
Obsessionnews.com – Lembaga Penelitian Masyarakat Millenial (LPMM) melakukan penelitian tentang perilaku Generasi Z dan Generasi Y soal kinerja pemerintahan Jokowi-Maruf Amin dan tokoh-tokoh bakal Capres 2024-2029.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkah laku, dan persepsi Generasi Z (lahir pada tahun 1997 – 2012) dan Generasi milenial (lahir pada tahun 1981 – 1996) dalam menakar kinerja Pemerintahan Jokowi-Maruf Amin dan preferensi publik keterpilihan parpol dan tokoh tokoh Bakal Calon Presiden 2024-2029 untuk melanjutkan pemerintahan Jokowi di era pandemi Covid-19.
Chief Executive LPMM Alamsyah Wijaya mengatakan, penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif.
“Teknik penetapan sampel dilakukan adalah probability sampling dengan cara Multi Stage Random Sampling dengan jumlah responden 2.140 orang berusia (17-25 tahun ) dari Generasi Z (lahir pada tahun 1997 – 2012) dan Generasi milenial (lahir pada tahun 1981 – 1996) yang berjumlah total 142 juta penduduk,” kata Alamsyah dalam keterangan tertulisnya, Rabu (22/3/2023).
Baca juga: Airlangga Hartarto Peroleh Penghargaan Obsession Awards 2020 Kategori Best Minister
Alamsyah menjelaskan, teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara melalui sambungan telepon seluler dan Whatsapp Video Call secara langsung di 34 Ibu Kota Provinsi di Indonesia.
Sementara margin of error dalam survei ini sebesar +/- 2.08 % dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Survei dilakukan pada 4-18 Maret 2023.
Hasil temuan tentang preferensi Gen Z & Y terhadap Partai Politik
Tingkat awareness Parpol pada Gen Z & Y Hampir semua partai politik peserta pemilu 2019 telah dikenal oleh Gen Z & Y. Meskipun begitu, tingkat awareness Gen Z & Y berbeda terhadap masing-masing partai.
Partai yang saat ini paling dikenal oleh Gen Z & Y merupakan partai-partai lama, dan Partai Golkar dikenal oleh 94,7 persen. PDI Perjuangan 90,6%, Partai Gerindra 81,9%, Demokrat 77,6%, PKB 76,2%, PKS 73,8%, PAN (67,5%, PPP 61,8%, Nasdem 61,4%. Sedangkan, partai lainnya dikenal oleh Gen Z & Y yang kurang dari 10 persen Gen Z & Y.
Tingkat awareness tersebut belum tentu sama dengan nilai keterpilihan (elektabilitas) partai politik. Namun, awareness merupakan parameter awal untuk melihat potensi raihan elektoral partai politik.
Dengan semakin dekatnya kontestasi pemilu 2019, partai politik dengan tingkat awareness rendah harus lebih agresif untuk menjalin komunikasi kepada Gen Z & Y sebagai ceruk pemilih terbesar dan Untuk mengukur awareness Millennial terhadap partai politik, digunakan 3 parameter utama, yakni top of mind (disebutkan pertama), spontaneous (disebutkan kedua dan seterusnya), dan prompted (menggunakan kartu bantu).
Tingkat Top Of Mind awareness Genenerasi Z & Y berbeda terhadap masing-masing partai politik Hal ini tampaknya berpengaruh terhadap tingkat elektabilitas Parpol saat ditanya jika pemilu digelar hari ini Parpol mana yang akan dipilih Secara spontan maka pilihan dari Generasi Z & Y secara top of mind maka Tingkat Elektabilitas setiap parpol adalah sebagai berikut.
Nama Parpol Pilihan Parpol Oleh Gen Z & Y secara Top of Mind Golkar 16,10%, PDIP 13,70%, Gerindra 12,20%, Demokrat 9,40%, PKS 5,20%, PKB 5,10%, NasDem 4,60%, PAN 2,10%, PPP 2,10%, Partai Lainnya 5,20%. Sementara tidak memilih 24,30%.
