Rabu, 24 April 24

Sri Mulyani: Siapapun Presidennya Rupiah Tergantung Inflasi

Sri Mulyani: Siapapun Presidennya Rupiah Tergantung Inflasi
* Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Jakarta, Obsessionnews.com – Banyak orang yang mengkritik pemerintah atas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah. Pasalnya berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor nilai tukar rupiah pada perdagangan terkahir jumat, 11 Mei 2018 mencapai angka Rp14.048 per dolar AS.

Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, melemahnya rupiah tidak serta merta menjadi kesalahan pemerintah. Selain faktor eksternal, siapa pun presidennya pelemahan rupiah akan terjadi jika inflasi Indonesia masih berada di bawah rata-rata inflasi dunia.

“Jadi, walaupun menteri keuangannya atau siapapun presidennya, selama inflasinya kita di atas inflasi dunia maka kita pasti akan menurun (kurs) rupiahnya,” kata wanita yang akrab disapa Ani itu di Jakarta, Sabtu (12/5/2018).

Menurutnya, jika dilihat nilai tukar rupiah yang melemah dari Rp12.000 ke Rp13.000 hingga Rp14.000 per dolar AS itu karena faktor eksternal, yakni nflasi Indonesia yang masih lebih tinggi dari negara tetangga.

“Misal dari ASEAN, seperti Thailand inflasinya 1,5 atau 1 persen, kita 3,5 persen. Itu pun 3,5 persen sudah suatu prestasi,” ujarnya.

Ia menuturkan, inflasi Indonesia dulu biasanya berada di angka 5 persen. Angka 3,5 persen selama tiga tahun terakhir itu menurutnya sudah merupakan level yang terendah sepanjang sejarah. “3,5 persen selama tiga tahun ini sudah the lowest in history,” tegasnya.

Faktor lain yang bisa melemahkan rupiah antara lain seperti distribusi barang yang kurang. Karena, itulah menurutnya pemerintah terus melakukan pembangunan infrastruktur jalan.

“Bisa saja harga cabai itu sebetulnya di kebun cabainya murah banget, tapi pas sampai Jakarta naik tiga kali lipat hanya karena tadi transportasi. Kemudian, ada masalah perdagangan,” katanya.

Selain itu, menurutnya nilai tukar rupiah karena dolar juga menguat terhadap nilai tukar mata uang negara lain. “Selama dua minggu terakhir atau bahkan dari Januari sampai dengan Mei ini, seluruh dunia mengalami pelemahan terhadap dolar. Bahkan, bila dibandingkan Turki turunnya sudah sampai 10 persen,” ujarnya. (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.