Rabu, 17 April 24

Syukestex, Mitra LPDB yang Mampu Jelajahi Pasar Ekspor Batik

Syukestex, Mitra LPDB yang Mampu Jelajahi Pasar Ekspor Batik
* Tempat produksi batik Syukestex di Jalan Desa Watusalam Gang 1 Rt.13 Rw.07 Buaran Pekalongan.

Pekalongan, Obsessionnews.com – Batik, yang dulu dikenal sebagai pakaian tradisional, kini sudah menjelma menjadi bagian dari fashion modern. Dulunya mungkin hanya dikenakan untuk menghadiri acara tradisional, tetapi sekarang pemakaiannya sudah beragam. Terlebih kini batik telah diresmikan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya yang diakui dunia.

Orang pun jadi berbondong-bondong menggunakan batik. Bahkan, kini batik tak hanya dipakai sebagai motif untuk pakaian, tapi juga seprei, tas, sarung bantal, dan masih banyak lagi. Hal ini menunjukkan bahwa batik semakin digemari oleh masyarakat.

Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) pun berkesempatan mengunjungi Batik Syukestex, salah satu pelaku UKM yang bergerak di bidang manufacturing dan trading batik yang berlokasi di Pekalongan, Jawa Tengah. Kunjungan dilakukan ke kantor pusat di Jalan Yudha Bhakti Nomor 159A Medono dan tempat produksi di Jalan Desa Watusalam Gang 1 Rt.13 Rw.07 Buaran Pekalongan.

Syukestex telah menjadi mitra LPDB-KUMKM sejak tahun 2013 dengan mendapat pinjaman dana bergulir sebesar Rp 1 Miliar dengan jangka waktu 48 bulan. Tatu Nurhasanah, Direktur Pemasaran Syukestex mengatakan pengajuan pinjaman dana bergulir ke LPDB-KUMKM karena LPDB-KUMKM menerapkan bunga yang rendah dibandingkan bank atau lembaga keuangan lain. Suku bunga di LPDB meliputi program nawacita 4,5 persen (pertanian, perikanan, perkebunan), sektor riil 5 persen (KUMKM sektor manufaktur, kerajinan, industri kreatif), simpan pinjam 7 persen (koperasi simpan pinjam, LKB, LKBB dan BLUD), dan untuk pembiayaan syariah yaitu bagi hasil maksimal 60:40 (KSPPS/USPPS, LKB Syariah, LKBB Syariah). 

Rencana ke depan, Syukestex berencana mengajukan permohonan pinjaman kedua untuk meningkatkan lagi hasil produksinya yang saat ini hanya mencapai 8-9 ribu kodi perbulan. Ia juga ingin menambah mesin produksi yang nanti dibeli dari Bandung, Jawa Barat untuk mendukung tujuh mesin yang dimiliki saat ini, yaitu steamer, curing, washing, drying, stenter, mesin setrika, boilersteam, boiler oil. Dengan begitu Tatu berharap bisa memenuhi permintaan pasar yang sudah menjadi langganannya.

“Nanti mau beli mesin second dari Bandung  1 unit harganya kira-kira Rp 1,5 Miliar. Kalau barunya bisa seharga Rp 10 Miliar itupun harus beli dari luar, bisa dari China, Jepang, Korea, maupun Jerman,” kata Tatu melalui siaran pers, Jumat (13/7/2018).

Tatu mendorong LPDB-KUMKM lebih meningkatkan perannya dalam memberikan pinjaman/ pembiayaan dana bergulir kepada pelaku usaha seperti Syukestex. Menurutnya dalam usaha yang padat karya seperti ini akan memberikan efek yang positif, misalnya dalam rangka peningkatan produktifitas tentu secara otomatis akan menambah tenaga kerja. Hal ini disadari betapa pentingnya peran pemerintah dalam membantu permodalan UMKM khususnya melalui LPDB-KUMKM yang kini usianya sudah melebihi satu dasawarsa.

Syukestex memproduksi segala macam batik baik jenis printing maupun non printing, juga menyediakan busana bermotif batik dengan stok yang cukup banyak. Selama ini batik produksinya 70 persen diekspor di antaranya ke Tanzania, Kenya, Somalia, Senegal, Pantai Gading, Mali, Ethiopia, Djibouti, Dubai, serta Jeddah Arab Saudi. Sedangkan 30 persen menyasar pasar domestik seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan, Sumatera dan DKI Jakarta.

“Pangsa pasar kami ada. Kalau produktivitas kami terus berusaha meningkatkan. Namun untuk permudah lagi kalau bisa kami difasilitasi untuk mengikuti pameran luar negeri. Selama ini kami berusaha sendiri sehingga bisa tembus pasar Afrika,” tambah Idawati, Direktur Keuangan Syukestex. 

Untuk menjaga pelanggannya, Idawati berupaya tetap menjaga kuantitas dan kualitas batik yang dihasilkan, motif juga disesuaikan dengan selera pasar. Hal itulah yang membuat hubungan bisnis antara Syukestex terutama dengan buyer luar negeri dari kawasan Afrika tetap terjaga sampai sekarang. Hubungan bisnis itu bahkan sudah dimulai sejak usahanya masih dipegang oleh almarhum ayahnya.

“Kendala ada seperti permodalan, apalagi kalau ada permintaan banyak otomatis harus produksi banyak. Jadi alhamdulillah dibantu LPDB, sehingga meringankan,” ujar Idawati. “Alhamdulillah kami masih eksis walaupun kalau dilihat persaingan makin ketat. Tetapi berkat kreativitas bersama membuat usaha ini terus berjalan, cuma ya itu tetap saja kami butuh sentuhan dari pemerintah,” ucap dia.

LPDB Siap Bantu UKM Berbasis Ekspor 

Sementara itu, Direktur Utama LPDB-KUMKM Braman Setyo menegaskan LPDB-KUMKM akan mendukung pembiayaan UKM berorientasi ekspor yang ada di Tanah Air. Dalam hal ini, dirinya mengapresiasi kompetensi UKM yang sudah mampu menembus pasar ekspor.

“Intinya kalau memang dibutuhkan pembiayaan dari LPDB, kami akan siap support pelaku-pelaku UKM yang berorientasi ekspor,” ungkap Braman. 

Terkait nasabah repeater (mengajukan kembali), Braman mengatakan tetap akan memenuhi permohonan pinjaman yang diajukan. “Saya kira tidak masalah kalau repeater itu diulang-ulang kembali, tapi nanti akan ada batasannya misalnya sampai tiga kali dan kalau sudah mendekati tiga kali, mereka harus pindah ke bank dan sebagainya,” tutur Braman. (Has)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.