Saat dilakukan simulasi partai politik yang akan dipilih Genenerasi Z & Y jika pemilu digelar saat ini dengan disebutkan nama partai partai politik sepertinya tingkat Top of mind Parpol di pikiran Genenerasi Z & Y adalah Parpol pertama yang teringat ketika Genenerasi Z & Y diminta untuk menyebutkan Parpol yang akan dipilih jika pemilu digelar hari ini Semakin kuat sebuah nama Parpol di pikiran Generasi Z & Y, semakin mungkin Generasi Z & Y memikirkannya pertama kali.
Ini penting karena akhirnya Generasi Z & Y membuat keputusan memilih berdasarkan nama parpol yang pertama kali muncul di pikiran mereka .dan hasilnya tidak banyak berubah dimana Partai Golkar Paling banyak menjadi pilihan Gen Z & Y dipilih hingga 19,7 persen lalu diurutan kedua PDIP 17,6 persen, Gerindra 13,7 persen, Demokrat 9,8 persen, PKS 5,8 persen , PKB 5,3 persen, Nasdem 4,9 persen, dan PAN dipilih 2,3 persen Gen Z & Y serta PPP 2,2 persen Gen Z & Y diprediksi tidak lolos Electoral Threshold dan Gen Z dan Y yang memeilih parati lainya sebanyak 5,8 persen dan yang tidak memeilih sebanyak 12,9 persen.
Hasil Temuan Tentang Preferensi Gen Z & Y terhadap tokoh -tokoh Bakal Calon Presiden Indonesia 2024-2029 jika pemilu digelar hari ini
Tokoh -tokoh yang nama-namanya terjaring sebagai bakal capres 2024-2029 dari penelitian awal melalui media massa, media sosial dan obrolan tentang di masyarakat, dan kemudian ditanyakan kepada 2.140 responden Gen Z dan Y terkait kebijakan dan sepak terjang tokoh tokoh tersebut yang bisa dirasakan oleh Gen Z % Y saat ini, apakah bermanfaat, berpengaruh dan membantu kehidupan Gen Z & Y saat pandemi covid 19 atau sama sekali tidak berpengaruh dan bermanfaat terhadap kehidupan Gen Z & Y.
Nama tokoh bermanfaat atau berpengaruh dan tidak bermanfaat atau berpengaruh, nama Airlangga Hartarto 84,8% dan 15,2%, Puan Maharani 50,3 % dan 49,7%, Prabowo Subianto 39,8% dan 60,2%, Ganjar Pranowo 20,9% dan 79,1%, Ridwan Kamil 11,8% dan 88,2%, Anies Baswedan 10,1% dan 89,9%, Moeldoko 10,1% dan 89,9%, Erick Thohir 10,1% dan 89,9%, Sandiaga Uno 9,1% dan 90,9%, Muhaimin Iskandar 5,1% dan 94,9%, Agus Harimurti Y 2,1% dan 97,9%.
Sebanyak 84,8 persen dari 2.140 responden yang mengambarkan masyarakat Indonesia menyatakan kebijakan, kerja program dan sepak terjang yang dilakukan oleh Airlangga Hartarto selaku Menko Perekonomian dalam menjalankan tugas dari presiden sangat bermanfaat dan membantu kehidupan masyarakat terutama pada Gen Z & Y, seperti Program Kartu Prakerja yang banyak dimanfaatkan oleh Generasi Z & Y juga bantuan UMKM dan permodalan dirasakan dan dimanfaatkan oleh Gen Z & Y, sedangkan 15,2 persen menyatakan tidak bermanfaat dan tidak merasakan manfaatnya.
