkait dengan kecenderungan seperti itu, Laode menganggao perlu investigasi lebih jauh untuk mengetahui ada apa atau apa sesungguhnya yang terjadi di intern PLN

“Apa ada unsur kesengajaan dengan memanfaatkan momentum covid-19 untuk secara paksa menyedot uang rakyat? Tepatnya, perlu diperiksa lebih jauh, jangan sampai ada potensi konspirasi di intern PLN yang merugikan rakyat,” tegas Laode Ida.

Edan! Tagihan Listrik Capai Rp26 Juta
Artis Nikita Mirzani marah-marah terhadap PLN karena tagihan listrik di rumahnya mencapai Rp 26 juta. Hal ini diketahui dari postingan yang diunggah ibu tiga anak tersebut di Instagram Stories-nya, sebagaimana dikutip Tribunnews.com, Rabu (4/12/2019).
Nikita Mirzani mengaku syok dengan adanya tagihan listrik yang mencapai puluhan juta itu. Sebab, dirinya biasa membayar tagihan listrik sekitar Rp 4 juta hingga maksimal Rp 5 juta.

Nikita juga bilang tak pernah telat membayat tagihan listrik. Namun, secara tak terduga, ia diminta membayar tagihan listrik sebesar Rp 19 juta, tanpa alasan apapun.

Belum kelar urusannya, muncul lagi tagihan listrik senilai Rp 26 juta. Hal inilah yang membuat mantan istri Sajad Ukra tersebut naik pitam, bahkan menandai akun PLN dalam ungkapan kemarahannya.

“Udah berbulan-bulan bayar listrik normal dan nggak pernah telat. Selalu bayar Rp 4 juta atau Rp 5 juta paling besar.”

“Lha tiba-tiba ini disuruh bayar Rp 19 juta. Nggak ngasih alasan apapun. Sekarang datang lagi tagihan Rp 26 juta.”

“@pln_id elo pikir rumah gue 1000 hektare. Yang masuk akal aja,” tulis Nikita Mirzani.

Tak hanya itu, Nikita Mirzani juga mempertanyakan penggunanaan listrik di rumahnya hingga muncul tagihan Rp 26 juta. “Ada gila-gilanya loe yah @pln_id gue disuruh bayar listrik Rp 26 juta.”

“Kemarin Rp 19 juta, yang make itu listrik demit apa tuyul???” “Loe jangan ada gila-gilanya ya,” tulis Nikita lagi. (Tribun/Kump/JPNN/Kontan/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.