Lebih lanjut dia menuturkan, tingkat awareness tokoh tokoh Bakal Calon Presiden oleh Gen Z & Y yang mana tokoh -tokoh yang nama-namanya terjaring sebagai bakal capres 2024-2029 dari penelitian awal melalui media massa, media sosial dan obrolan tentang di masyarakat, dan kemudian ditanyakan kepada 2.140 responden Gen Z dan Y terkait keterkenalan dan pengetahuan Gen Z & Y terhadap tokoh tokoh tersebut dari sudut program kerja dan kegiatan diluar program kerjanya.
Kemudian terhadap 11 nama tokoh bakal calon Presiden 2024-2029 ditanyakan juga kepada 2.140 responden terpilih dalam penelitian survey ini dengan pertanyaan “Jika Pemilihan Presiden di gelar hari ini, siapa yang akan anda pilih, maka hasil tingkat keterpilihan ke 11 tokoh tersebut adalah sebagai berikut.
“Nama tokoh tingkat keterpilihan jika Pilpres digelar hari Ini Airlangga Hartarto 29,80%, Prabowo Subianto 22,30%, Anies Baswedan 10,60%, Ganjar Pranowo 9,20%, Puan Maharani 4,80%, Sandiaga Uno 3,10%, Moeldoko 2,50%, Erick Thohir 2,30%, Ridwan Kamil 2,10%, Muhaimin Iskandar 1,10%, Agus Harimurti Y 1,10%. Tidak memilih 11,10%,” bebernya.
Airlangga Hartarto menjadi tokoh yang paling memiliki tingkat keterpilihan tertinggi oleh Generasi Z dan Y dengan 29,8 persen jika pemilihan presiden digelar hari ini hal ini terkorelasi dengan jawaban 2140 responden yang menyatakan, sebanyak 84,8 persen dari 2140 Gen Z & Y dan tingkat awarenes terkait program kerja Airlangga oleh mayoritas Gen Z & Y yang mengambarkan mayoritas Gen Z & Y Indonesia menyatakan kebijakan, kerja kerja dan sepak terjang yang dilakukan oleh Airlangga dalam menjalankan tugas dari presiden sangat bermanfaat dan membantu kehidupan masyarakat gen Z & Y dan kebijakan dan program kerja Airlangga sejalan dengan generasi Z & Y ini lebih terbuka dalam pandangan politik dan ekonomi, sehingga mereka terlihat sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya.
Di mana Gen Z dan Y disaat pandemic sangat merasakan program program kerja dari Airlangga Hartarto dan Generasi Z merupakan generasi yang paling muda yang baru memasuki angkatan kerja. Generasi ini biasanya disebut dengan generasi internet atai Igeneration sangat merasakan program program dan kebijakan dari Airlangga yang banyak berhubungan dengan sosio ekonomi Generasi.
Dan Prabowo Subianto menempati urutan kedua tingkat elektabilitasnya dengan 22,30 persen keterpilihan Prabowo Subianto akibat peremajaan pada sistim alutsista yang berbaasis teknologi sangat menarik karena Gen Z & Y yang banyak menggunakan teknologi sangat menyukainya dan punya harapan besar untuk bisa ikut berpartisipasi dalam memajukan teknologi alutsista
Kemudian diurutan ketiga yang menjadi pilihan Gen Z & Y Anies Baswedan dipilih sebanyak 10,6 persen dimana program turnamen Formula E dan pembanguna JIS membuat Generasi Z & Y memeilih Anies Baswedan serta factor pencitraan Anies Baswedan setelah dinyatakan sebagai Capres oleh Partai Nasdem menjadi daya Tarik Gen Z & Y dan diurutan keempat nama Ganjar Pranowo dengan Tingkat Elektabilitas 9,2 persen dimana 9,2 persen Gen Z & Y menganggap Ganjar Sebagai Tokoh yang dekat dengan masyarakat dimana Gen Z dan Y banyak melihat Ganjar Pranowo bermedsos ria dan kemudian Puan Maharani menjadi Tokoh wanita yang dipilih oleh 4,8 persen Gen Z & Y , Sandiaga Uno 3,1 persen ,Muldoko 2,5 persen ,Erick Thohir 2,3 persen , Ridwan Kamil 2,1 persen , Muhaimin Iskandar 1,1 persen dan Agus Harimurti 1,1 persen dan yang tidak memilih sebanyak 11,1 persen.
Persepsi Gen Z & Y terhadap institusi Polri yang dalam beberapa kasus hukum yang melibatkan internal Polri sendiri banyak menarik perhatian Gen Z & Y di media sosial, dan hasil survey menunjukan bahwa 82,8 persen Gen Z & Y mempersepsikan Institusi Polri berhasil memperbaiki performancenya secara internal di tubuh Polri dan Gen Z & Y merasa puas dan percaya institusi Polri akan terus lebih profesional, transfaran serta sangat merespon keluhan keluhan masyarakat dalam layanan penegakan hukum di Indonesia sementara sebanyak 7,6 persen mempersepsikan institusi Polri belum dapat di percaya dan memuaskan dalam penegakan hukum dan selebihnya 9,6 persen tidak menjawab.
Baca juga: FOTO Airlangga Hartarto Pimpin Rakor Tentang Pangan
Menanggapi hasil survei LPMM terhadap penilaian Gen Z & Y Terhadap keadaan saat ini untuk tingkat optimisme Gen Z dan Y dalam menjalani kehidupan dalam 5 tahun ke depan.
Pengamat Politik Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Dr. Oktiva Anggraini mengatakan, hal yang wajar jika dukungan terhadap calon presiden (capres) di kalangan Gen Z dan Y lebih memilih Airlangga Hartarto.
“Jika melihat sosok Airlangga Hartarto cukup besar menjadi capres 2024, karena memang kekuatan politik saat ini merata. Tapi, keberhasilan untuk menjadi capres sangat ditentukan oleh mesin politik. Maka dari itu Airlangga harus cermat mengisi waktu ini dengan membentuk berbagai relawan politik, tim medsos, menarik berbagai tokoh penting untuk menopang kekuatan di 2024. kalo ini bisa diramu dgn baik pasti bisa menjadi capres terkuat di 2024,” kata Oktiva.
Oktiva melihat pandangan Generasi Z dan Y cukup positif terhadap partai golkar, itu karena Golkar mampu mengisi ruang milenial di media sosial, konten kreatif tentang kinerja dan program kerja juga cukup bagus disampaikan melalui saluran digital. kemudian figur- figur muda potensial berbasis milenial juga banyak yang bergabung di Golkar.
“Cara terbaik saat ini adalah mendekatkan diri dgn generasi milenial, yaitu melalui kekuatan media sosial. ciptakan konten kreatif & ikuti selera milenial dgn berbagai program inovatif. kalau untuk publik umum, tentu Airlangga Hartarto dan golkar harus blusukan juga, terus gulirkan program penguatan UMKM,” jelas Oktiva.
Dia melihat cukup tinggi dukungan milenial karena rekam jejak Airlangga cukup bagus, airlangga juga tidak ada tersandung kasus korupsi, karena biasanya generasi Z dan Y itu melihat figur dari apakah ia pernah kena korupsi atau tidak.
“jadi untuk Airlangga saya menjamin banyak generasi z memberikan dukungan karena emang tokoh bersih pak Airlangga,” ucapnya.
Namun, terkait survei kepuasan masyarakat terhadap Polri, dia mengungkapkan, institusi Polri saat ini telah menunjukkan kinerja yang baik
“Kinerja polri akhir -akhir ini mulai menanjak dan bagus, meski msh ditemui bbrp pelanggaran etika tetapi hal itu biasa dalam proses perbaikan sebuah organisasi,” ucapnya.
Menurut dia polri emang harus terus juga memperbaiki kinerja internal , agar publik memahami bahwa polri sangat menjaga integritas.
“Masyarakat melilhat kinerja polri cukup bagus akhir-akhir ini karena bisa menyelesaikan beberapa kasus besar,” bebernya. (Poy)